Muslim semenjak lahir tidak menjamin anda telah besyahadat, ini faktanya




Hari jum�at ini seperti biasa, saya memilih untuk melaksanakan sholat Jum�at di masjid Raya kota Samarinda, walaupun cukup jauh dari tempat tinggal saya, dan meskipun sekitar 500 meter dari rumah juga ada masjid yang biasa digunakan untuk sholat jum�at, namun saya lebih sering memilih untuk sholat di masjid raya Darussalam, kota Samarinda ini. Alasannya, saya lebih sering menemukan khutbah yang menggugah disana, khutbah jum�at yang disampaikan dengan keilmuan yang membuat saya lebih banyak berpikir, lebih banyak introspeksi diri, dan lebih banyak bermunajat. 

Saya mengatakan ini, bukan berarti masjid yang didekat rumah, khutbah jum�atnya tidak bagus, juga bagus, namun saya memilih untuk tetap sholat jum�at di masjid raya.

Memang ada sebagian orang diantara jamaah sholat jum�at yang malah tertidur saat disampaikannya khutbah, padahal kita tahu bahwa mendengarkan khutbah dengan khusyu� saat menunaikan sholat jum�at adalah termasuk salah satu rukunnya. Hal ini menurut saya disebabkan oleh beberapa hal, yang salah satu diantaranya adalah cara penyampaian dan materi khutbah yang mungkin tidak dapat menarik jamaah untuk bisa terus mensiagakan diri mendengarnya. Khutbah yang disampaikan dengan membaca buku panduan, dan bahkan kadang khatibnya yang telah agak berumur terbata bata membacanya, tentu saja bukan jenis speech yang bagus untuk menggugah umat islam dalam ajakan untuk meningkatkan ketaqwaan kepada Allah, selain juga hal itu dapat menunjukkan bahwa tingkat keilmuan sang khatib belum bisa membuat banyak orang tertarik dengan apa yang ia sampaikan.

Dan ini juga menjadi panggilan buat yang lebih muda, seperti kita kita ini, untuk dapat turut serta mengambil bagian dalam dakwah seperti ini.

Kembali ke Masjid Raya Darussalam tempat saya melaksanakan sholat jum�at hari ini�

Ada hal yang menarik yang yang ingin saya ceritakan di sini, tentang apa yang saya temui di masjid raya Samarinda hari ini tadi. Setelah selesai prosesi sholat jum'at, jamaah yang tidak terburu buru meninggalkan masjid, oleh khatib yang tadi menyampaikan khutbah, diundang untuk maju ke depan, ke arah mihrab, untuk menyaksikan kembalinya kepada islam seseorang perempuan bernama Theresia, yang sebelumnya adalah non muslim, ia ingin bersyahadat hari ini, kembali ke pangkuan Islam, satu satunya agama yang mengajarkan ketauhidan.

Prosesi keislaman Theresia berjalan dengan lancar, tanpa ada hambatan.

Namun yang sangat menarik untuk saya adalah, sedikit kata kata pengantar dan nasehat dari sang khatib, yang juga menjadi penuntun Theresia dalam bersyahadat.

Sebelum pembacaan syahadat dilakukan, Theresia membaca sebuah surat pernyataan yang menyatakan bahwa ia secara resmi telah keluar atau meninggalkan agama dan kepercayaannya sebelumnya. 

� Saudari Theresia, ikuti ucapan saya. Mengucapkan dua kalimat syahadat, dilidah kemudian dibenarkan dalam hati. Hati itu tidak ada yang tau, semua jamaah tidak ada yang tau, kecuali kamu dengan Allah SWT. Yakini apa yang kamu ucapkan, yang akan menjadi saksi penyaksian kamu di depan Allah SWT��

Demikian kalimat sang khatib sebelum menuntun Theresia besayahadat untuk menjadi muslimah. Kemudian dengan lancar Theresia mengikuti ucapan sang khatib.

�� Baik, sudah jelas sekarang bahwa saudari Theresia telah menjadi muslim, nanti pulang ke rumah lakukan mandi wajib, basahi seluruh badan, dari ujung rambut hingga ujung kaki. Kemudian mulai laksanakan rukun islam yang kedua, yaitu sholat lima waktu. Ingat, tidak sedikit orang islam yang meninggalkan sholat lima waktu. Tampilkan ketulusanmu. Kita semua yang hadir disini, bahwa kita harus menegakkan islam dengan menegakkan sholat. Rasullullah mengatakan � barangsiapa yang meninggalkan sholat dengan sengaja, khawatir jadi kafir. Barang siapa yang menegakkan sholat , sama dengan menegakkan agama, barang siapa yang meninggalkan sholat dengan sengaja, sama dengan meruntuhkan agama��

Itu beberapa kalimat nasehat khatib yang menuntun keislaman saudari Theresia, sebelum prosesi itu disudahi dengan pembacaan doa, dan ucapan selamat dari para jamaah untuk Theresia.

***


Yang saya masih kepikiran adalah kalimat khatib yang mengatakan tentang syahadat tadi bahwa �Mengucapkan dua kalimat syahadat, dilidah kemudian dibenarkan dalam hati. Hati itu tidak ada yang tau, semua jamaah tidak ada yang tau, kecuali kamu dengan Allah SWT. Yakini apa yang kamu ucapkan, yang akan menjadi saksi penyaksian kamu di depan Allah SWT��

Ucapan ini sangat powerfullmenurut saya, sangat keras memukul bahkan untuk orang yang telah lama memeluk islam sekalipun, seperti saya ini.

Saya melihat diri sendiri, mengingat ingat, kapan saya benar benar khusyu� mengucapkan kalimat syahadat, kemudian hati saya sungguh sungguh membenarkan nya. Bahkan saya tidak tau kapan itu terjadi, ataukah memang benar benar pernah terjadi pada diri saya. Karena mungkin selama ini kalimat syahadat hanya melucur di lisan saja, belum masuk ke relung hati, belum dapat menjadi saksi pengakuan penuh dan ikhlas kita dihadapan Allah SWT.

Setiap shalat lima waktu, kalimat syahadat selalu saya ucapkan, tapi kadang itu hanya karena impact repetitif, karena kebiasaan yang diulang ulang, sehingga sangat lancar untuk dilakukan. Namun, esensi dari pengakuan secara tulus ikhlas akan kalimat tersebut masih belum bisa sungguh sungguh mendarah daging dalam sanubari terdalam.

Sehingga banyak diantara kita, yang sholat, kemudian tanpa ia sadari sudah selesai begitu saja, sudah sampai kepada salam, namun menyatunya, atau sinkronisasinya antara ucapan di lidah dan kata kata dihati menjadi tidak ada, seolah kosong saja.

Astaghfirullah..

Sekarang jika kita ingin bertanya, dengan mengukur jawabannya kepada diri sendiri. Karena ini adalah perkara hati, hal yang hanya Allah SWT dan si empunya hati saja yang tau. Berapa banyakkah dari kita umat islam, yang sejak dilahirkan telah tertulis di akta kelahirannya beragama islam, sungguh sungguh telah besyahadat dengan tulus, sungguh sungguh telah bersaksi / dan mengakui dengan penuh ketundukan dan kepasrahan akan kekuasaan Allah SWT, akan kerasulan Rasulullah SAW�?

Untuk kultur masyarakat kita saat ini yang masih banyak orang dengan sangat enteng mengabaikan perintah Allah SWT, saya masih meragukannya jika mengatakan semua orang yang terlahir muslim telah sungguh sungguh bersyahadat dalam hidupnya.

Sungguh beruntung kita ini yang telah terlahir menjadi muslim, yang saat lahir agama ketauhidan telah kita sandang sebagai identitas kita, yang islam telah Allah berikan untuk kita, tanpa kita memintanya, tanpa kita susah susah memperjuangkannya. Karena saking mudahnya mendapatkan islam, beberapa orang cenderung mengabaikannya, padahal apalagi yang bisa lebih berharga daripada keyakinan dan ketulusan dalam berserah diri kepada Sang Penguasa setiap nyawa.

Berbeda jauh dengan saudara saudara kita yang mualaf, yang memperoleh Islam dengan usaha, dengan perjuangan, dengan ikhtiar tinggi, dengan doa tiada putus kepada Tuhan Yang Maha Esa, agar Allah membuka dan menuntun mereka kembali kepada islam. Para mualaf biasanya akan lebih kuat dalam keislamannya, lebih giat belajarnya, lebih cepat aplikasi syariat islam dalam dirinya, hingga mereka pada akhirnya tampil sebagai para pembela islam yang sangat bisa diandalkan, jauh mengalahkan orang islam yang telah mengenal islam semenjak dilahirkan.

Menjadi orang islam adalah sesuatu yang sangat berharga kawan, kita tidak memiliki hal yang paling tinggi nilainya di dunia ini kecuali keimanan kita kepada Allah SWT.  Jangan sia siakan, banyak orang diluar sana yang masih mengembara mencari kebenaran dan tempat kembali yang hakiki, dan sedangkan kita telah memilikinya.

Akhirnya saya ingin menutup tulisan ini sembari mengajak saudara pembaca semua, yang beragama islam khususnya. Mari kita bersayahadat lagi, dengan sepenuh hati kali, bukan hanya meluncur dari bibir namun jauh dari hati. Seperti yang khatib di masjid raya Samarinda itu ucapkan, ucapkan dengan bibir, dan kita benarkan dalam hati, kalimat ini yang akan menjadi persaksian kita di hadapan Allah.

Asyhadu an-laa ilaaha illallaah
Wa asyhadu anna Muhammadan rasuulullaah
Saya bersaksi / mengakui bahwa tiada Tuhan selain Allah dan saya bersaksi / mengakui bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul (utusan) Allah.

Semoga saat ini kita benar benar telah berikrar secara penuh dalam keislaman, sebagai peyerahan diri, sebagai persaksian kita dihadapan Allah. Dan semoga Allah masih menguatkan lidah kita untuk bisa bersayahadat lebih khusyu� lagi saat kematian nanti menagih usia kita, dihari terbaik yang kita miliki. Suatu ketika nanti, yang bisa saja itu adalah hari ini�

Aamiiin.



Salam.
Please share and coment jika dirasa bermanfaat.

0 Response to "Muslim semenjak lahir tidak menjamin anda telah besyahadat, ini faktanya"

Posting Komentar