Tiga indikator yang paling sempurna untuk menentukan jika ia adalah jodohmu






Kebimbangan dalam rasa resah

Jodoh merupakan rahasia dari Tuhan, Allah SWT. Kita tidak dapat memastikan kepada siapa kita akan berjodoh nantinya, bisa saja beberapa orang dengan sangat yakin bahwa seseorang adalah jodoh terbaiknya, namun seiring waktu pada kenyataannya, mereka tidak pernah berjodoh, ataupun ada juga seseorang yang tidak terlalu memperdulikan, bahkan mungkin terkesan sangat antipati kepada orang yang dikemudian hari adalah orang yang akan menjadi teman hidupnya sepanjang usia.

Hal ini mebuat tidak sedikit diantara kita bimbang dan kebingungan untuk memastikan dengan penuh keyakinan dalam dirinya sendiri, bahwa inilah dia orangnya yang pantas saya perjuangkan, yang saya memang lebih tepat untuknya. 

Kebimbangan ini pada sebagian orang membuat mereka mengulur ulur waktu untuk segera menikah, padahal dari sisi usia, mereka sudah tidak dapat dibilang masih belia. Ada yang usianya sudah memasuki kepala tiga, bahkan kepala empat, atau lebih parahnya lagi kepala lima, namun belum juga memperolah pasangan hidup yang tepat untuk menemani mereka. Dari pandangan orang awam tentu saja ini bukan sebuah hal yang menggembirakan, sudah masuk  usia �pasca dewasa � masih saja berstatus perjaka. Walaupun mungkin seseorang dapat saja memiliki alasan yang kuat, yang orang lain tidak mengetahuinya, hingga ia memutuskan untuk terus memperpanjang karir kesendiriannya. 

Namun kita berbicara masalah yang lebih general, yang lebih menyentuh ke semua kalangan, yang juga merupakan pandangan secara umum dari masyarakat kita Indonesia, bahwa jika usia sudah masuk pasca  dewasa tadi, pandangan umum masyarakat tidak akan membuat kita senang mendengarnya, berbagai macam pertanyaan, seloroh, candaan, bahkan olok olok, bisa saja harus diterima dengan mau tidak mau,  mesti berlapang dada. 

Keresahan dan ketidaknyaman ini saya lihat terbukti dengan maraknya sebuah �gerakan� yang sekali lagi lagi, mohon maaf, termasuk gerakan yang ada ada saja.  Sekarang di media sosial banyak kita lihat orang orang yang merasa dirinya masuk dalam limit usia pasca  dewasa, mendukung dan berkampanye untuk sebuah gerakan yang mereka sebut � dukung gerakan untuk tidak menanyakan kapan menikah pada hari hari besar keluarga, seperti lebaran , natal, dan lainnya..�.

Fenomena ini jelas sekali menurut saya sebagai sebuah isyarat keresahan para sahabat itu semua dalam menghadapai �justifikasi� pihak keluarga dan teman temannya tentang jodoh mereka. 
 

Pengalaman yang membuat jera

Kebimbangan yang terjadi ini bisa juga merupakan buah dari pengalaman yang tidak baik tentang masalah untuk menentukan � siapa sebenarnya orang yang layak saya perjuangkan�?�.

Saya pernah dalam sebuah kesempatan mengobrol banyak pada seorang sopir travel jurusan Balikpapan � Samarinda, kota dimana saya menetap saat ini.  Dalam perjalanan yang memakan waktu cukup lama ini, hingga 2 atau 3 jam berkendara, kami mengobrol lumayan banyak, dan salah satu yang sangat melekat di ingatan saya, adalah bagaimana pengalaman sebuah masa lalu yang buruk membuat ia ( sopir tersebut ), senantiasa ragu dan takut untuk melanjutkan sebuah hubungan kedalam tahap yang lebih serius dan bertanggung jawab.

Usianya sudah memasuki hampir tahap empat puluhan tahun lebih, dan sekitar  tiga belas tahun sebelumnya, ia pernah ditinggal pergi secara tragis oleh seseorang yang sangat ia perjuangkan dan ia sayangi. Tragis yang saya maksud bukanlah kematian, namun ia ditinggalkan begitu saja tanpa ada kata kata perpisahan dan lain sebagainya, perumpamaan yang bisa saya berikan tentang hal ini adalah seperti jika anda malam ini tertidur sangat nyenyak disamping isteri anda, sangat lelap dan damai, hingga dihujani mimpi mimpi yang indah, lalu saat bangun keesokan paginya, anda tidak menemukan isteri anda ada disamping anda, anda mencarinya kemana mana, dan ia tetap tidak ada, lalu anda menunggunya kembali, namun ia tidak pernah kembali�

Pengalaman seperti ini, ataupun bisa saja ada yang lebih buruk lagi, yang akan menggurat kata kata jera dan ketakutan pada orang yang mengalaminya, hingga untuk menentukan seseorang itu cukup layak untuk  ia perjuangkan adalah sebuah kerumitan dan kebimbangan yang besar buatnya.



Tiga indikator penentu

Saya akan membagikan kepada sahabat pembaca semua, tiga buah indikasi yang Insya Allah bisa dijadikan sebagai tolak ukur yang sangat ideal untuk menentukan apakah seseorang itu pantas dan layak anda perjuangkan untuk di jadikan sebagai pasangan hidup ( isteri atau suami ).

Berikut tiga indikatornya :


  •  Jika dengan bersamanya, anda merasa, anda menjadi semakin baik secara spiritualitas, artinya dengan bersamanya anda merasa semakin baik dari hari ke hari, terutama yang berkaitan dengan ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Contohnya, jika anda seorang muslim, maka sejak mengenalnya anda semakin merasa menjadi muslim yang lebih baik dari waktu ke waktu, baik itu pemahamannya, pemikirannya, juga aktualisasinya.

  • Jika setelah bersama dengannya, anda semakin baik secara sosial, terutama yang berkenaan dengan kepatuhan terhadap orang tua, anda menjadi semakin taat pada ayah ibu, semakin menghormati mereka, semakin menyayangi adik, kakak, dan saudara. Maka orang tersebut pantas anda pertahankan.

  • Jika sejak bersamanya, anda semakin mengenal diri anda sendiri, yang  saya maksud disini adalah sebuah bahasa metafora, seperti yang biasa kita dengar  dalam sebuah prosa � Barangsiapa  mengenal diri, maka ia akan mengenal Tuhan Yang Bahri..� . Jadi jika sejak mengenalnya, anda secara garis besarnya, merasa semakin baik dalam artian yang sebenarnya, bukan merasa baik karena dirasa rasa saja. Anda semakin menghormati orang lain, semakin meningkat keinginan berbagi pada sesama, semakin mensyukuri kehidupan yang anda ada didalamnya, maka orang seperti itu adalah sosok yang layak anda perjuangkan.

Berfokuslah untuk memperbaiki diri

Seorang pria yang baik adalah untuk perempuan yang baik, dan seorang perempuan baik juga adalah untuk pria yang baik. Jadi sebenarnya simple saja, jika kita menginginkan seorang jodoh yang baik budi pekerti akhlaknya, maka yang harus kita lakukan adalah memperbaiki budi pekerti kita, sama halnya jika kita mengharapkan seorang jodoh yang rajin menunaikan sholat dhuha, maka yang perlu kita lakukan adalah mulai merutinkan sholat dhuha juga.

Pernah mendengar kan ?,  sebuah istilah yang mengatakan begini � Jodohmu adalah cerminan dirimu��, Jadi jangan menyalahkan takdir dan Tuhan,  jika kita mengharapkan sesuatu yang higienis, namun mencarinya ditempat berlumpur, atau jangan mengharapkan mendapatkan hasil yang baik dan bersih, jika kita mencarinya dengan cara cara kotor dan tidak sehat.


Perbanyaklah berdoa

Terakhir, banyak banyaklah berdoa, doa adalah senjata pamungkas untuk setiap insan yang beriman, jadi perbanyaklah berdoa meminta kepada Allah SWT untuk diberikan ketetapan hati, kekuatan dalam memilih, dan keistoqomahan dalam menjalaninya.

Jodoh sekali lagi, adalah masalah gaib, yang otoritasnya ada di tangan Allah SWT, yang dapat kita lakukan sebagai manusia hanyalah beriktiar dengan cara yang terbaik, hasilnya adalah mutlak dalam kekuasaan Allah SWT saja, namun paling tidak jika kita telah mengupayakan yang terbaik, dan hasilnya masih belum seperti yang kita inginkan, kita akan terhindar dari rasa penyesalan yang akan menghantui kita sepanjang usia�

Semoga sahabat pembaca semua dianugrahi pasangan hidup yang mulia� Aamiiin.

***


Salam.
Please share and coment jika dirasa ada manfaatnya.


21 Hari Mencari Jodoh 160x600

0 Response to "Tiga indikator yang paling sempurna untuk menentukan jika ia adalah jodohmu"

Posting Komentar