Lagi ramai ya di media sosial tentang petualangan presiden kita ke salah satu daerah pedalaman di Jambi, tepatnya di daerah yang dihuni Suku Anak Dalam, sebuah suku yang masyarakat Sumatera banyak menyebutnya dengan sebutan Suku Kubu.
Ramainya media sosial dengan topik ini, bukan karena betapa heroik atau liarnya jelajah adventure Mr Presiden Joko Widodo kita, namun dikarenakan foto yang diunggah ke internet, yang disinyalir oleh banyak pihak sebagai sebuah foto rekayasa, yang mempertontonkan bapak presiden sedang duduk berjongkok dengan beberapa orang suku anak dalam yang hanya menggunakan ( maaf ) kancut saja.
Banyak sekali yang beranggapan bahwa foto ini adalah sebuah jurus biasa yang dimainkan oleh orang orang pro pemerintah, alias permainan orang orang dari sudut Koalisi Indonesia Hebat atau KIH.Yang gunanya tentu saja untuk sebuah pencitraan semata, supaya pemimpin tertinggi negeri ini tampak akrab dengan rakyatnya, bahkan suku anak dalam sekalipun yang ada di pedalaman Bukit Barisan provinsi Jambi.
Beberapa keanehan yang banyak disorot adalah, lokasi pertemuan yang dari poto dapat terlihat jelas bahwa tempat tersebut aalah di sebuah kebun kelapa sawit. Lalu ada juga tentang busana suku anak dalam yang diprotes, bahwa suku anak dalam ini tidaklan sama seperti dulu, yang masih menggunakan ( maaf lagi ) kancut saja dalam aktifitas mereka, mereka sudah berpakaian layaknya masyarakat pada umumnya.
Dan seperti biasa, topik seperti ini akan sangat ramai di sosial media. Akan menjadi sebuah kesempatan berdebat untuk orang orang yang hobi. Antara kekuatan yang mengatakan foto tersebut adalah rekayasa, dengan segala bumbu tambahan yang mengatakan Jokowi pembohong, penipu, tukang acting dan lain sebagainya, dengan massa yang membela dan mengatakan bahwa foto itu real dan nyata, bahwa memang karena tidak suka dengan Jokowi sehingga apa pun yang dilakukannya tampak salah di mata para hater, sedangkan mereka tidak berbuat apa pun.
Dua kekuatan netizen yang beradu argument ini sama kuatnya.
Dan yang benar, Wallahu�alam.
Hanya Allah, Jokowi, dan orang orang yang ada di sana waktu itu yang tau..
***
Hal kedua yang tidak kalah menarik pada hari hari terakhir ini adalah sebuah video wawancara presiden Jokowi di Washington DC, Amerika Serikat.
Tidak banyak para pembela Jokowi yang bisa berkelit dari video yang ini, mau tidak mau kita harus mengakui, kalau tingkah pemimpin tertinggi kita dalam menjawab beberapa pertanyaan pembawa acara dalam bahasa inggris itu tampak sangat � aneh� bahkan cenderung berlebihan.
Kegagapan dalam menjawab pertanyaan dalam bahasa Inggris, bahasa tubuh yang jauh dari kewibawaan seorang pemimpin tertinggi negara besar seperti Indonesia, semua menjadi rujukan dan bahan serangan para netizen yang pro oposisi. Selain itu juga, tingkah dan kealpaan presiden kita tentang kemampuan berbahasa inggris juga sangat jelas terlihat dengan memantulkan pertanyaan yang mestinya ia jawab sendiri, malah kemudian disodorkan kepada para menterinya, dan kejadian itu terjadi hingga dua kali, yang menunjukkan dengan sangat jelas bahwa beliau tampaknya tidak mengerti dan juga tidak mampu menjawab pertanyaan tersebut.
Tentu dari mana pun kita berpihak, kita perlu banyak membuka mata dan hati dengan kejadian ini. Yang selama ini mati matian membela juga perlu melihat hal ini dengan hati dan jiwa yang terbuka, susah bagi kita untuk dapat mengatakan kebanggaan kita dengan sosok presiden yang berprilaku seperti itu dihadapan dunia internasional.
Dan untuk yang mati matian mencaci serta mengolok olok juga perlu banyak mengelus dada, kejadian itu telah terjadi, dan bagaimana pun bentuknya, Jokowi adalah presiden kita juga. Apa yang ia tampilkan di luar sana menjadi gambaran Indonesia bagi mata orang asing, dan mencaci maki dirinya juga tidak akan mengubah keadaan yang telah terlanjur terjadi.
Memang semestinya yang lebih baik adalah untuk tidak memaksakan diri jika memang tidak faham, menggunakan penterjemah adalah cara yang paling bijaksana, lalu kemudian menjawab pertanyaannya dengan bahasa Indonesia. Hal itu tidak akan mengurangi penghormatan orang lain terhadapnya.
Tidak mudah tentu saja mengikuti kemampuan sang singa podium, Bung Karnodalam berorasi dan berpidato. Sang Proklamator menguasai bahasa Inggris, Bahasa Belanda, dan juga bahasa Jepang dengan sangat baik, kemampuan banyak bahasa itu ditunjang lagi dengan kehebatannya dalam memilih kata dan intonasi yang tepat saat berbicara, kewibawaan inilah yang begitu memancar dari sosok yang the first president of Indonesia ini.
Mendengar presiden Sukarno berpidato, saya yakin mungkin hampir 99 % dari rakyat Indonesia akan terangkat wajahnya, dan berani dengan lantang serta bangga berkata ;
�.. Ya, that is our leader, that my president, that our nations looklike��
�.. Ya, pemimpin kami, president kami itu, dia adalah gambaran bangsa kami��
Dan anda bisa bandingkan dengan yang terjadi pada video wawancara president kita saat ini, silahkan di analisa sendiri.
Yang jelas kejadian ini, bukan bagian dari model yang akan menaikkan moral bangsa.
Wawancara presiden Jokowi di Amerika
***
Namun ada sebuah kabar gembira juga yang sedang ramai sekarang, kabar yang Insya Allah akan ikut menaikkan semanggat dan rasa bangga kaum muslimin khususnya.
Sayangnya kabar ini bukan berasal dari dalam negeri sendiri, namun berasal dari Turki. Secara menyakinkan pemilu yang kemarin dilaksanakan, kembali dimenangkan oleh pemimpin yang secara tegas memang berpihak pada kemajuan umat islam, Recep Tayyib Erdogan.
Tidak tahu mengapa, rasanya kemenangan Presiden Erdogan di Turki, menjadi berita sangat menyenangkan untuk didengar, sangat menyejukkan untuk diketahui. Ada rasa optimis dan rasa bangga yang datang pada sebagian besar umat islam dunia yang mencintai izzah dan kemuliaan islam dengan tulus.
Tentu hal ini bisa terjadi, karena melihat sepak terjang dan kebijakan Erdogan selama ini dalam membela hak hak kaum muslimin. Yang memang banyak ucapannya, tindakannya, dan kebijakannya menunjukkan dengan jelas bahwa Presiden Erdogan memang serius dan konsisten dalam memperjuangkan hak dan kemuliaan kaum muslimin. Dan kita tahu sendiri, denyut kepemimpinan islam dengan corak islam yang khas memang tidak mudah lagi ditemukan dalam gaya kepemimpinan modern ini, adopsi faham faham barat seperti demokrasi, sekuleris, liberalis, kapitalis, dan juga komunis, telah mewarnai hampir keseluruhan negara di dunia, termasuk negara dengan penduduk islam terbesar di dalamnya.
Hanya ada beberapa pemimpin yang memberi harapan dalam usaha menegakkan kemuliaan islam dalam lingkup negara dewasa ini, di anataranya, adaraja Salman dari Arab Saudi, Sultan Bolkiah dari Brunei Darussalam, Ismail Haniyyah dari Gaza Palestine yang tentu masih berjuang dalam kecamuk perang menghadapi kebiadaban Israel, dan tentunya presiden Recep Erdogan dari Turki.
Mereka adalah beberapa sosok pemimpin muslim yang menonjol saat ini.
Sekali lagi, kemenangan Erdogan tampaknya akan membawa angin segar bagi banyak kaum muslimin yang mencintai izzah dan kemuliaan islam.
***
Apa yang bisa kita petik pelajaran dari tiga kejadian viral dunia kepemimpinan dalam satu pekan terakhir ini..?
Mengenai perjumpaan presiden Jokowi dengan suku anak dalam di ladang sawit, juga video wawancara bahasa Inggrisnya di Washington DC yang membuat banyak anak bangsa tertunduk malu, rasanya cukup sudah kita obrolkan.
Terlalu panjang dan pedas dalam hal yang seperti ini, akan membuat kita kebanyakan lawan untuk berdebat dan saling menghujat. Di samping saat ini ada juga katanya sebuah peraturan yang memangkas kebebasan menyampaikan pendapat di media sosial, dalam artian orang orang yang terlalu keras dan ada unsur menebar kebencian akan segera diciduk, dan tentu banyak yang akan takut karena biasanya akan ada standar ganda dalam pemaknaan pada makna kata � menebar kebenciannya �. Karena bisa saja seseorang yang membicarakan kebenaran dan fakta, akan diangkut pihak berwajib jika hal yang ia bicarakan mengganggu kedamaian salah satu pihak yang berkepentingan.
Lalu mengenai kemenangan presiden Erdogan, kita hanya berharap semoga kemimpinannya semakin membawa angin segar bagi umat islam dunia.
Saya muslim, saya mendambakan sebuah kebangkitan islam dalam tatanan internasional. Dan tentu saja saya sangat mendukung segala sesuatu yang berkaitan dengan kemuliaan dan kebaikan umat islam.
Salam.
Baca juga :
0 Response to "Dari Suku Anak Dalam, wawancara di Amerika, hingga kemenangan Erdogan"
Posting Komentar