Jika ditanya, siapa athlete mountaineering, pendaki gunung favorit kalian..?
Yang generasi agak lama mungkin akan menyebut nama si dewa gunung, Reinhold Messner.
Yang agak greget sama prestasi spektuler mungkin akan menyebut nama si raja kebut gunung, Ueli Steck.
Yang kekinian dan rajin terdampak banget sama arus informasi, mungkin akan menyebut nama Rob Hall, Scott Fischer, atau Anatoli Boukreev, para legenda yang namanya berbaris dalam kepopuleran film Everest Imax 2015.
Yang kiblatnya ke Amerika, mungkin akan menyebut nama bintang prestisius dari Eddie Bauer, Ed Viesturs.
Di Indonesia, yang rasa nasionalisme tinggi tentu akan menyebut nama nama besar legenda Indonesia, seperti Norman Edwin, Soe Hok Gie, atau yang lainnya.
Namun jika pertanyaan itu buat saya, saya hanya akan menjawab satu nama saja,
Siapa�?
Siapa lagi kalau bukan si Cantik Gerlinde Kaltenbrunner.
Ya, I really like her.
Isteri saya pernah protes tentang Gerlinde ini, karena seringnya saya bercerita, menulis, dan menyebut namanya dalam beberapa kesempatan.
Deuter ACT Trail 30 Hiking Backpack (One Size, Black/Granite)
Suatu ketika, ketika sedang melihat � pameran� foto petualangan seorang perempuan di dinding facebook milik saya dilayar laptop, saya sempat berucap,
�� Mas kurang suka cinto ( jika anda pernah membaca beberapa tulisan saya sebelumnya, anda tidak akan heran mendengar kata cinto, cinto adalah panggilan yang paling sering saya gunakan untuk memanggil isteri saya ), jika ada seorang perempuan yang terlalu berlebihan dalam bertualang hingga tampaknya mulai mengabaikan kodratnya sebagai perempuan, yang mestinya juga harus lebih teguh berperan sebagai seorang Ibu jika sudah punya anak, seorang isteri jika sudah menikah, atau seorang anak perempuan jika ia belum menikah. Perempuan yang seperti itu mungkin terlihat hebat, wow, atau apalah, namun menurut mas itu bukan hal yang baik untuk dilakukan seorang perempuan��
Isteri saya mendengar perkataan saya dengan tersenyum, kemudian ia menjawab,
�� Alah biar saja mas, mungkin itu hanya di facebook� �
� Iya cinto, tapi kok kalau berlebihan sepertinya jadi risih melihatnya�� balas saya.
�� sudah nggak apa apa, mas juga gimana kalau sama Gerlinde, nge fansnya minta ampun kan�?�
Ucapan isteri saya membuat saya terdiam sambil nyengir kuda serba salah, isteri saya tahu persis jika saya memendam �cinta� yang lain, khusus untuk Gerlinde Kaltenbrunner.
�� tapi kan lain cinto, Gerlinde kan atlit, profesinya memang pendaki��
�� ah sama saja mas,,� � isteri saya berlalu dari samping saya sambil mecubit kecil pinggang saya yang mulai melar saat itu.
Sang idola, Gerlinde Kaltenbrunner
***
Saya mengenal, lebih tepatnya tahu mengenai Gerlinde Kaltenbrunnersekitar tahun 2011. Sebenarnya cukup sangat terlambat juga karena sebelum itu Gerlinde juga sudah menjadi salah satu pendaki gunung papan atas dunia, ya mau bagaimana, kurang membaca dan kurang mengikuti berita tentang mendaki gunung membuat namanya luput dari saya.
Tahun 2011, adalah tahun pertama saya menjadi salah satu reseller resmi produk merek Deuter di Indonesia, di bawah logo Arcopodo Adventure Store,menjadi salah satu bagian tentakel dari dealer resminya di Indonesia, yaitu PT. Tandike. Nah, karena itu saya sudah mulai sering dikirimi catalog produk, salah satunya adalah produk Deuter, sebuah produk yang booming saat ini, menjadi backpack outdoor imported paling banyak digunakan di Indonesia.
Jika membaca setiap catalog deuter dari tahun ke tahun, maka ada satu profile yang tidak pernah ketinggalan, sosok seorang perempuan cantik, dengan tinggi sekitar 180cm, selalu tersenyum ramah, juga rendah hati, dan itu adalah Gerlinde Kaltenbrunner, Gerlinde memang menjadi salah satu brand ambassador resmi dari produk Deuter�
Saya mulai sering browsing di google tentang si cantik ini, apa yang ia lakukan, prestasinya, latar belakangnya, asal daerahnya, dan tentu saja perjalanan petualangannya.
Dan hal ini semakin menarik bagi saya saat itu, sewaktu menemukan sebuah artikel khusus membahas keberhasilan pendakian Gerlinde Kaltenbrunner di gunung K2, menjadi perempuan pertama di dunia dan satu satunya yang berhasil mendaki 14 puncak di atas 8000 meter tanpa bantuan tabung oksigen.
Artikel ini ditulis secara khusus dalam majalah bulanan National Geographic.
Sejak saat itu saya semakin �jatuh cinta� kepada Gerlinde Kaltenbrunner, saya mulai menulis profilnya di blog secara sederhana, mengupload potonya dalam fans page, dan juga dinding facebook.
Cinta kadang memang membuat orang buta, dalam hal apapun. Namun tentu saja yang mampu membutakan itu jika cintanya sudah masuk ke areal yang berlebihan.
Sama seperti terlalu cinta harta benda, kemungkinan dampaknya akan menjadi pelit dan kikir, terlalu cinta kepada hobi bertualang, mungkin membuat beberapa tanggung jawab dan kesempatan menjadi terlewatkan, dan terlalu cinta kepada tokoh idola yang jauh dari keteladanan dalam hal agama dan keyakinan, kemungkinan besar akan pula menyeret kita dalam peniruan dan peneladanan yang tidak tepat dan jauh dari kenyataan yang semestinya.
Katakanlah begini, ada seorang yang terlalu cinta kepada sebuah band atau group music, sehingga ia mengikuti semua berita tentang band tersebut, mengikuti gaya berpakaiannya, gaya berdandannya, gaya hidupnya, dan juga tentu gaya pergaulannya. Dan kemungkinan besar, jika saja ada kesempatan bertemu secara langsung dengan band tersebut, bisa saja orang tersebut siap melakukan apapun untuk idolanya itu, apapun saja. Dalam sebuah artikel saya bahkan pernah membaca ada sekelompok anak muda yang siap, rela dan dengan senang hati dijadikan �teman tidur � bagi personel band idolanya.
Dan tentu saja itu bukan hal yang bagus kan...?
Allhamdulillah, kecintaan saya kepada Gerlinde Kaltenbrunner tidak sedemikian parahnya, kecintaan saya kepadanya hanya dipagari dengan rasa kagum, tidak lebih. Saya kagum dengan pribadi, prestasi, dan juga senyumnya yang tidak pernah hilang.
Sebelumnya saya pernah menulis prestasi Gerlinde Kaltenbrunner ini dalam postingan : 5 petualang cantik yang akan membuatmu jatuh hati.
Meskipun menjadi satu satunya perempuan di dunia yang berhasil mendaki 14 puncak dunia di atas 8000 meter tanpa tabung oksigen, Gerlinde tidaklah menjadi tinggi hati karenanya. Dalam keseharian selain sebagai brand ambassador berbagai merek ternama seperti deuter, lowa, schoffel, vkb bank, suunto, omv, dan lainnya, Gerlinde masih tetap menjadi seorang isteri yang baik untuk suaminya, Ralf Dujmovits, salah satu mountaineer legendaries juga dari Jerman.
***
Gerlinde Kaltenbrunner, Edurne Pasaban & Oh Eun Sun
Dalam perebutan podium sebagai perempuan pertama di dunia yang berhasil mencapai 14 puncak 8000 meter, ada tiga perempuan yang memiliki peluang sama kuatnya, yaitu Gerlinde Kaltenbrunnersendiri, Edurne Pasaban, pendaki gunung dari Spanyol, dan seorang pendaki gunung perempuan tangguh dari Korea Selatan, Oh Eun Sun.
Sebenarnya Gerlinde sempat tertinggal dengan prestasi Oh Eun Sun dan Edurne Pasaban. Puncak K2 adalah hal yang membuat pencapaian Gerlinde masih tertinggal satu langkah dengan dua pendaki hebat itu, sudah ada empat kali percobaan yang dilakukan oleh Gerlinde untuk mencapai puncak K2, namun semuanya gagal, sehingga sempat terpikir olehnya untuk tidak akan lagi menginjakkan kakinya di K2, apalagi pada usaha yang terakhir, rekan mendakinya seorang atlet ski tewas terjatuh dari bottle neck K2 dari ketinggian sekitar 1000 meter sebelum menghantam bebatuan dibawahnya.
Edurne Pasaban di K2
Namun panggilan puncak K2 untuk Gerlinde tampaknya tidak berhenti, sehingga kemudian ia kembali lagi ke K2 pada tahun 2011, melalui sisi selatan, atau North Pillar dari arah China, dan Gerlindepun berhasil pada percobaannya yang ke lima ini. Keberhasilannya ini juga sekaligus mengokohkan namanya sebagai pendaki gunung perempuan pertama di dunia yang berhasil mendakai 14 puncak di atas 8000 meter tanpa supply tabung oksigen.
Jika dalam usaha menjadi yang pertama di dunia sebagai pendaki 14 puncak 8000 meter kategori perempuan, Edurne Pasaban dan Oh Eun Sun sempat terlibat kontroversi yang cukup pelik, tentang siapa sebenarnya telah menjadi yang pertama. Klaim tentang keberhasilan Edurne sempat disomasi oleh Oh Eun Sun, karena menurutnya ia adalah orang yang pertama berhasil melakukan itu, bukan Pasaban.
Namun seiring waktu berlalu, tampaknya ada beberapa hal yang menggugah hati Eun Sun untuk berkata yang lebih ksatria dengan mengakui bahwa pencapaiannya di puncak Ama Dablam, belumlah mencapai point tertinggi, ia menghentikan pendakiannya sekitar 20 meter di bawah puncak, sehingga secara resmi kemudian, federasi mountaineering dunia menetapkan nama Edurne Pasaban sebagai perempuan pertama di dunia yang berhasil mencapai 15 puncak diatas 8000 meter.
Srikandi tangguh dari korea, Oh Eun Sun, perempuan kedua di dunia yang berhasil mendaki 14 puncak 8000 Mdpl
Semua berbeda dengan yang dilakukan Gerlinde, ia tidak pernah berambisi menjadi perempuan pendaki gunung paling tangguh di dunia, ia tidak pernah berambisi menjadi perempuan pertama penakluk 14 puncak 8000 meter tanpa tabung oksigen.
Namun kemudian, itulah yang terjadi, tanpa perdebatan, tanpa ragu dunia mengakui, tanpa ada somasi dari siapa pun, Gerlinde Kaltenbrunner mencapai podium tertingginya.
Menjadi perempuan pertama di dunia yang berhasil mendaki 14 puncak dunia di atas 8000 meter.
Salam.
Baca juga : 10 pendaki gunung terbaik sepanjang masa
0 Response to "Cinta kepada si rendah hati, pendaki gunung perempuan paling berprestasi di dunia."
Posting Komentar