Saya bertetangga dengan non muslim, dan saya sangat menyesalinya



Saya pernah bertetangga dengan seorang non muslim, dan hingga saat ini, itu adalah hal yang sangat saya sesalkan.

Akan saya jelaskan, apa yang saya maksud dengan sesal saat bertetangga dengan non muslim tersebut. 

Begini, suatu ketika saat masih tinggal di kota Sangatta, Kalimantan Timur. Saya sempat memiliki seorang tetangga non muslim yang tinggal di ruko di samping ruko yang saya tempati. Dan jika mengingat bagaimana sikap saya saat bertetangga dengan mereka, akan ada banyak penyesalan yang menyelimuti hati saya saat ini.
Pada saat itu, saya adalah termasuk kategori gambaran �sempurna� sebagai figure seorang tetangga yang dipengaruhi oleh budaya urban perkotaan, yang cuek, masa bodoh, jarang menegur, tidak perduli, dan cenderung hanya memikirkan diri sendiri. 

Padahal, jika anda pernah berkunjung ke Kota Sangatta, kota tersebut bukanlah kota besar, Sanggatta adalah kota Kabupaten yang tidak begitu luas, jika anda  ingin menyusuri keseluruhan kotanya dari ujung ke ujung, mungkin hanya akan di butuhkan waktu sekitar kurang dari 2 jam perjalanan kendaraan, dan anda sudah akan melewati semua jalanan besar kota.

Tetangga saya yang non muslim itu juga bersikap seperti saya, ia juga masa bodoh, cuek, dan tidak begitu perduli dengan apapun yang terjadi pada tetangga di samping tempat ia tinggal. Dan jadilah kami melewati masa bertetangga itu dengan kebisuan dan kekakuan masing masing, tetap tinggal dalam keegoan dan keangkuhan pemikiran masing masing.

Namun, sungguh saya sangat menyesalinya saat ini.

Mestinya saat itu saya dapat menyampaikan pesan islam melalui sikap dan adab saya dalam bertetangga. Menunjukkan dengan aksi nyata melalui sikap dan tata krama kepada tetangga saya yang non muslim itu, bagaimana seorang muslim yang benar jika ia bertetangga, yang tentunya bukan seperti sikap saya selama ini kepadanya.


Saya sungguh menyesal telah melewatkan kesempatan untuk menyampaikan pesan islam kepada tetangga saya tersebut. Saya takut jika ia menduga bahwa beginilah cara seorang muslim dalam bertetangga, seperti sikap saya padanya. Padahal tidak, sikap saya yang masa bodoh kepadanya bukanlah cerminan ajaran islam, apa yang saya lakukan bukanlah hal yang mewakili ahlak seorang muslim yang sejati. 

Sikap saya yang cenderung tidak perduli dan nafsi nafsi itu, itu adalah total sepenuhnya karena dilator belakangi kebodohan dan ketidak tahuan saya, karena kurangnya ilmu dan pengetahuan saya pribadi, dan karena tidak mengertinya saya akan tugas dan kewajiban yang saya emban sebagai seorang muslim, bahwa saya pun harus membentuk diri saya sebagai agen islam, yang menunjukkan kemuliaan dan kesempurnaan islam kepada mereka, khususnya yang berkaitan dengan adab dalam bertetangga.

Saya merenungkan semua ini setelah lama saya tidak lagi tinggal di sana, hingga sekarang tentu saja untuk memperbaiki hal ini saya sudah terlambat. 
 
Saya hanya berdoa semoga tetangga saya yang dulu itu, Allah SWT memberi ia seorang tetangga muslim yang benar benar baik dan beradab, yang sungguh sungguh menjadi cerminan dan contoh nyata dalam penerapan adab islam, yang mampu menjadi agen islam secara sempurna dalam mengajarkan ahlak bertetangga, bukan seperti saya.

***


Mungkin dalam tulisan kita kali ini, saya juga mesti menyampaikan pesan kepada sahabat pembaca semua, khususnya yang muslim, bahwa adalah kewajiban bagi kita untuk menciptakan sebuah cerminan dalam diri kita untuk menunjukkan kepada teman teman diluar islam, bahwa beginilah ahlak seorang islam yang sebenarnya, atau paling tidak menyampaikan kepada mereka, bahwa islam mengajarkan sangat banyak kebaikan dalam kesempurnaan segi kehidupan.
 

Kita bisa menunjukkan itu melalui adab bertetangga, berteman, berbisnis, berniaga, atau sekedar bersosialisasi saja, baik dalam kehidupan nyata, atau pun dalam keseharian sosial media seperti sekarang ini.
 Saya masih mengingat sebuah kisah yang pernah terjadi di kota Wina, atau Vienna, di negara Austria.

Suatu ketika, ada tiga orang muslimah yang sedang duduk duduk di sebuah cafetaria yang terletak di atas sebuah bukit indah di pinggiran kota Vienna. 

Tidak jauh dari tempat mereka duduk, ada dua orang turis Jermanyang juga duduk sambil menikmati dua cangkir kopi dan beberapa sepotong roti di atas meja mereka. Karena jaraknya yang tidak begitu jauh, dan dua turis Jerman itu ngobrol dengan suara cukup keras, sehingga ketiga orang muslimah itu tahu dan dapat mendengar, jika saat itu dua orang turis Jerman itu sedang mengejek Islam, dan juga orang orang muslim.

�� Hey, you know,, bahwa semua roti Croissant yang kita makan ini merupakan sebuah perumpamaan bagi kekalahan pasukan islam dan Turki di kota Vienna ini�? �

Seorang turis yang berambut pendek bertanya kepada temannya yang berambut gondrong dan menggunakan topi, ia berkata sambil memegang sepotong roti berbentuk melengkung seperti bulan sabit, yang ia sebut sebagai croissant.

�� Oya,,, how is that�? � jawab temannya yang berambut gondrong.

�.. Saat pasukan islam Turki datang ke Eropa, pasukan salib kita mengalahkan mereka, dan roti berbentuk bulan sabit ini merupakan symbol dari kekalahan mereka..�

�.. Wow,, mengapa harus berbentuk bulan begini �? � Tanya temannya lagi.

�� Come on man, you know Turki flag, kamu tau kan bendera Turki, di tengahnya kan ada logo bulan sabit, jadi roti ini merupakan symbol bendera Turki��

�.. Dan itulah sebabnya saya sangat menyukai memakan roti ini, saat menggigitnya, saya merasa telah mengalahkan dan membinasakan orang islam� come on lets eat the bread��

Ujar si turis berambut pendek sambil menggigit roti di tangganya dengan gigitan yang besar.

Tiga orang muslimah yang duduk tidak jauh dari mereka tampak diam saja sambil terus menikmati pemandangan kota Vienna yang menawan, mereka mengerti bahasa Jerman, namun mereka tampaknya tidak marah dengan ucapan dua turis itu.

Hingga tiba saatnya kedua turis beranjak menuju kasir dan ingin membayar makanan mereka.

�� Mohon maaf tuan, makanannya anda sudah dibayar�� jawab sang kasir.

Dua orang turis Jerman itu saling berpandangan heran

�.. sudah dibayar, oleh siapa�? �

�� dibayar oleh tiga orang perempuan berkerudung yang duduk tidak jauh dari anda tadi, dan ia meninggalkan ini untuk anda sebelum mereka pergi��

Si kasir caf� berkata sambil menyodorkan secarik kertas pada turis yang berambut pendek.

Dua orang turis Jerman itu membuka kertas dan membaca tulisannya di dalamnya

Hi, my name is Fatima
I�am a moslem
Enjoy your meal
# sebuah alamat email milik si Fatima #

Dua orang turis Jerman itu tampak serba salah bersikap, mereka tampak bingung sambil menatap kertas itu dengan geleng geleng kepala.

�.. Oh Man, this is not good ..� ucap yang berambut pendek sambit terus memegang keningnya sendiri.

Keindahan kota Wina ibukota Austria 

***


Cerita tersebut saya dapatkan dari sebuah buku kisah nyata yang diangkat menjadi sebuah film layar lebar, judulnya anda tebaklah sendiri. Dan pada akhirnya si turis Jerman itu mengirimi Fatima email dan mengungkangkan ketertarikannya untuk mempelajari, dan mengetahui lebih banyak tentang islam.


Menjadi agent islam mungkin adalah sebuah hal yang harus kita pikirkan untuk diaplikasikan dalam pribadi kita, menyampaikan pesan pesan islam melalui sifaf, sikap, dan adab dalam kehidupan kita dan lingkungan kita.

Islam adalah agama yang cinta damai, tidak akan mengganggu orang lain, jika tidak akan diganggu lebih dulu.
Dan mempertahankan diri, berperang, berjuang, berjihad dalam islam juga merupakan sebuah perintah yang jelas untuk dilaksanakan, ketika hak hak umat islam telah diserobot oleh orang orang jahat dan rakus, contohnya nyatanya ada di Gaza, Palestine, Syria, Irak, Yaman, dan lainnya.

Perang di sana berkecamuk, karena hak hak umat islam di intimidasi.

Semoga kita bisa mengaplikasikan pesan pesan islam dalam diri kita, dalam apa pun dan bagaimana pun kesempatan.

Aamiiin.




Salam

0 Response to "Saya bertetangga dengan non muslim, dan saya sangat menyesalinya"

Posting Komentar