Semeru dan lembah Ramma masih jadi sorotan, sekarang Merbabu juga membara




Belumlah lama saya menulis tentang musibah yang menimpa saudara kita di gunung Semeru, yaitu Dania Agustina Rahman yang meninggal dunia di gunung tertinggi di pulau Jawa tersebut, lantaran tertimpa longsoran batu yang meluncur di jalur pendakian gunung dengan ketinggian 3676 Mdpl ini. Dalam pristiwa tersebut juga dua orang pendaki lain, pun memperoleh celaka karena longsoran batu yang sama sekali tidak dapat diduga itu, saudara Rendyka dan salah satu pendaki lainnya, dikabarkan mengalami patah kaki lantaran pristiwa naas tersebut.

Kabar tentang musibah yang menimpa Dania dapat dilihat di sini
kemudian baru saja kemarin tulisan tentang lembah Ramma, di gunung Bawakaraeng, Sulawesi Selatan, Yang merupakan gunung Gede Pangrango nya teman teman di Makassar, bertebaran dan bermunculan dalam sosial media. Lembah Ramma menjadi ramai diperbincangkan lantaran di tempat yang indah tersebut telah terjadi sebuah pristiwa yang membuat kaget dan geram dunia pendakian gunung di Indonesia. Seorang pendaki gunung perempuan, dalam harian online kabarmakassar.com di sebut dengan inisial Bunga, mengalami pelecehan seksual bahkan lebih jauh, disebut sebagai korban sebuah upaya perkosaaan, yang dillakukan oleh salah seorang pendaki yang baru saja dikenalnya di gunung tersebut.

Berita tentang pristiwa di lembah Ramma dapat di lihat di sini

Nah saat ini, ketika belum hilang kedua berita tersebut dibaca orang, datang lagi sesuatu yang membuat telinga setiap pendaki gunung Nusantara ikut panas, gunung Merbabu, yang merupakan gunung tercantik di Jawa Tengah, dengan panorama savananya yang mempesona, dikabarkan telah terbakar, dan lagi lagi, musibah ini terjadi disinyalir akibat api unggun yang dinyalakan oleh para pendaki gunung tersebut beberapa waktu sebelumnya.

Memang belum diketahui secara pasti, apa penyebab sebenarnya dari pristiwa yang bahkan ikut menghanguskan pipa saluran air untuk penduduk di kaki gunung Merbabu. Buat sahabat yang pernah mendaki gunung Merbabu melalui jalur Thekelan, Kopeng, Salatiga. Tentu akan sangat faham bagaimana vitalnya pipa saluran air yang berasal dari gunung Merbabu untuk keperluan sehari hari penduduk di sana.

Dan kini jika saluran pipa air itu terbakar, tentu saja penduduk di sana mengalami kesulitan air, utamanya air bersih. Apalagi dimusim kemarau seperti sekarang ini, dimana banyak sumber mata air debitnya ikut mengecil, bahkan ada yang sampai kekeringan. Dapatlah kita bayangkan, bagaimana � melankolisnya� suasana penduduk lereng gunung Merbabu yang kesulitan air lantaran ulah daripada pengunjung gunung Merbabu,  yang terkenal juga dengan sebutan gunung seribu jalur ini.

Tak bosan bosannya, kita mesti terus berusaha untuk saling mengingatkan kepada sesama pendaki gunung, sesama orang orang yang suka, dan gemar melakukan jenis olahraga petualangan semacam ini. Bahwa ada banyak hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan ini, ada banyak persiapan, pengetahuan, yang juga semestinya harus dibekali untuk setiap orang yang berniat untuk ikut menjadi salah satu orang yang mengunjungi ketinggian sebuah gunung.

Jika sebelumnya, pada berita yang menceritakan musibah yang terjadi di Mahameru dan lembah Ramma, sebuah musibah terjadi karena faktor alam dan faktor prilaku manusia sendiri, yang akibatnya hanya dirasakan oleh beberapa orang pendaki saja, dalam hal ini adalah para korban, yang kita berdoa semoga musibah seperti ini tidak terulang lagi di gunung manapun.  

Namun kali ini berbeda, kebakaran yang terjadi di Merbabu dampaknya dirasakan oleh banyak orang, oleh bahkan ribuan orang, mulai dari anak anak, Ibu ibu, orang orang tua yang harus ikut merasakan susahnya memperoleh air lantaran pipa nya terbakar. Dan sekali lagi, jika hal ini adalah benar karena kelalaian para pendaki gunung Merbabu yang menyalakan api unggun saat itu, sungguh kita sangat merasa bersalah dengan pristiwa ini.

Kembali lagi kita berharap, agar hal hal semacam ini dapat menjadi pelajaran, benar benar menjadi pelajaran yang harus menancap dalam hati setiap pendaki Nusantara kita, yang bisa diambil hikmahnya, dan dijadikan pedoman dalam lain waktu dan kesempatan.


***

Saya pikir, semua pendaki yang di didik dengan benar dalam sebuah organisasi, klub, perkumpulan, group, atau media media lain, sudah pasti mengetahui apa dan bagaimana saja, yang mesti dilakukan dalam hal berkegiatan di alam bebas. Tentang bagaimana menghadapi ini, bagaimana menyikapi itu, lantas bagaimana pula jika menghadapi situasi yang berbeda lagi.

Tidak kurang rasanya dalam media sosial, individu individu, perkumpulan, atau group yang biasa mengingatkan pentingnya menjaga kelestarian alam sekitar yang dikunjungi, aplikasinya bisa bermacam macam, mulai dari tidak membuang sampah sembarangan, tidak melakukan vandalisme, tidak mengotori sumber air, dan masih banyak yang lain sebagainya.

Kita tentu tidak ingin image pendaki gunung menjadi muram, lantaran terlalu banyak kejadian yang membuat aktivitas yang sesungguhnya penuh manfaat ini,  bertabur dengan banyak kejadian negatif dan musibah.

Perlu diingatkan kembali rasanya bagi yang lupa, diberitahu bagi yang belum pernah tahu sebelumnya, bahwa ada banyak hal yang bisa menjadi panduan kita dalam mendaki gunung, khususnya gunung gunung di Indonesia. Salah satunya, adalah prinsip leave no trace, yang mengedepankan untuk tidak meninggalkan bekas perjalanan kita di alam bebas yang kita kunjungi. Tentunya bekas atau trace yang dimaksud adalah bekas bekas  yang dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan mengubah kemurniam alam itu sendiri.

Prinsip ini bahkan mencakup bagaimana membuat api unggun yang baik, agar aman, agar tidak merembet kemana mana. Bagaimana agar tidak membuang puntung rokok sembarangan pada lahan kering, yang bisa saja menyebabkan kebakaran.  Bagaimana pula membuat shelter yang tepat, yang tidak mengganggu kenyamanan dan ketentraman habitat dan mahluk hidup sekitarnya.

Kita mungkin perlu membaca lagi hal hal yang terlihat sangat remeh tersebut.

Sekali lagi, kita berharap agar kebakaran di gunung Merbabu bisa segera ditangani, proses perbaikan pipa air masyarakat juga bisa segera di lakukan, dan kita semua, orang orang yang di media sosial sering menyebut dirinya pendaki dan petualang dapat mengambil pelajaran yang berharga dalam hal ini.

 Jika ada yang marah dengan kondisi yang terjadi di gunung Merbabu, lantas berucap dengan kata kata yang bahkan kelewat pedas, maklumi saja.

Kita juga tidak mau kan�, jika tidak bisa ngopi dan mandi di pagi hari, hanya karena ada orang yang tanpa sengaja membakar pipa air milik kita�?


Salam.
Please share and coment if you like this article
 


NB : Sebagai ide tambahan, mungkin kita sebagai para pendaki gunung, atau lebih sederhananya orang orang yang suka main di gunung, dapat berpartisipasi membantu perbaikan pipa air penduduk lereng Merbabu, dengan megnumpulkan dana seberapa yang mampu kita berikan, teknis dan metodenya bisa bermacam macam, umpamanya dengan membuka rekening khusus peduli perbaikan pipa air gunung Merbabu, atau semcamnya

Dan ini sebagai upaya, atau bentuk pertanggung jawaban secara kolektif,dan kepedulian kita terhadap apa yang telah terjadi di gunung yang indah tersebut.




0 Response to "Semeru dan lembah Ramma masih jadi sorotan, sekarang Merbabu juga membara"

Posting Komentar