Sedikit drama
Seorang Ibu tergeletak lemah diatas pembaringan kayu beralaskan tikar nipah yang sudah lusuh, kepalanya yang sudah hampir dipenuhi ubah menempel diatas bantal dekil yang sudah mulai kehilangan warna aslinya. Tak jauh dari tempat ia terbaring, ada sebuah meja kecil dengan dan kursi kayu disebelahnya, beberapa perabotan seperti piring dan mangkok yang habis digunakan berserakan diatas meja itu, sehelai kain menjulai diatas sandaran kursi yang kakinya tampaknya sudah agak pincang.
Sesekali terdengar sang Ibu merintih, seolah merasakan sakit yang teramat sangat, matanya kadang pula terbuka menyapu dinding bilik yang terbuat dari kayu dengan warna yang sudah muram. Ia merintih lagi lalu memejamkan matanya, terdengar beberapa kalimat istigfar dan tangisan menyelip diantara rintihannya yang menyayat hati.
�� Ya Allah.. ampuni dosa hambamu ini� � desisnya.
Ia merintih lagi, matanya terpejam, bibirnya yang kering tertutup rapat, gerahamnya yang sudah keriput bergemelatakan menahan sakit, sudut matanya basah olah air mata yang kemudian menetes membasahi bantal yang sudah kumal dibawah kepalanya.
Perlahan si Ibu mengangkat tangannya yang kurus kering dan lemah itu, terlihat selembar foto terselip diantara jemari kurusnya, selembar foto yang terlihat telah lama disimpannya sehingga mulai lusuh karena terlalu sering dipegang.
�� Tidak ku sangka anak kita akan berbuat seperti ini kepadaku setelah kepergianmu�, sungguh saat ini aku sangat ingin segera menyusulmu��
Perempuan tua itu kembali mendesis lirih dalam linangan air matanya yang kian deras mengucur, di foto itu tampak gambar sepasang suami isteri tersenyum bahagia setelah melangsungkan pernikahan.
***
Bukan drama, ini yang sebenarnya
Itu bukan novel, roman, ataupun cerpen�
Saya hanya ingin menggambarkan sebuah situasi yang dituturkan kepada saya, tentang penderitaan seorang ibu tua, yang sedang mengalami sakit cukup parah namun tidak diperhatikan oleh anak anak yang dimilikinya. Pada kenyataannya, keadaan sang Ibu tidaklah persis seperti kalimat pembuka di atas, lebih parah lagi, si Ibu sebenarnya mengalami kebutaan karena penyakitnya.
Yang membuat saya ingin menulis tema ini adalah, ketika melihat bagaimana ironinya keadaan sang ibu, dan akan mengundang amarah yang cukup besar dari banyak orang jika mengetahui bagaimana dulunya sang Ibu membesarkan dan menyanyangi anak anaknya.
Si Ibu memiliki empat orang anak, dan semuanya sudah berkeluarga. Keempat anaknya meskipun belum berkecukupan secara ekonomi, namun sudah mandiri dan terhitung cukup mapan, dan sangat mampu untuk merawat ibunya yang tinggal seorang diri itu, namun entah mengapa, bagaimana keempat anak ini seolah menghindar dan tidak mau merawat ibunya yang mungkin saja sudah berada di ujung usianya ini.
Jika ditilik lagi dengan apa saja yang dilakukan sang Ibu saat muda dalam membesarkan anak anaknya, saya tidak melihat bahwa sang Ibu telah melakukan sebuah kekeliruan besar sehingga membuat anak anaknya tampak tidak perduli padanya, si Ibu juga sama dengan ibu ibu yang lain di kampung saya itu, ia melahirkan anaknya, membesarkannya, menyekolahkannya, membiayai mereka, menikahkan ketika dewasa, dan membagi bagikan warisan untuk anak anaknya ( setidaknya ini menurut sudut pandang saya ).
Lantas mengapa anak anaknya bisa berbuat sebaliknya kepada dirinya�?
Baca juga : Pesan mulia dibalik perampokan dan penjarahan
Saya berusaha agar tulisan ini jangan sampai menjurus kepada judge, bahwa anak anak ibu tersebut termasuk dalam kategori anak durhaka.
Namun, saya hanya mengajak sahabat pembaca semua untuk tidak memperlakukan Ibunya seperti dalam analogi pada pembukaan tulisan ini, baik ketika Ibu anda sehat, terlebih lebih ketika ia sedang sakit. Baik ketika ucapan dan perilakunya menyenangkan anda, maupun ketika apa yang ia sampaikan membuat anda merasa marah dan ingin melawan.
Orang tua, terutama Ibu, adalah sosok yang sepatutnya menjadi orang yang paling kita muliakan, terlepas apapun sikapnya terhadap kita.
Tidak perlulah saya menyebutkan jasa jasa seorang Ibu yang jutaan banyaknya itu, ada banyak page dan situs lain yang telah membahas dan menerangkannya. Dalam tulisan ini saya hanya mengajak kita untuk berpikir dan merenung lebih dalam, lalu mengaplikasikannya dalam kehidupan nyata, bahwa memperlakukan dan memuliakan seorang Ibu adalah sebuah kehormatan yang harus kita ambil, bukan kewajiban yang mesti kita emban, seperti yang selama ini sering kita dengarkan.
Hari ibu... benarkah seperti kenyataannya
Salah satu moment yang membuat saya pribadi kadang merasa miris adalah saat pristiwa peringatan hari Ibu.
Hari Ibu adalah hari yang sangat fantastis, terutama di sosial media seperti facebook, twitter, dan istagram. Pada hari tersebut hampir setiap orang memposting kecintaan, ketaatan, penghormatan, kemesraan, kedekatan, kemuliaan, pengabdian mereka kepada seorang Ibu. Bisa saja dalam satu minggu, semua dinding dinding sosial media akan dipenuhi dengan puja puji kepada sosok seorang Ibu.
Tapi, benarkah kenyataannya demikian�?
Itu berbeda, dan itu masalah lain.
Kecendrungan sosial media menjadi ajang show up pada sebagian orang tidak lebih dari sekedar make up, pencitraan, dan hiasan semata. Hari ini mereka memberi bunga seraya mencium tangan sang Ibu, lalu mempuplishnya di sosial media, kemudian bisa saja dalam hitungan jam, mereka akan membantah ucapan sang bunda, mengabaikan nasehatnya, dan mungkin malah membiarkan air mata Ibunya berurai karena tingkah dan kelakuannya.
Dan pengabdian seperti itu tentu bukan jenis pengabdian yang bisa dibanggakan.
Sangat ironis rasanya jika saat ini kita menyaksikan ada orang yang mengumumkan fotonya di media sosial, sedang memeluk, mendekap, mencium Ibunya, lalu kemudian sehari atau dua hari setelahnya ia melakukan banyak hal yang sungguh jauh dengan apa yang ia tuliskan di dinding akunnya.
Mari, ada baiknya mungkin kita coba untuk hitung saat ini, berapa banyak anak anak yang sungguh sungguh merasa gelisah, sedih, cemas, khawatir, jika orang tuanya dalam keadaan yang kurang menguntungkan, baik keadaan ekonominya, kesehatannya, maupun penghidupannya�?
Berapa banyak pula anak anak yang gelisah, dan juga khawatir , ketika mengetahui orang tuanya sudah berumur, sudah berada dalam rentang usia yang tepian senja, namun belum juga bisa menjaga ibadahnya dengan baik, belum pandai sholat, belum pandai mengaji, belum sadar betapa pentingnya hal hal tersebut�?
Berapa banyak pula anak anak yang sukses secara materi dengan kehidupan yang berkecukupan, namun orang tuanya dibiarkan tinggal di panti jompo, tinggal di rumah yang kumuh, tinggal di tempat tempat yang tidak layak lagi, padahal sudah seharusnya mereka peroleh yang lebih baik..?
Berapa banyak pula yang orang tuanya sudah di usia yang sudah seharusnya beristirahat, namun terus saja bekerja mencari nafkah, padahal anak anaknya sudah mampu untuk memenuhi kebutuhan ayah ibunya tersebut...?
Masih adakah anak anak yang berprilaku demikian..?
Are you take care in your mom's..
Perawat yang hebat
Saya masih mengingat dengan baik, bagaimana kakak perempuan saya dulu, tanpa rasa jijik sedikitpun mebersihkan wadah penampung pup Ibu saya yang sedang terbaring di rumah sakit, ia merawat ibu saya dengan sangat baik, mulai dari makannya, kebersihannya, hingga pakaiannya.
Disaat para sanak keluarga pasien lain, berebutan keluar ruangan jika pasien yang mereka tunggui sedang pup, dan menyerahkan proses pembersihannya kepada para perawat. Kakak saya tidak melakukan itu, ia menjaga, menunggui, membersihkan, mengganti baju Ibu saya dengan yang baru, dengan tangannya sendiri, perawat hanya membantu jika hal hal yang berkaitan dengan obat dan teknis medis lainnya, yang kakak saya tidak memiliki pengetahuan tentang itu. Namun jika itu berkaitan dengan hal yang bisa ia lakukan sendiri, ia tidak akan menyerahkannya pada orang lain. Kakak saya ingin Ibu saya merasakan bagaimana kasih sayang dan pengabdian anaknya tidak akan bergeming hanya karena hal hal sepele tersebut, yang banyak anak anak lain menghindar darinya.
Hampir dua tahun lamanya Ibu saya terbaring sakit, dan selama tiga bulan full opname di rumah sakit Rafflesia, kota Bengkulu saat itu. Dan tidak seharipun juga, kakak perempuan saya meninggalkannya.
Hingga kemudian ketika Ibu saya wafat karena sakitnya itu, dari semua anak anaknya, kakak saya yang merawat Ibu saya dengan baik itulah yang paling berat melepas kepergian Ibu saya. Bukan karena tidak ikhlas, bukan pula karena ia tidak rela, tapi karena ia masih sangat ingin merawat Ibu saya dengan sebaik mungkin, sebaik yang ia bisa.
Saya masih bersekolah kelas dua SMP saat itu, dan saya masih belum banyak melakukan hal yang bisa saya banggakan untuk mengingat almarhumah Ibu saya, saya masih nakal, masih susah diatur, masih kebal nasehat, dan anda tahu, ia adalah hal yang masih menyengat hati saya dengan penyesalan hingga sekarang ini.
Saya sungguh menghormati dan menyayangi kakak perempuan saya itu, tidak banyak anak perempuan sepertinya saat ini. Penuh pengabdian, tanpa sungkan, penuh tanggung jawab, tanpa rasa sesal, penuh kasih sayang, tanpa rasa berat, kepada ibu saya, dan kepada kami, adik adiknya.
Makanya saat ini, jika saya mendengar ada seorang anak yang seolah menjauhi, menghindar, menolak untuk merawat Ibu dan ayah mereka ketika sakit, saya sungguh merasa tidak nyaman dan ikut mangkel dibuatnya�
�.. keterlaluan kamu, Ibu mu yang hanya satu orang saja tidak bisa kamu rawat dengan baik ketika ia sakit begini, kamu tau kan, ibu kamu itu tidak akan hidup selamanya, jangan disia siakan, jika kamu tidak ingin hidup dalam penyesalan��
Saya pernah mendengar ada anak yang tidak mau mengurus ibunya yang sakit, sehingga si Ibu dibiarkan saja dalam ketelantaran, tidak diberi makan dengan cara yang layak untuk orang yang sedang sakit, tidak dibersihkan dan diganti pakaiannya, hingga bau badan si ibu menjadi mengganggu para penjenguk, ia berkubang dengan kotorannya sendiri.
Dan anak perempuan cantik si Ibu yang sedang sakit itu, tengah sibuk berhias dengan handphone merek mahal yang tidak pernah lepas dari tangannya�
Sungguh keadaan yang mengerikan�
Salam
Please share and coment if you like this article
0 Response to "Ibu bermandikan kotorannya sendiri, anak sibuk berhias, andakah itu orangnya...?"
Posting Komentar