Kakek pengeras suara dan kisah pendekar samurai tanpa pedang




Apakah anda pernah mendengar nama Toyotomi Hideyoshi�?

Jika belum pernah, maka saya akan menceritakan sedikit tentang siapa dia. Dia, Toyotomi Hideyoshi, adalah orang Jepang, ( ya orang jepang lah, dari namanya juga sudah kelihatan ).

Toyotomi Hideyoshi, atau lebih sering disebut Hideyoshi adalah salah satu putra terbaik bangsa Jepang. Ia adalah anak keluarga miskin dari sebuah pedesaan terpencil di Jepang, wajahnya dan fisiknya sungguh tidak menawan, tingginya kurang dari satu setengah meter, kulitnya hitam terbakar matahari, dengan wajah yang juga sama sekali tidak menarik, tidak mengherankan selama masa masa mudanya ia lebih sering mendapat julukan monyet, sebuah sebutan yang cukup ironis untuk seseorang pemuda yang memiliki impian besar dan cita cita tinggi.

Ayah Hideyoshi meninggal dunia saat ia masih kecil, kemudian Ibunya menikah dengan laki laki lain, dan ayah tirinya ini tidak begitu menaruh simpati kepada Hideyoshi sehingga ia kerap mendapat hukuman atas prilakunya yang tidak menyenangkan ayah tirinya. Memasuki usianya yang mulai remaja, Hideyoshi bertekad untuk merantau guna mengubah nasib dan mencari penghidupan yang lebih baik, jadi melanglang buanalah si � monyet � ini mencari pengalaman dan ilmu ke seantero negeri sakura.

Dalam pengembaraan dan petualangannya, Hideyoshi pernah menjadi pedagang keliling, bekerja di bagian dapur sebuah rumah makan, dan pernah juga bergaul secara dekat dengan sekelompok ronin yang kerjaannya merampok orang orang kaya, meskipun ia sendiri tidaklah ikut menjadi perampok. Hideyoshi adalah sosok yang pandai bergaul, pandai menempatkan lawan bicaranya untuk senantiasa merasa nyaman saat bercakap � cakap dengannya, ia tidak memilih milih orang untuk dijadikan teman, namun tetap sangat selektif untuk menjadikannya sahabat.

Kala itu, jepang belumlah bersatu dalam satu kekaisaran seperti yang kita ketahui saat ini. Jepang masih terbagi bagi dalam berbagai bagian wilayah yang disebut propinsi, setiap propinsi dipimpin oleh seorang Lord /atau tuan dari klan yang memimpin di propinsi tersebut. Saat itu, menurut cerita dan pengamatan Hideyoshi sendiri, ada seorang pemimpin dari klan Oda yang memiliki karateristik seorang pemimpin sejati, pemimpin itu adalah Lord Nobunaga, seorang pria tinggi besar dengan kemampuan berpedang yang baik, dan sedikit temperamental. 

Lord Nobunaga adalah pemimpin tertinggi klan Oda, ia adalah pemimpin yang sangat berbeda dari para pemimpin klan umumnya di wilayah Jepang saat itu, jika para lord lainnya mencari pekerja /anak buah berdasarkan garis keturunan dan kekayaan, maka Lord Nobunaga menyeleleksi pengikutnya berdasarkan kemampuan dan skill, jika para pemimpin lain menaikkan pangkat para jenderalnya berdasarkan rasa suka dan siapa yang paling pandai menjilat, maka lord Nobunaga mengapresiasi para prajuritnya berdasarkan kecakapan, kemampuan, dan juga prestasi. Sehingga tidak heran, putra putra terbaik bangsa jepang yang memiliki kemampuan dan kecakapan hebat, namun bukan dari kalangan orang kaya dan bangsawan, berdatangan ke klan Oda untuk menjadi pengikut Lord Nobunaga.

Dan itu membuat Lord Nobunaga dapat mengumpulkan orang orang hebat dari seantero Jepang, dan salah satunya adalah Hideyoshi, si monyet yang buruk rupa.


Mengabdi untuk klan Oda

Begitu mendengar reputasi Lord Nobunaga yang sangat berbeda dari para pemimpin lain, Hideyoshi langsung berusaha untuk bisa bekerja padanya, namun tidak mudah baginya untuk bisa diterima, apalagi dengan tampang yang mirip kera, kemampuan berpedang yang payah, beberapa pengawal Lord Nobunaga bahkan malah sempat ingin menebas lehernya karena dianggap lancang telah mengganggu perjalanan Lord Nobunaga, saat itu memang Hideyoshi melamar pekerjaan pada Lord Nobunaga saat beliau sedang dalam perjalanan menuju ke sebuah kota. Namun naluri kepemimpinan Lord Nobunaga yang peka, melihat ada hal lain dari diri Hideyoshi, sehingga ia menerimanya untuk bekerja sebagai tukang masak di dapur istana.

Keuletan, tangkas, disiplin, berani mengambil resiko, membuat banyak terobosan, membuat karir Hideyoshi si monyet merangkak dengan cepat, dari sekedar pegawai rendahan sebagai pengatur supply kayubakar, pembawa sandal Lord Nobunaga, merangkak menjadi kepala dapur, lalu naik menjadi prajurit kelas bawah, lalu dalam pristiwa pembangunan sebuah benteng yang pada mulanya memakan waktu berbulan bulan dan tidak kunjung selesai, kemudian diserahkan kepada Hideyoshi, dan secara luar biasa dapat kelar hanya dalam waktu tiga hari tiga malam. Peringkat Hideyoshi pun kembali naik menjadi prajurit kepala, yang membawahi beberapa orang prajurit dibawahnya.

Hideyoshi terus mengukir prestasi, pekerjaan yang tidak dapat diselesaikan orang lain, kemudian diserahkan kepada Hideyoshi, dan selalu berakhir cemerlang. Sehingga posisinya pun dimata Lord Nobunaga semakin mentereng, ia semakin dipercayai untuk mengemban tanggung jawab yang lebih besar lagi, dan selalu bisa ia selesaikan dengan membuat Lord Nobunaga terkagum kagum.

Hideyoshi bukanlah seorang samurai yang ahli memainkan pedang, mungkin hanya butuh dua atau tiga gebrakan saja prajurit kelas paling bawah sudah dapat merobohkannya, tampangnya yang buruk rupa, tinggi badannya yang menyedihkan, berbanding terbalik dengan karakternya yang seorang pemimpin tulen, ia dapat memahami kondisi anak buahnya, lalu memberi solusi yang tepat bagi masalah mereka, ia rela merelakan gaji pribadinya untuk memberikan pelayanan yang sangat baik untuk bawahannya, ia bukanlah pribadi yang kejam, yang menghukum dengan keras jika ada yang berbuat salah, ia adalah pemimpin dengan jiwa pemaaf yang sama sekali tidak mengurangi ketegasannya. 

Sama seperti Lord Nobunaga, Hideyoshi juga adalah orang yang pandai mengapresiasi prestasi anak buahnya, senantiasa memberikan mereka penghargaan dan penghormatan jika ada pegawainya yang berhasil mencapai sesuatu, meski sekecil apapun itu, hingga tidak heran banyak para pegawai berbakat dari klan Oda yang sangat ingin bekerja di bawah komando Hideyoshi. Perbedaan paling mencolok antara Lord Nobunaga dan Hideyoshi adalah tingkat kesabaran dan kebijaksanaannya, Lord Nobunaga seorang yang pemarah, Hideyoshi penyabar, Lord Nobunaga cenderung temperamental dan menghukum setiap kesalahan dengan keras, dan kadang karena saking kerasnya cenderung semena mena, maka Hideyoshi adalah seorang pemimpin yang adil dan pemaaf, ia kerapkali membuat seseorang takluk karena sifatnya yang sangat ksatria dan pemberani, bukan dalam pertarungan fisik, namun dalam karakter dan jati diri.


Tewasnya Lord Nobunaga

Setelah beberapa lama Hideyoshi mengabdi di klan Oda, tiba tiba sebuah musibah datang, pengkhianatan dan musuh dalam selimut beraksi, berusaha melumpuhkan kekuatan klan Oda dari dalam. Saat itu, Hideyoshi telah menjadi salah satu jendral yang disegani di klan Oda dengan beberapa ribu tentara yang menjadi bawahannya. Ketika pengkhianatan berdarah yang dipimpin Mitsuhideterjadi, Hideyoshi dan pasukannya sedang dalam tugas menaklukkan sebuah benteng di bagian lain propinsi jepang. 

Dalam pemberontakan dan pengkhianatan ini, Mitsuhide dan beberapa pengikutnya berhasil membunuh Lord Nobunaga, pemimpin tertinggi klan Oda. Setelah berhasil membunuh Lord Nobunaga, Mitsuhide dan pengikutnya melarikan diri ke sebuah klan lain yang memang mendukung pengkhianatan tersebut. Segera berita kematian Lord Nobunaga, salah satu pemimpin klan paling kuat,  menyebar ke semua pemimpin klan Oda dengan cepat, semua pemimpin dan para jendral perang seolah buntu pikirannya, tidak tahu harus berbuat apa, sementara Mitsuhide sedang berusaha menggaet sekutu lain untuk mempersiapkan pasukan yang lebih besar guna menghancurkan kekuatan klan Oda hingga ke akar akarnya.

Diantara kebuntuan itu, diantara kebingungan dari semua pemimpin dan jendral klan Oda, karena kesedihan mendalam dan kehilangan arah komando setelah tewasnya Lord Nobunaga. Ada satu pemimpin yang tetap bisa berpikir dengan jernih, dengan ketegaran yang kuat, dan mampu mengambil tindakan dengan cepat, dan dia adalah Hideyoshi, si manusia pendek dengan wajah jelek seperti kera.

Hideyoshi segera mengatur strategi untuk segera melumpuhkan Mitsuhide dan klan pendukungnya, mulai dari memperteguh mental pasukannya yang seolah jatuh, membuat perjanjian damai sementara dengan benteng yang sedang dikepungnya, lalu ia dan pasukan terbaiknya kembali ke istana klan Oda, kemudian memburu Mitsuhide, dan hanya berselang beberapa hari dengan kematian Lord Nobunaga, Mitsuhide pun tewas dalam pertempuran dengan pasukan khusus klan Oda pimpinan Hideyoshi.

Berita segera disebar ke semua propinsi di jepang, bahwa pengkhianat klan Oda sudah dibunuh, dan pengkhianatan itu sama sekali tidak melemahkan klan Oda. Selain jago dalam strategi berperang Hideyoshi juga mengerti bahwa kekuatan media, adalah sebuah kekuatan besar yang juga harus ia kuasai, karena itu ia menyebarkan berita ke seluruh jepang tentang kekuatan dan ketangguhan klan Oda yang tidak sedikitpun terganggu dengan adanya pengkhianatan Mitsuhide.


Mencapai puncak impian

Dalam rapat untuk membahas siapa yang akan menggantikan posisi Lord Nobunaga sebagai pemimpin tertinggi klan Oda, juga terjadi perselisihan yang sengit, dan hampir berujung pertumpahan darah. Saat itu Hideyoshi tampil kembali, memberi solusi yang dapat diterima oleh semua orang, dan solusi itu adalah dengan mengangkat dirinya sendiri sebagai pengasuh dan pembimbing cucu Lord Nobunaga yang masih bayi bernama Nobutada, sebagai penerus sah kepemimpinan klan Oda, dengan kata lain, sebelum anak yang baru berumur satu tahun itu dewasa, Hideyoshi lah yang akan menjadi pemimpin klan Oda. 

Hideyohi terus mengukir kemenangan demi kemenangan dalam setiap pertempurannya, perlahan lahan mimpi untuk mempersatukan seluruh Jepang mulai menjadi kenyataan. Hideyoshi adalah negarawan sejati, ia membangun terus kekuatannya, bukan dengan samurai dan pedang, namun dengan karakter, sifat, dan negosiasi. Kekuatan pedang dan samurai baru akan ia gunakan, jika semua cara lain sudah mentok, dan semua usaha sudah buntu.

Akhirnya, impian terbesar Hideyoshi si muka monyet, mulai terwujud, ketika semua wilayah Jepang sudah berhasil ia satukan dalam satu bendera. Hideyoshi diangkat menjadi shogun, atau wakil kaisar, yang pada hakikatnya adalah pemimpin tertinggi Jepang, karena kaisar hanyalah jabatan simbolik semata, semua keputusan pemerintahan, keputusan militer, keputusan negara berada dibawah pengendalian wakil kaisar. Dan Hideyoshi telah mencapai itu.


Menumpahkan tinta di kertas sejarah sendiri

�� salah satu hal yang akan menghiburku, bahwa kalian akan belajar dari semua yang aku lakukan, terutama kesalahan yang aku lakukan dimasa tua, kalian dapat belajar dan tidak melakukannya..� 

Itu adalah sepenggal kalimat pesan terkahir dari  Hideyoshi.

Mengapa demikian, saya akan menceritakan sedikit mengapa Hideyoshi menulis seperti itu.

Saat kekuasaan sudah ada ditangan seseorang, tidak banyak yang bisa selamat darinya. Posisi yang memungkinkan seseorang, untuk melakukan segala hal untuk memuaskan dirinya dapat ia lakukan dengan mudah, dan godaan untuk itu, untuk memuaskan diri, memanjakan diri secara berlebihan, memperoleh segala sesuatu yang di inginkan karena kekuasaan yang ia miliki, terkadang lebih banyak menggiring seseorang menuju bencana dan kebinasaan.

Begitu juga dengan Hideyoshi pada masa masa akhir dalam catatan hidupnya yang penuh dengan kegemilangan perjuangan, ia malah mencatatkan kisah buruk yang ia sendiripun tidak percaya ia bisa melakukan itu, yang jauh menentang prinsip prinsip masa mudanya yang mengukir banyak prestasi, yang bijaksana dan arif dalam menyelesaikan persoalan. 

Beberapa kesalahan besar yang Hideyoshi lakukan diantaranya, adalah masalah pemuasan hawa nafsu syahwatnya, posisinya yang memungkinkan untuk melakukan hal itu menjadikannya memiliki hampir seribu gundik dalam istana, yang tidak seorangpun laki laki boleh memasuki kamar mereka, hal itu dilatarbelakangi oleh isterinya yang tidak bisa memiliki anak, namun sesungguhnya itu hanya disebabkan posisi Hideyoshi yang memungkinkannya melakukan hal itu. Seperti seorang bocah dengan sekantong uang  yang masuk ke toko permen atau mainan, ia akan menghabiskannya disana.

Hideyoshi mulai bergaya hidup mewah, menghambur hamburkan keuangan negara untuk seseuatu yang kurang bermanfaat. Belum  puas dengan apa yang ia peroleh di dalam negeri,  lalu ia juga memutuskan menginvasi  Korea dan China, sebuah keputusan yang membuat negara dan para samurainya berada dalam sengsara. Hideyoshi pun pernah menghukum mati sebuah keluarga yang masih kerabatnya sendiri, hanya karena salah satu anggota keluarga cenderung berpotensi untuk membahayakan posisinya di kemudian hari.

Keputusan keputusan  yang dibuat Hideyoshi pun sudah tidak sejalan dengan prinsip kstarianya saat muda dan  masih berjuang. Satu contoh, saat muda ia adalah orang yang teguh memegang aturan, ia akan menghukum seseorang yang telah jelas jelas melanggar aturan dan merugikan masyarakat, namun pada masa dipuncak kekuasaannya, Hideyoshi tidak melakukan itu, saking sayangnya ia dengan para pengikut setianya, dan sakingnya inginnya ia untuk selalu di sebut sebagai � pemimpin yang baik � , membuatnya tidak pernah meberi hukuman yang tegas pada bawahannya yang serakah, dan merugikan masyarakat kelas bawah.

***

Dan itulah kisah hidup singkat hideyoshi, sang pemimpin dan pemersatu Jepang. 

Ia mencoreng arang diwajahnya, mencoreng catatan hidupnya, justru ketika ia telah mencapai semua mimpinya, di sisa sisa akhir hidupnya.

Semoga kita bisa belajar dari kesalahannya, dan seperti kata Hideyoshi sendiri, itu akan sedikit menghiburnya.


Kakek Pengeras suara

Dan ini tentang seorang putra hebat dari bangsa kita, Indonesia. Lahir dari salah satu pulau bagian timur nusantara, memiliki kepiawaian dalam bisnis dan wirausaha, memiliki keteguhan dan kekuatan yang hebat dalam beragama. 

Saya tidak akan menyebut nama asli beliau, namun saya yakin dengan narasi pada kalimat kalimat selanjutnya, saudara dan sahabat pembaca semua akan dengan mudah mengetahui siapa dia, saya hanya akan menyebutkan dengan  julukan yang banyak orang sematkan pada beliau saat ini, the speaker man, atau Mr. speaker, bukan karena kemampuan berpidatonya yang hebat dan menggugah, atau ceramahnya yang membuat orang tersentuh, namun sepak terjangnya akhir akhir ini yang kerapkali membahas masalah speaker atau pengeras suara, utamanya yang berkaitan erat dengan pengeras suara yang ada di masjid atau musholla, tempat ibadah umat islam. Mayoritas keyakinan umat beragama di Indonesia.

Masa muda Mr. speaker ini penuh dengan prestasi  dan pencapaian luar biasa, ia adalah sosok yang bijaksana, pandai menghargai prestasi prestasi kecil bawahannya, pandai bernegosiasi, kerap menjadi penengah yang adil dalam banyak masalah dan konflik yang ada. Prestasi dalam bisnis pun sangat luar biasa, namanya telah menjadi salah satu ikon bisnis tanah air, bisnisnya merajai banyak bidang, mulai dari distributor otomotif, developer property, kontraktor, pertambangan dan lain lain. Ia adalah sosok yang sangat sukses dan berhasil dalam kehidupan masa mudanya.

Beliau, Mr. Speaker ini juga merupakan sosok yang sangat taat beragama, banyak sekali hal yang telah dilakukannya dalam usaha mensyiarkan islam di nusantara, beliau juga mengetuai Dewan Masjid Indonesia, juga pernah menjadi Ketua Umum Palang Merah Indonesia, dan beliau tidak pernah setengah setengah dalam berprestasi, banyak kemajuan dan kebanggaan bangsa Indonesia dengan memiliki sosok yang hebat dan berbudi pekerti luhur seperti beliau.

Saat ini, sama seperti Hideyoshi, si samurai tanpa pedang, Mr. Speaker juga telah mencapai puncak prestasi kekuasaannya sebagai Shogun / atau wakil kaisar di Indonesia, bahkan lebih hebat lagi, beliau telah mendapatkan peran sebagai wakil kaisar sebanyak dua kali, dan periode pertama beliau lakukan dengan sangat baik, salah satu terobosan besar yang beliau capai adalah, ikut serta sebagai penggagas dan penengah konflik berdarah berkepanjangan di bagian paling barat pulau Sumatera, tempat dimana Masjid Baiturrahman berdiri, dan rencong pusaka ditempa.

Namun yang membuat saya, dan saya yakin ini bukan saya saja, merasa gelisah dan khawatir dengan tindak tanduk Mr. Speaker saat ini, setelah ia memangku jabatan kedua kalinya sebagai Shogun di tanah air tercinta ini. Banyak pernyataan dan ucapannya seolah menyakitkan hati kami rakyatnya, utamanya lagi yang berhubungan dengan umat islam. Pembelaannya terhadap hukum Allah yang dulu besikukuh ia bela dengan segala macam diplomasi dan strategi, sekarang malah sepertinya tidak begitu menjadi perhatian baginya. Padahal posisinya sekarang sangat memungkinnya untuk banyak membuat kebijakan yang akan membuat catatan emasnya semakin cemerlang.

Beberapa keajadian tidak kondusif di Indonesia saat ini, Mr. Speaker langsung menudingnya sebagai buah dari kebijakan pengeras suara di masjid dan musholla ( dan karena hal inilah ia di panggil Mr. Speaker ). 

Mestinya pada puncak kekuasaannya saat ini, Mr. Speaker dapat membuat banyak terobosan dan kebijakan yang akan membuat namanya kian harum di masa masa mendatang, membuat pembelaannya terhadap agama yang ia anut, akan semakin kuat terlihat. Membuat anak cucu akan mengenangnya sebagai pembela rakyat dan agama yang tidak pernah goyah.

Saya tidak ingin mengatakan bahwa kaisar kami Indonesia  sekarang ini hanyalah posisi simbolik saja, kekuasaan penuh dan putusan kebijakan kebijakan sentral berada ditangan orang lain atau kelompok yang lain. Dan ironisnya bukan juga  berada ditangan  shogun, si Mr, Speaker. 

Kami, saya khususnya, tidak tahu persis dimana pemilik kekuasaan yang sebenarnya berada, seperti apa orangnya, apakah dia dari kalangan samurai, atau hanya ronin kelas atas yang terorganisir saja. Namun, sebagai masyarakat awam, yang tidak memiliki kemampuan untuk memverifikasi berita secara akurat dan benar benar nyata, kami memang melihat dengan jelas bahwa kaisar dan shogun, si Mr. Speaker ini, memang tidak begitu memiliki banyak power dalam setiap ucapan dan tindakan mereka...

Entahlah�

Buat para pengikut fanatik kaisar, mohon jangan marah. Setidaknya ini yang saya / kami  lihat dan rasakan sebagai masyarakat bawah. Banyak kebijakan Kaisar dan Mr. Speaker yang sepertinya tidak berpihak kepada kami, orang orang yang seharusnya mereka bela dan perjuangkan.

Saya sungguh berharap dan berdoa. Khususnya untuk Mr. Speaker, shogun kami ini, untuk dapat dengan sangat mengambil pelajaran dari kisah pendekar samurai tanpa pedang, si Hideyoshi. Terutama yang berkenaan dengan yang akan membuatnya terhibur, yaitu jangan melakukan kesalahan yang sama seperti yang pernah Hideyoshi lakukan, menumpahkan tinta secara sembarangan pada bagian akhir sejarah emasnya.

Usia Mr. Speaker juga sudah tidak muda, karena itu banyak yang memanggilnya kakek. Dan ini adalah usia bab bab terakhir dalam sebuah buku, dan seyogyanyalah  ditulis dengan seindah indah- indahnya  kata. Dengan lebih banyak mengutamakan pesan terbaik untuk generasi selanjutnya.

Saya sungguh berdoa, semoga kakek pengeras suara, atau wakil kaisar kami ini, kembali memegang keteguhannya seperti berjuang dulu di masa muda, sama seperti bagaimana besar usahanya dalam memakmurkan masjid dan rumah Allah,  sama seperti begitu gigihnya ia memperjuangkan kedamaian di daerah yang satu satunya pelaksana hukum syariah di Indonesia. Semoga Allah memanjangkan umur beliau, dalam rahmat, dalam jihad, dan dalam kebenaran senantiasa.

Saya sungguh mengagumi Toyotomi Hideyoshi, si Samurai Tanpa Pedang berwajah mirip kera, dan sunguh saya tidak ingin, Mr. speaker melakukan kesalahan yang sama seperti dirinya�



Salam
Please share and coment jika dirasa bermanfaat.

0 Response to "Kakek pengeras suara dan kisah pendekar samurai tanpa pedang"

Posting Komentar