Ini dia surat putus cinta yang paling kejam di dunia





Milik terakhir generasi 80 an dan 90 an.

Beruntunglah orang orang yang pada masanya, masih sempat memperoleh surat yang ditulis sendiri oleh orang yang mengirimnya, yang setiap guratan huruf dan tekanan penanya sudah banyak bercerita sebelum ia membaca kalimat demi kalimat yang tertera. Yang kertasnya bisa disimpan, menjadi kenangan yang tidak terlupakan, yang lipatannya terkadang juga berisi pesan, yang kadang pula, aromanya semerbak menghilangkan kangen, dan yang pasti, tidak semua orang mendapatkannya.

Saat ini kita bisa mengatakan bahwa surat adalah milik masa lalu, masa yang sudah sudah, masa sebelum handphone masuk dengan smsnya, sebelum blackberry hadir dengan bbmnya, android hadir dengan whatsapp, line, kakaotalk, istagram, facebook messenger, skype, dan sebagainya...,dan sebagainya. Surat menyurat dengan tulis  tangan masih sempat  dimiliki oleh generasi terakhir, yang terlahir berkisar di tahun 80 an atau 90 an awal, yang masih banyak menggunakan jasa teman sebagai kurirnya, yang tas sekolah kadang menjadi boxnya.

Surat menyurat dengan tulis tangan adalah sebuah budaya yang sangat menarik, sungguh sangat disayangkan jika saat ini harus hilang karena digeser oleh teknologi yang kian maju dan mutakhir. Nggak tau lah, rasanya ada banyak hal yang hilang saat ini, bagi kami, bagi saya, sebagai salah seorang generasi yang terlahir ditahun 80 an, dan yang terasa begitu hilang itu, salah satunya adalah, tentang kesusastraan, utamanya surat menyurat yang telah ditinggalkan.

Pena dan kertas tentu lebih sederhana dibanding layar monitor dan screen handphone, pos dan amplop jelas lebih lambat daripada tombol enter atau klik � send� yang tinggal pencet. Tetapi, ada beberapa hal yang rasanya tidak akan dapat ditemukan lagi dalam kalimat ketikan yang berbaris rapi dilayar handphone, atau puluhan emoticon yang menggelikan lewat bbm atau line. 

Namun tunggu, jangan langsung meledek kami generasi 80 an atau 90 an, sebagai generasi yang tidak bisa  move on, sebagai generasi terakhir yang terlalu banyak membangga banggakan masa kecilnya yang tradisional, yang sederhana, yang nggak neko neko, yang tidak kekinian, istilah anak jaman sekarang itu.

Kami punya banyak sekali alasan yang mendukung kami untuk merasa sangat bangga bisa hidup, dan menikmati banyak hal luar biasa yang saat ini banyak hal tersebut telah hilang, dan salah satunya adalah, kami masih sempat merasakan manisnya budaya surat menyurat, yang kami tulis sendiri, yang kalimatnya kadang hasil saran teman yang lebih pandai, atau hasil membaca puisi, mendengar lagu, atau yang lebih baku lagi, kami jiplak langsung dari buku.

Saya sebenarnya ingin berbicara banyak mengenai hal hal yang banyak kami dapati pada masa kami kecil dulu, dan tidak ada lagi pada saat sekarang. Namun kali ini, saya hanya akan berbicara sedikit tentang surat suratan saja, terlalu berkembang dan kemana mana, malah isinya nanti  jadi nggakmatching dengan judul yang sudah ditetapkan diatas.


Melayu, Ras paling puitis di dunia

Berbicara mengenai surat menyurat, tentu kita tidak bisa lepas dari budaya bangsa melayu, sebuah ras bangsa yang menurut saya paling puitis di dunia, yang jika bersajak, berpuisi, berpantun, bercerita, bergurindam, tidak ada duanya. Dan di Indonesia, mungkin orang Minanglah rajanya, puluhan pujangga besar lahir di tanah ini, namanya berkibar melalui karya karyanya yang abadi, dan salah satunya adalah HAMKA ( Haji Abdul MalikKarim Amrullah ), seorang pujangga dan ulama masyhur dari negeri Minangkabau.

Hamka adalah seorang ulama besar panutan umat islam nusantara, beliau adalah sosok yang idealis dan teguh memegang amanah. Karya karya besarnya meliputi sastra prosa dan puisi,  fiksi,  dan juga tafsir agama, salah satu karyanya yang beberapa saat lalu pernah di filmkan adalah � Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk �. Dan ini adalah salah mahakarya beliau selain tafsirAl Azhar, dan roman hikayat � Dibawah Lindungan Ka�bah�.

Saya masih ingat dulu, ketika usia saya mungkin sekitar 10 tahun, buku pertama yang saya baca adalah � Tenggelamnya kapal Van Der Wijk � yang terkenal itu, namun sayangnya saya tidak bisa membacanya secara utuh, karena buku tersebut telah terpisah bercerai berai, dan saya yakin itu adalah terbitan pertamanya, ejaan yang digunakan masih sangat sangat orisinil, walapun sudah tidak menggunakan ejaan lama lagi, kertasnya berwarna kuning buram. terlihat sangat tua.

Dalam usia yang masih kanak kanak saat itu, saya telah membaca sebuah buku legendaris yang populer tanpa saya sadari, sehingga tidak heran, beberapa isinya sangat melekat dibenak saya hingga dewasa. Hal ini juga membuktikan sebuah syair bahwa, belajar di waktu kecil, memang terbukti, laksana mengukir diatas batu, tidak bisa dilupakan.


Surat cinta ( putus ) yang paling kejam

Jika anda mengetahui hikayat � Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk � itu secara utuh melalui bukunya, bukan hanya anda nilai lewat filmnya, maka anda pasti akan sangat setuju, jika salah satu surat yang tertera di buku tersebut adalah, salah satu surat memutuskan hubungan percintaan paling kejam yang pernah ada.

Mungkin ini terdengar berlebihan dan lebay, namun ketika kita hanyut dalam menyelami sebuah kisah yang dituturkan lewat buku, kita tidak lagi merasakan kisah itu hanya terjadi dalam dunia khayal dan imajinasi saja, kita seolah merasakan bahwa kisah itu sungguh sungguh hidup, ceritanya nyata. Orang orangnya, tempatnya, kejadiannya, seakan dapat kita gambarkan secara jelas dan spesifik wujud aslinya.

Begitu pula cerita surat terkejam ini, ditulis oleh seorang gadis untuk seorang pemuda, seorang pemuda yang mecintainya, yang memujanya, yang mengharapkannya, bahkan jauh hingga ke dalam sumsum tulangnya.

Pada mulanya sang perempuan pun sangat mencintai pemuda itu, memandikannya dengan harapan dan cita cita tinggi, membuat sang pemuda bernapas dengan menyebut namanya,  karena saking cintanya ia kepada sang gadis itu. Namun, ketika keadaan tidak memberi kesempatan kepada mereka, dengan sedikit tekanan dari keluarga, si gadis pun menyerah, ia menerima lamaran pemuda lain yang lebih kaya dari pemuda malang yang memujanya itu, hingga pemuda malang tersebut menulis banyak surat kepada si gadis untuk meminta di kasihani, dan dikembalikannya harapannya, namun inilah balasan surat dari si gadis itu, sebuah surat paling kejam yang pernah ada�

Saya sangat menyarankan anda untuk membaca buku � Tenggelamnya KapalVan Der Wijk� secara utuh, agar surat yang yang saya salin dari buku tersebut ini, benar benar anda pahami lika likunya, hingga anda mengerti, mengapa saya menyebutnya sebagai sebuah surat putus terkejam di dunia.

Baiklah, ini utuh dia salinannya�


Tuan yang terhormat.
Tak dapat saya sembunyikan kepada Tuan, malah saya akui terus terang bahwasanya seketika membaca surat surat Tuan itu, saya menangis  tersedu sedu, karena tidak tahan hati saya. Tetapi setelah reda gelora dan ombak hati yang dibangkitkan oleh surat Tuan itu, timbullah kembali keinsyafan saya, bahwa tangis itu hanyalah tangis orang orang yang putus asa, tangis orang yang maksudnya terhalang dan kehendaknya tidak tercapai. Tangis dan kesedihan itu selamanya mesti reda juga, ibarat hujan; selebat lebat hujan, akhirnya akan teduh jua.

Kita akan sama sama menangis buat sementara waktu, laksana tangis anak anak yang baru keluar dari perut Ibunya. Nanti bilamana ia telah sampai ke dunia, dia akan insyaf bahwa dia pindah dari alam yang sempit ke alam yang lebih lebar. Kelak Tuan akan merasai sendiri bahwa hidup yang begini telah dipilihkan Allah buat kebahagiaan Tuan, Allah telah sediakan hidup yang lebih beruntung dan lebih murni untuk kemaslahatan Tuan dibelakang hari.

Tuan kan tahu bahwa saya seorang gadis yang miskin dan Tuan pun hidup dalam melarat pula, tak mempunyai persediaan yang cukup untuk menegakkan rumah tangga. Maka lebih baik kita singkirkan perasaan kita, kembali kepada pertimbangan. Lebih baik kita berpisah, dan kita turutkan perjalanan hidup masing masing menurut timbangan kita, mana yang lebih bermanfaat buat dihari nanti. Saya pun merasai sebagai yang Tuan rasakan, yaitu kesedihan menerima vonis itu. Tetapi Tuan harus insyaf, sudah terlalu lama kita mengangan angan barang yang mustahil, baik saya atau pun Tuan.

Tuan pilih sajalah seorang isteri yang lebih cantik dan lebih kaya daripada saya, dan marilah kita tinggal bersahabat buat selamanya. Kepada Aziz tak usah tuan kecil hati, dia tak salah dalam perkara ini. Tetapi sayalah yang telah mengambil putusan yang tetap buat bersuami dia; lawan saya musyawarat ialah hati saya sendiri, sehingga saya terima tawaran ninik mamak saya.

Dan saya harap Tuan lupakanlah segala hal yang telah berlalu, maafkan segala kesalahan dan keteledoran saya, sama sama kita pandang hal yang dahulu seakan akan tidak ada saja.

                                                                                                                                           Hayati..

0 Response to "Ini dia surat putus cinta yang paling kejam di dunia"

Posting Komentar