Jika teman yang kamu percaya menusukmu dari belakang, pikirkan ini untuk membalasnya





Sering mendengar istilah ditusuk teman dari belakang..?

Tentu kata kata ini bukan makna sebenarnya, melainkan merupakan metafora dari sebuah perbuatan berkhianat yang dilakukan oleh seseorang yang kita percaya, bisa teman, sahabat, atau lainnya, yang pastinya dilakukan oleh seseorang yang sudah kita anggap dekat dengan kita, dan kita menaruh kepercayaan yang besar padanya.

Dikhianati seseorang memang sungguh menyakitkan, apalah lagi yang mengkhianati adalah orang yang selama ini kita puja puji kesetiaannya dalam menjaga hubungan baik dengan kita, tentu ini akan lebih berlipat ganda rasa sakit dan perihnya. 

Bahasan yang paling umum dalam hal ini, adalah yang erat kaitannya dengan rasa cinta dan sayang kepada seseorang, bisa rasa cinta seorang perempuan kepada  seorang laki laki, ataupun sebaliknya. Dalam postingan singkat ini saya ingin menceritakan sebuah pelajaran yang bagus dari seorang laki laki yang menaruh cinta dan pengharapan cukup besar pada seorang gadis, gadis itu dikenalnya belum lama, namun rasa suka dan cinta didalam dirinya pada si gadis membuatnya begitu memuja dan mengelu -elukan si gadis cantik tersebut.

Si pemuda ini, kita sebut saja namanya A, dan si gadis kita juga bisa menyebutkan  namanya  dengan sebutan B. Sejak si A ini mengenal B,  ia melakukan banyak hal untuk mendekati si B, melakukan perbuatan yang kadang malah terlihat �bodoh� mungkin dimata orang lain, namun ia rela melakukan itu, hanya untuk meyakinkan si B, bahwa ia sungguh sungguh mencintainya dan berniat untuk mengajaknya menikah tidak berapa lama lagi.

Si A ini, memiliki seorang teman dekat, yang sudah ia anggap seperti sauadara sendiri, sebut saja namanya si C, mereka sudah saling mengenal sejak lama, karena memang mereka memang bekerja pada satu perusahaan yang sama. Si A dan si C termasuk teman yang dekat, si C beberapa kali menginap ditempatnya si A untuk sekedar jalan jalan atau bercerita. Dan si A ini, ia banyak bercerita pula pada si C tentang kehidupannya, terlebih khusus lagi tentang si B, seorang gadis yang ia puja, ia banyak meminta pendapat kepada si C, karena memang dari umur dan pengalaman urusan seperti itu, si C memang telah memilki track recordyang cukup panjang.

Jika ada kemajuan tentang hubungannya atau lebih tepatnya progress pendekatannya pada si B, maka dipastikan si A akan bercerita pada si C, dan si C pun memberi saran ini dan itu, dan hal ini berjalan beberapa lama, hingga kurang lebih sekitar 3 bulan.


Dilibat teman sendiri

Namun  tanpa di ketahui oleh si A.,,

Ternyata si C ini juga melancarkan jurus jurus pendekatannya pada si B, dan mungkin karena jam terbang yang tinggi, serta pengalaman yang cukup mumpuni dalam bidang urusan pacar memacari perempuan, tidak menunggu waktu lama, si B mulai bersimpati kepada di C, dan pada akhirnya memang si B sukses jatuh  ke pelukan si C..

Proses menggunting dalam lipatan, menjegal kawan seiring ini, berlalu sekitar satu bulan sebelum akhirnya berita itu pun sampai juga kepada si A�

Dan tentu dapat kita duga, bagaimana remuk redamnya perasaan si A mendengar kabar seperti itu. Dalam sebuah tulisan ia menggambarkan perasaannya dengan kalimat seperti ini; 

�� Engkau tahu buah pepaya yang sudah sangat matang itu, jika dibiarkan saja dan lama tidak dipetik, ia pun agar jatuh ketanah dalam keadaan pecah karena sudah saking matangnya. Jika kalian tahu perasaanku saat ini, adalah seumpama itu, buah pepaya yang telah sangat matang itu kalian petik, lalu dengan sekuat tenaga kalian hempaskan ke batu. Jadi apalagi yang tersisa �?, Kecuali hancur remuk berantakan, berserakan daging buahnya, berhamburan bijinya. Tidak ada lagi yang tersisa kecuali rasa sakit dan dendam..�

Dengan rasa bersalah yang sangat minim, Si C biasa saja bercerita kepada si A tentang hubungan yang semakin �menyenangkan� dengan si B. Dan si A pun menanggapi hal itu, walaupun kadang bibirnya tersenyum, namun hatinya dipenuhi rasa benci kepada keduanya, baik si B terlebih lagi s C. 

Si A berusaha agar sikapnya  tidak ikut terpengaruh dengan kejadian tersebut, meski skandal itu telah meluluh lantakkan hatinya, ia tetap berusaha agar tetap terlihat biasa dan tegar, namun sedikit banyak, tentu suasana hati akan berpengaruh juga terhadap sikap dan prilaku, dan hal itupun juga terlihat dari sorot matanya si A, juga ucapannya yang terkadang terdengar sangat ketus dan tajam dalam menanggapi obrolan dengan si C di berbagai kesempatan.


Belajar dari Salman

Dalam suasana  perasaan yang sedang larut dalam sakit hati, benci, dendam, marah, kecewa, dan entah apalagi, tanpa direncanakan si A membaca sebuah artikel yang pada akhirnya mengubah persepsinya dalam melihat persoalan yang ia hadapi saat itu.

Artikel tersebut bercerita tentang salah satu sahabat Rasullullah SAW, Salman Al Farisi. 

Salman Al Farisi adalah salah seorang sahabat yang berasal dari Persia, ia termasuk salah seorang yang juga sangat dekat dengan baginda Rasullullah, namanya tidak begitu terkenal sebelum perang Khandaq, namun setelah kesuksesan pasukan muslim mematikan langkah pasukan Quraisy dalam perang Khandaq, nama Salman Al Farisi banyak disebut, kenapa..? karena ia lah orang yang memilki ide untuk menggali parit / khandaq mengelilingi kota Madinah untuk menjadi pagar yang efektif dalam usaha membendung gerakan pasukan kafir Quraisy.

Kisah yang akan dituturkan kembali ini bukan prihal kepiawaian Salman Al Farisi dalam mengatur siasat perang Khandaq itu, namun ini berkenaan dengan kisah cintanya, kasih tak sampainya, dan bagaimana ia merespon sesuatu yang tidak terjadi seperti  apa yang ia impikan.

Saat ikut hijrah ke Madinah, Salman Al Farisi dipersaudarakan dengan salah satu sahabat Rasullullah yang lain, seorang penduduk asli kaum Ansar yang juga terkenal ketaqwaannya, yaitu Abu Darda.

Suatu ketika, Salman Al Farisi ini menyukai seorang perempuan muslimah yang sholehah, dan ia bermaksud untuk segera meminangnya. Maka selama beberapa waktu ia menyiapkan segala sesuatu yang diperlukan untuk proses melamar dan menikahi sang gadis tersebut.  Setelah dirasa persiapan yang ia lakukan sudah cukup, berupa mahar dan lain sebagainya, Salman Al Farisi yang tidak tahu adat istiadat tentang khitbah, melamar, meminang, dan segala hal ikhwalnya kota di Madinah tersebut, berinisiatif mengajak saudaranya Abu Darda, untuk menemani melamar si gadis pujaannya itu, hingga berangkatlah dua sahabat ini kerumah si gadis untuk mengutarakan maksudnya.

Di rumah tujuan mereka di sambut oleh sang ayah si gadis, sedangkan gadis tersebut ditemani Ibunya, mendengarkan dari ruangan yang sama, namun dipisahkan oleh hijab / tabir.

�� Saya datang ke rumah bapak, bermaksud untuk menyampaikan pinangan saudara saya ini, Salman Al Farisi untuk puteri bapak. Beliau ini ( Salman Al Farisi ), adalah salah satu sahabat dekat Rasullullah, dan beliau dengan segala kerendahan hati bermaksud ingin memperisteri puteri bapak�� kira kira demikian kalimat Abu Darda mengemukakan tujuan kadatangan mereka.

Ayah si gadis dengan wajah sangat senang menjawab

�� Sungguh sebuah kehormatan bagi kami, salah satu sahabat dekat Rasulullah berniat ingin meminang puteri kami, tentu kami sangat senang dan merasa tersanjung denga lamaran ini. Namun, saya tentu tidak dapat memutuskan sendiri, saya serahkan jawaban langsung kepada puteri saya� � 

Tiga wajah menoleh kearah tabir disamping mereka, menunggu suara keluar dari dalamnya. Salman Al Farisi dan Abu Darda tentu menunggu jawaban ini dengan perasaan tegang dan penuh harap, setelah hening sejenak, terdengarlah kemudian sebuah suara lembut dari balik tabir, suara dari sang Ibunda gadis tersebut.

�� Sekali lagi, kami ingin mengucapkan terimakasih dan rasa hormat yang besar, kami sungguh merasa terhormat dengan lamaran ini..., namun�� Sang Ibunda menghentikan ucapannya, membuat Salman Al Farisi dan Abu Darda kian tegang menanti kelanjutannya.

Namun, dengan penuh rasa hormat, saya harus menyampaikan jawaban puteri kami, kami sungguh memohon maaf, bahwa untuk lamaran Salman Al Farisi kami tolak, namun jika yang melamar adalah sahabat Abu Darda, maka puteri kami mengatakan ia akan menerimanya��

Bayangkan jika kita yang mendapat jawaban seperti itu saat meminang gadis pujaan kita, sudah tidak tahu lagi, akan bagaimanakah bentuk muka dan perasaan kita mendengar kalimat Ibu si gadis. Namun sungguh, sahabat Salman Al Farisi adalah sahabat  yang terpilih, hatinya senantiasa dipenuhi ketaqwaan dan ikhlas kepada setiap ketentuan Allah SWT, maka dengarlah apa yang akan menjadi jawaban Salman Al Farisi berikut ini, sebuah jawaban yang juga akan mengubah persepsi si A dalam cerita yang kita tuturkan sebelumnya diatas.

�� Subhanallah, Allhamdulillah, Allahu Akbar, sungguh hanya Allah SWT Yang Maha Menguasai setiap hati manusia, kalau memang demikian adanya, maka ini  saya serahkan segala persiapan yang telah saya sediakan sebagai mahar pernikahan saudara saya Abu Darda ini dengan puteri bapak dan Ibu, dan Insya Allah saya siap untuk menjadi saksinya��

Sungguh sebuah respon yang spektakuler bukan..?

Pengkhianat adalah untuk pengkhianat pula


Membalas dengan ikhlas

Setelah membaca tentang artikel tentan Salman Al Farisi tersebut, si A mulai menyadari kesalahannya, bahwa bukan sahabatnya yang jahat, tapi karena hatinya saja yang masih terlalu sempit, bukan pula karena si B wanita tidak tahu adat, melainkan karena dirinya saja bukanlah orang yang tepat. 

Perlahan si A pun mampu mengikhlaskan tikaman si C dan B untuk dirinya, memang masih ada bekas luka, namun sama sekali tidak mempengaruhi penampilannya lagi dikemudian hari.

Sekedar catatan tambahan buat kita, bisa saja suatu ketika, hal yang terjadi pada si A juga menimpa kita, ditikam dari belakang oleh seseorang yang kita percaya, karena itu kawan, belajarlah dari Salman tentang ridha dan keikhlasan, namun jika menurutmu itu masih kurang, maka perhatikanlah firman Allah SWT yang menyatakan bahwa laki laki yang baik adalah untuk perempuan yang baik, dan perempuan yang baik pun adalah untuk lelaki yan baik. 

Berbanding lurus dengan itu, lelaki yang tidak baik pun adalah untuk perempuan yang tidak baik, dan laki laki pengkhianat, tentu saja hanya untuk perempuan pengkhianat pula� 

Jadi relakanlah, bahkan mungkin kita perlu besyukur, karena dengan pengkhianatan itu, ternyata Allah SWT sebenarnya telah menyelamatkan kita dari dua orang pengkhianat sekaligus�




Salam

Please share and coment jika dirasa ada manfaatnya.

0 Response to "Jika teman yang kamu percaya menusukmu dari belakang, pikirkan ini untuk membalasnya"

Posting Komentar