Kalian sungguh keterlaluan..., ujarnya
Kekacauan dan pejarahan
Tahun 1998, ketika krisis moneter melanda dunia, banyak negara yang sempat chaos karena hal itu, tidak terkecuali Indonesia. Puluhan korporasi usaha bisnis besar terpaksa mem-PHK banyak karyawannya, situasi sangat tidak kondusif di Indonesia, manusia seolah berubah karakternya hanya dalam beberapa kejap saja. Rakyat yang biasanya santun dan sopan, berubah menjadi beringas dan mematikan, banyak toko dirusak, isinya dijarah, bahkan pemiliknya terkadang bisa saja dianiaya.
Bentrokan demi bentrokan terjadi hampir setiap hari, antara para demonstran dan para petugas keamanan, hingga banyak pula korban berjatuhan yang tidak bisa dilelakkan. Dalam kekacauan yang sangat parah ini, tuntutan untuk reformasi adalah harga mati, tidak bisa ditawar lagi.
Salah satu etnis saudara kita yang ada di negeri ini, menjadi sasaran kemarahan para demonstran yang sudah tidak mampu lagi menahan emosi, etnis Chinese yang rata rata adalah para pebisnis, pengusaha, pedagang adalah salah satu pihak yang sangat merasa ketakutan saat itu, banyak usaha dan bisnis mereka yang dirusak, dirampok, dan dibakar. Beberapa yang memiliki banyak uang mungkin akan langsung menyingkir ke Singapura, Malaysia, atau Taiwan untuk sementara, namun beberapa juga yang tidak ada tempat untuk mengungsi, tetap bertahan ditempatnya sembari terus berdoa agar segala kerusuhan ini cepat berakhir.
Ada sebuah cerita yang saya dapatkan beberapa saat lalu, yang terjadi saat pristiwa mencekam itu sedang berlangsung, cerita ini tidak saya dengar langsung dari yang bersangkutan, namun saya peroleh dari salah satu ceramah murid terbaiknya.
Kisah ini bukan bercerita tentang berapa banyak kerugian dan kehancuran yang terjadi karena tragedi reformasi, atau pula tentang bagaimana aparat dan massa berjibaku dalam garis serang yang berbeda. Namun kisah ini menceritakan sebuah pesan yang tinggi, yang pada orang tertentu dapat saja dipandang sebelah mata, yang sebenarnya mungkin saja pada beberapa individu dianggap sebagai kisah yang sepele, namun sesungguhnya ini adalah sebuah message yang tinggi nilainya, paling tidak menurut saya sendiri, dan sang murid tentunya, yang kisah ini saya dengar darinya, saya akan membagikannya pada sahabat pembaca semua.
Pesan tinggi dalam amarah
Adalah seorang pengusaha besar Indonesia, pemilik salah satu perusahaan terbesar di negeri ini yang saat itu ikut juga merasakan besarnya tekanan krisis moneter pada keamanan kan kondusifitas bisnisnya. Ia telah memiliki banyak karyawan dan jajaran direksi dibawahnya, store display mereka juga besar dan tersebar dibeberapa kawasan kota besar di Indonesia, dan saat ini sudah tersebar di beberapa Negara malahan.
Suatu ketika, ketika puncak kerusuhan terjadi dimana massa begitu beringas dan kejam, merusak, menjarah, dan membakar apa saja dihadapan mereka, apalagi yang ada kaitannya dengan Chinese, akan menjadi sasaran utama. Areal pusat pertokoan dimana banyak display store milik si pengusaha, juga tak luput dari amuk massa, semua toko dirusak, dijarah, dan dibakar, kecuali hanya satu saja yang sama sekali tidak disentuh oleh massa, padahal posisi dan bentuknya sama dengan toko lain yang dihancurkan, hanya nama bisnis dan papan balihonya saja yang membedakan, dan toko yang luput dari aksi penghancuran itu adalah milik si pengusaha besar tersebut.
Oleh para direktur dan manajer, hal yang �ajaib� tersebut dilaporkan kepada sang pengusaha dalam sebuah pertemuan terbuka, yang dihadiri oleh banyak orang dalam lingkup perusahaannya.
�� semua pertokoan dan perusahaan di lingkungan sekitar kantor kita habis pak, semua dijarah, dirusak, dan beberapa diantaranya ada yang dibakar�.�.
Seorang manajer membuka suara dan menjelaskan situasinya..
�� Iya pak, semuanya musnah. Kecuali toko kita saja, hanya toko kita saja yang selamat��.
Sambung manajer yang lainnya dengan wajah sumringah luar biasa
�� benar pak, dan kita harus bersyukur karena massa sama sekali tidak mengusik kantor dan store kita..�.
Seorang anggota direksi yang lain menimpali, dan diamini dengan senyum oleh hampir semua orang dalam ruang tersebut, kecuali satu orang, ya satu orang, sang pengusaha itu sendiri, ia hanya tertunduk, matanya memejam, sama sekali tidak terlihat raut kegembiraan diwajahnya.
Melihat gelagat seperti itu, orang orang dalam ruangan tersebut mulai saling pandang. Menunda senyum simpul mereka yang terlampau sudah di umbar, dan menunggu apa yang bakal dikatakan oleh sang bos besar setelah itu�
�� saya sungguh malu mendengar apa yang kalian katakan..�.
Sang pengusaha membuka suara, ada getaran kemarahan terdengar disana, kemudian ia meunduk sebentar sembari memejamkan matanya, kemudian mengangkat wajahnya dan kembali berkata..
�� saya malu mendengar apa yang kalian katakan hari ini, kalian semua sungguh keterlaluan, tidakkah kalian lihat saudara saudara kita disana yang usahanya hancur, bisnisnya dijarah, tokonya dibakar, sementara kalian mengajak saya untuk mensyukuri hal itu� ?�.
Mendadak suasana dalam ruang itu hening laksana pekuburan, tak ada yang berani berbicara, semuanya terdunduk, malu sekaligus takut, mereka sama sekali tidak menyangka, � berita gembira� yang mereka bawa akan disambut begitu oleh sang pengusaha.
�� Belajarlah untuk tidak selalu melihat segala sesuatunya dari sudut pandang kepentingan kita sendiri, belajarlah untuk melihat juga dari sudut pandang orang lain, dari sudut pandang saudara kita yang dijarah, dari sudut pandang orang orang yang mungkin saja kehilangan semuanya karena pristiwa ini��.
Semua tetap membisu, menunduk dalam rasa malu yang semakin dalam�
***
Bukan sebuah kebetulan
Tahukah anda siapa sang pengusaha itu, dapatkah anda menebaknya�?
Ya mungkin ada yang menebak dengan benar, apalagi setelah melihat foto pada halaman posting blog ini, ya, pengusaha besar itu adalah William Soeryadjaya, founder dari group bisnis raksasa, Astra International.
Karena banyak juga kadang dari kita yang berpikiran, bahwa orang kaya, para pengusaha besar, wirausahawan, itu adalah kumpulan orang orang yang egois, tidak memikirkan orang lain, dan satu satunya yang ada dalam pikiran mereka adalah bagaimana mendapatkan laba yang sebanyak banyaknya.
Dan pikiran semacam ini tentu tidak bisa langsung dibenarkan, karena pada posisi posisi puncak korporasi raksasa, kita akan menemukan bahwa para spiritualis sejati ada disana. Orang orang yang memiliki empati yang tinggi, kepedulian yang besar, disiplin yang tangguh, dan sifat sifat mulia lain, yang banyak diantara masyarakat luas tidak akan menyangka bahwa sifat sifat tersebut akan melekat pada orang orang kaya dan besar seperti mereka. Dan hal ini sejalan sekali dengan apa yang disampaikan oleh Ary Ginanjar Agustian, penulis buku dan metode pelatihan diri ESQ.
Dalam bukunya pak Ari mengatakan begini
�� bahwa spiritualis spiritualis sejati saat ini, lebih banyak tidak dapat kita temukan ditempat tempat ibadah, namun mereka ada dalam posisi posisi puncak pada korporasi korporasi raksasa��.
Orang orang besar seperti Om William Soeryadjaya, tentu tidak kebetulan memiliki sifat sifat seperti itu, sifat sifat dasar seorang pemimpin dan humanis itulah yang membentuknya menjadi seperti kesan apa kita mengenalnya saat ini. Kita mungkin sering mendengar orang orang seperti Bill Gates, raja dari Microsoft itu begitu senang berbagi, itu bukan saja karena ia memiliki begitu banyak harta untuk ia sedekahkan, namun juga sifat berbagi itu telah membentuk karakter dan jiwanya. Juga pesan dari mendiang founder Apple, SteveJobs, untuk selalu � Stay foolish and stay hungry� kepada banyak orang, hal itu juga mencerminkan bahwa ia tidaklah memandang dirinya lebih hebat dari orang lain, sehingga proses belajar pada dirinya akan terus berlanjut.
Pendek kata, sifat sifat besar yang melekat pada orang orang besar, bukanlah suatu hal yang kebetulan, mereka membentuknya sejak lama, dan sifat itulah yang mengantarkan mereka menjadi besar.
Bagaimana sekarang..?
Saya yakin kita semua ingin sebesar mereka, memiliki kesuksesan dan segala indikatornya, namun itu tentu saja tidak mudah, namun juga bukan hal yang mustahil. Dan langkah dasar pertama yang harus segera kita miliki untuk mengikuti jejak orang orang hebat itu adalah, mengadopsi karakter dan sifat mereka pada diri kita sendiri, seperti jujur, pekerja keras, ulet, tekun, rajin belajar, empati, senang berbagi dan lain sebagainya.
Adalah sebuah keniscayaan bahwa sifat mulia tidak akan mengantarkan pelakunya kemana mana kecuali kemuliaan pula.
Semoga kita bisa memulai untuk mengaplikasikan sifat sifat itu dalam diri kita�
Oh ya�
Sang murid, dimana saya mendengar cerita ini, anda tahu siapa dia�? Dia adalah Sandiaga Salahuddin Uno, salah satu pengusaha muda terkaya di Indonesia.
0 Response to "Pesan mulia diantara para penjarah"
Posting Komentar