Salam, semoga sahabat pembaca semuanya dalam keadaan sehat selalu.
Postingan kali ini, kita akan membahas masalah khusus bagi para perempuan, spesialnya lagi membahas masalah hijab atau jilbab, atau niqab.
Hijab atau jilbab, dalam tatanan hukum islam memang memiliki nilainya sendiri sebagai sebuah kewajiban yang mutlak bagi setiap muslimah dewasa. Meskipun ada beberapa kalangan, khususnya yang beraliran liberalis meletakkan salah satu hukum islam ini, sebagai suatu hal yang bukan merupakan sebuah keharusan untuk dilaksanakan setiap wanita muslim.
Yang menjadi ramai juga dipebincangkan tentang masalah jilbab ini adalah tentang akhlak pemakainya, karena memang tidak sedikit orang orang yang berkerudung jilbab di negeri ini, namun kelakuannya lebih parah daripada yang hanya menggunakan mini skirt dan tank top, dan ini menjadi sebuah tolak ukur yang � menyenangkan� buat orang orang yang memang tidak mau, atau merasa sangat berat untuk menerima kewajiban berjilbab.
Berikut ini mungkin beberapa alasan yang sering kita dengar mengenai kesimpulan sepihak yang diambil oleh para penolak kewajiban untuk berhijab ini.
- Yang perlu di hijabin dulu itu hatinya, bukan fisiknya
- Percuma saja berhijab, tapi kesana sini masih ngomongin orang
- Alah.. gayanya saja berjilbab, kelakuannya seperti setan
- Dan lain lain�dan lain lain�
Saya yakin sekali, alasan alasan seperti ini masih sering kita dengar pada masyarakat muslim Indonesia. Penolakan penolakan ini pada dasarnya adalah bentuk ketidaktahuan mereka tentang seberapa pentingnya sebuah hijab / jilbab bagi identitas seorang muslimah. Bahwa sesungguhnya jilbab dapat melindungi mereka dari banyak gangguan dijalanan, bahwa jilbab juga merupakan sebuah identitas yang jelas tentang aqidah yang ia anut dan ia harus pegang teguh.
Hukum berhijab didalam Islam
Tidak diragukan lagi, bahwa jilbab atau hijab merupakan suatu hal yang wajib bagi setiap wanita muslim dewasa.
��Hai Nabi, katakanlah kepada isteri isterimu, anak anak perempuanmu, dan isteri isteri orang mukmin ; hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. � ( Al qur�an, Suratt Al Ahzab : 59 )
�.. Hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ( khimar ) ke dada dada mereka �� ( Al qur�an , surat An Nur : 31 )
Dua ayat diatas adalah yang paling pokok dan general sebagai landasan keharusan setiap wanita muslimah dewasa untuk berhijab, jika kita rangkai lagi dengan hadist hadits lain, juga beberapa ayat lain dari Al qur�an, maka masih akan cukup banyak sambungannya, namun saya takut postingan ini nanti malah akan seperti pengajian saja jadinya.
Kiranya dengan dua ayat al qur�an yang sudah sangat tegas itu, sudah cukuplah bagi kita untuk memahami dan mengerti bahwa berjilbab / berhijab adalah memang perintah yang wajib dan harus bagi setiap wanita muslimah dewasa.
Hijab tidak ada kaitannya dengan ahlak
Antara berhijab atau berjilbab, dengan akhlak, sebenarnya tidak ada kaitannya sama sekali. Berhijab merupakan kewajiban setiap muslimah, tidak perduli prilakunya baik, lembut, keras, buruk, jahat, kejam, dan lain sebagainya, menutup aurat adalah sesuatu yang harus dilakukan.
Sedangkan ahlak adalah budi pekerti, kepribadian, karakter, dan sifat sifat yang melekat pada diri seseorang. Sama sekali bukan hal yang perlu diperdebatkan jika melihat ada seseorang perempuan yang berhijab namun prilakunya masih buruk, atau sebaliknya kita melihat perempuan yang auratnya terbuka, namun memililki sifat sifat mulia. Karena sekali lagi, antara perintah dalam berhijab, dengan keharusan menjadi pribadi yang berakhlak mulia, sama sekali tidak ada korelasinya.
Namun yang perlu menjadi perhatian kita bersama, terutama pandangan masyarakat Indonesia, bahwa jika sudah berhijab, maka seyogyanyalah prilaku dan budi pekerti yang mengenakannya pun mestilah baik, karena hijab atau jilbab adalah representatif dari kepatuhan terhadap salah satu perintah Allah SWT, maka sudah selayaknya pula perintah perintah Allah SWT yang lain, juga menjadi perhatian untuk dilaksanakan, terutama yang berkaitan dengan akhlak dan budi pekerti.
Hal hal ini kadang menjadi tolak ukur masyarakat dalam menilai posisi hijab, bukan lagi sebagai sebuah kewajiban dasar muslimah, melainkan adalah sebagai sebuah � mahkota� yang hanya pantas dikenakan oleh orang orang yang memang telah tebukti kebaikan ahlak dan budi luhurnya. Sehingga tidak mengherankan, bagaimana akan sangat kejamnya ketika masyarakat menghakimi seorang perempuan muslim, yang terbukti berbuat asusila dan keji, yang juga dikepalanya diselimuti kain penutup atau hijab.
Matematika Hijab
Oke sahabat pembaca semua, kita akan mecoba merumuskan sebuah formula sederhana tentang kaitan antara hijab dan ahlak, juga pandangan pemabandingnya dengan seorang muslimah yang tidak berhijab, manakah yang lebih baik diantara dua kenyataan itu; berjilbab namun prilakunya buruk, atau tidak berhijab namun prilakunya baik�?
Jika kewajiban berhijab sebagai keharusan pokok dalam setiap perempuan islam, kita analogikan memperoleh nilainya 1 ( satu ), sedangkan ahlak mulia yang merupakan tingkatan selanjutnya dari kepribadian yang harus ditunjukkan setiap muslim, seperti yang dicontohkan Rasullullah SAW kita diberi nilai 2 ( dua ), maka kita akan menemukan penjelasan sederhananya begini.
Berhijab / berjilbab = 1, dan Berahlak mulia = 2
Lantas mayoritas perempuan muslim akan terbagi sebagai berikut :
- Jika ada seorang muslimah ideal, yang berhijab dan berahlak mulia, tentu ia akan memperoleh nilai sebagai berikut :
Berhijab = 1 + Berahlak mulia = 2, maka hasilnya : 3 ( tiga )
- Lalu jika ada seorang yang tidak berhijab, namun ia memilki budi pekerti yang mulia, maka penjelasannya dalam angka akan kita lihat sebagai berikut :
Berhijab = 0 + Berahlak mulia = 2, maka hasinya : 2 ( dua )
- Kemudian ini yang sering menjadi bahan pergunjingan, seperti fenomena jilboobs yang merusak citra muslimah itu, mereka berhijab namun prilakunya jauh dari nilai nilai islam, maka dalam angka kita akan melihat faktanya sebagai berikut :
Berhijab = 1 + Berahlak mulia = 0 : maka hasilnya : 1 ( satu, masih ada nilainya )
- Dan yang terakhir, mewakili kelompok yang biasanya paling getol dan keukeh memprotes dan mempertahankan pendapatnya tentang ketidakwajiban berhijab, juga kesia- siaan berhijab jika hatinya belum dihijabi lebih dulu, yang sebagian besar dari mereka tentu saja tidak berhijab, dan juga tidak bisa dibilang berahlak mulia, karena buktinya mereka getol memprotes dan menggunjing orang yang telah berhijab, maka secara sederhana, kita akan melihat angkanya sebagai berikut :
Berhijab = 0 + Berahlak mulia = 0 : maka hasilnya : 0 ( Nol, sama sekali tidak ada nilainya )
Lantas bagaimana, kita pilih yang mana�?
Silahkan, tentukan sendiri pilihannya. Anda bisa terus mempertahankan pendapat dengan mengatakan berhijab harus begini dan begitu lebih dulu, atau berhijab saja dulu yang penting, paling tidak nilainya sudah dapat satu, dan seiring waktu memperbaiki ahlak dan budi pekerti agar kemudian bisa meningkatkan nilainya menjadi tiga.
Sahabat semuanya�
Kita manusia yang pandai, diberi akal dan pikiran, diberi kebebasan memilih yang baik atau yang buruk, hal semacam ini tentu bukan hal yang sangat rumit untuk kita putuskan yang mana yang lebih baik diantara pilihan yang ada.
Dan kita sama sama tahu, pilihan mutlak ada ditangan kita masing masing� jadikan tentukanlah sendiri.
Salam.
Please share and coment jika dirasa bermanfaat.
0 Response to "Dengan berhijab, anda hanya akan mendapat poin Satu"
Posting Komentar