Endurance Hiking Route Kepahiang, Bengkulu


View  hijau kebun teh Kabawetan, jauh didepan adalah kota Kepahiang



 Nama nama seperti Peraduan Binjai, Curug Embun, Kabawetan, Bukit Hitam, dan  gunung Kaba mungkin bukanlah hal yang asing ditelinga masyarakat Bengkulu, khususnya masyarakat kota Kepahiang. Mayoritas masyarakat kepahiang mungkin pernah mengunjungi tempat tempat tersebut, juga kota lain yang berdekatan seperti Curup ataupun Bengkulu, dimana banyak berdiri organisasi ataupun kelompok pecinta Alam, tentunya nama seperti Bukit Hitam dan gunung Kaba, adalah dua tempat yang wajib dijelajahi oleh seorang petualang dan pecinta alam. 

Namun pernahkan anda melakukan satu trip yang berbeda mengunjungi tempat tempat tersebut,? jika belum maka rute dan trip advice yang akan saya tulis berikut  ini pantas untuk anda pertimbangkan, terutama bagi anda yang sungguh sungguh menyukai olahraga petualangan yang penuh tantangan. 

Sebelum saya membahas trip map ini lebih lanjut, saya ingin menceritakan sekilas tentang diri saya pribadi, karena seperti pepatah, tak kenal maka tak sayang. Tak sayang maka tak cinta, tak cinta maka tak bisa bertualang bersama. Oleh karena itu, izinkan saya bercerita sedikit..

Oke, saya Anton Sujarwo, putra asli dari Kepahiang, lahir di desa Peraduan Binjai. Saya suka bertualang sejak kecil, terutama mendaki gunung dan hiking, hutan nun jauh dari desa yang terkenal dengan istilah Rentes, sudah sering saya jelajahi, selain memang kondisi topografi dan sosiologi masyarakat desa Peraduan Binjai yang mayoritas bermata pencaharian sebagi petani kopi, sehingga ini juga menjadi salah satu  pembentuk minat dan hobi saya pada olahraga mendaki gunung dan adventure. Saya juga orang �kebun�, jadi tak heran kalau saya suka naik gunung.


Anton Sujarwo

Sekolah saya terakhir di MAN 01 Kepahiang dan alumni tahun 2004, semasa di MAN saya lebih sering mendaki dan bertualang bersama sahabat sahabat saya, dan sewaktu kelas II MAN juga saya untuk yang pertama kalinya menjajal trip endurance hiking ini bersama 3 orang sahabat saya yang juga gemar bertualang dan mendaki gunung, hasilnya...  3 orang sahabat saya teler dan sakit setelah melakukan endurance hiking , hanya saya, ya hanya saya yang tetap segar bugar setelah perjalanan itu, saya tidak mengada ada ataupun bohong, ini kenyataan dan fakta, jika anda tidak percaya, setelah ini anda bisa menghubungi nomor telepon saya dan akan saya beri no handphone 3 orang sahabat saya itu dan silahkan  menghubungi mereka dan menanyakan kebenaran ucapan saya.

Reno Susantra ( T-shirt hitam ) salah satu sahabat yang pertama kali menjajal rute ini,
yang mengenakan kemeja adalah Relo, adiknya.


Anda tahu rahasianya mengapa saya tidak ikut sakit..? 

Salah satu sahabat saya mengatakan bahwa penyebab mengapa saya tetap seger setelah perjalanan  itu adalah karena didaerah tujuan hiking itu, tinggal salah satu siswi MAN 1 Kepahiang yang dulu sempat saya suka dan taksir, karena itu saya tetap kuat, begitu ujar sahabat saya,, hahaha...  ada ada saja...

Oke, kita kembali ke jalur trekkingnya..

Saya menamakan kegiatan hiking ini sebagai The Endurance Hiking Adventure atau Perjalanan petualangan yang membutuhkan ketahanan fisik, karena dalam perjalanan ini nanti fisik anda akan  benar benar diuji, apalagi yang diambil adalah rute kelas I, ini akan sangat menguras tenaga, mental dan juga logistik tentunya.  Namun semua keletihan dan beratnya medan yang dihadapi, tidak akan banyak terasa karena panorama dan suguhan alam yang luar biasa cantiknya disepanjang perjalanan.

Anda dapat memilih beberapa pilihan rute tempuh  dari yang terjauh, sedang, berat, lama ataupun singkat... semuanya akan menyajikan panorama luar biasa. Namun bagi anda yang benar benar menyukai tantangan dan adventure , maka saya sarankan untuk mengambil rute kelas I, dijamin dahaga adventure anda akan terpuaskan. Bagi pemula ataupun yang hanya sekedar senang senang dan rekreasi maka sebaiknya ambil yang paling gampang dan singkat saja, tapi sepertinya rute tersingkatnya pun  bukan advice terbaik untuk orang orang yang tujuannya hanya berekreasi..

Berikut ini saya coba jabarkan beberapa pilihan journey atau rutenya.


Jalur Kelas I ( Profesional )

Secara garis besar rute ini dimulai dari desa Peraduan Binjai, mendaki  dan melewati hutan belantara bukit barisan ( Rentes ), memasuki kawasan desa penghasil sayur Sengkuang, melewati areal pertanian penduduk menuju Bukit Hitam, mendaki bukit hitam mengunjungi lokasi  fantastis waterfall ( airterjun ) setinggi kurang lebih 100M, mengunjungi  Sumber Air Panas Bukit Hitam, Turun menuju bumi perkemahan dan wisata kebuh teh Kabawetan,  lalu turun ke kota Kepahiang

Perjalanan ini selesai dikota Kepahiang,  waktu normal dalam tripbase pertama ini adalah 4 � 5 hari. Namun jika anda masih merasa kurang, anda dapat menambahnya dengan melintasi belantara bukit hitam menuju Gunung Kaba yang Eksotis, namun jalur ini unexplored,  tidak disarankan kecuali untuk anda yang sungguh siap dengan segala risikonya. Memang  ada informasi bahwa dulu ada yang pernah mencopa mapping dari Bukit Hitam ke Gunung Kaba, tapi tidak ada data akurat mengenai jalur tempuh, kondisi medan dan lainnya.


 Salah satu sudut persawahan desa Peraduan Binjai dilihat jalur hiking

Desa Peraduan Binjai Rute Pematang Panjang

Desa Peraduan Binjai adalah titik start hiking journey ini,  Tanah kelahiran saya ini dapat dijangkau sekitar  15 � 20 menit dari kota Kepahiang melewati jalan lintas Kepahiang � Pagaralam dengan angkutan pedesaan yang biasa disebut taksi, karena desa ini adalah desa yang lumayan panjang maka  kepada sopir taksi anda minta untuk diturunkan di Gang Masjid, karena dari sinilah hiking journal anda akan dimulai.

Karena hiking trip journey yang saya tulis ini masih asing, bahkan bagi warga desa saya sendiri. Maka yang harus anda lakukan setelah sampai ke desa Peraduan Binjai adalah melapor ke Kantor Kepala Desa, sekaligus meminta izin untuk melakukan aktifitas hiking, sebaiknya anda menerangkan tujuan detail anda, agar dapat diambil tindakan sesegera mungkin jika terjadi sesuatu pada anda dan team anda, khususnya ketika masih dikawasan teritorial desa Peraduan Binjai.

Selanjutnya perjalanan hiking dapat dimulai dengan dua cara, 

pertama  anda dapat melakukannya dengan berjalan kaki menuju  Pos I atau perbatasan Rentes,  waktu tempuh menuju tempat ini  sekitar 5 - 6 jam,  perjalanan dimulai dari gang Masjid tadi terus mengikuti jalan setapak kampung yang lebar dan nyaman. Lima menit dari depan gang masjid anda akan menemui Masjid At-Taqwa, disini terdapat pertigaan yang cukup besar, ambil jalan ke arah kanan yang lurus. Perjalanan 15 � 20 menit anda akan melewati perumahan warga dikiri dan kanan jalan, medan mendatar dan ramai, selanjutnya anda akan menemui sebuah sungai kecil dengan jembatan beton diatasnya dan selanjutnya perjalanan akan melewati persawahan penduduk.
Sebelumnya untuk kebutuhan logistik dan air bersih untuk konsumsi sebaiknya dipersiapkan didekat masjid At Taqwa, disana ada beberapa warung penduduk untuk membeli kebutuhan logistik yang dipersiapkan untuk menempuh endurance hiking, dan satu lagi, sebaiknya logistik tidak dibeli terlalu banyak, yang penting cukup untuk perjalanan 2 hari, hingga perjalanan nantinya memasuki kawasan Sengkuang, disana terdapat beberapa desa dan anda dapat membeli tambahan logistik kembali.

Setelah melewati persawahan penduduk, jalur hiking akan menanjak terus hingga memasuki perbatasan kebun kopi penduduk dan hutan belantara Rentes, tidak ada hal lain yang akan anda temui sejak melewati persawahan tadi kecuali perkebunan kopi penduduk dikiri kanan jalur trekking sepanjang perjalanan. Namun jangan khawatir, perjalanan ini tidak akan membosankan karena semakin anda mendaki lebih jauh, semakin indah panorama yang akan disuguhkan kepada anda. Total waktu trekking yang dibutuhkan untuk bisa mencapai perbatasan Rentes adalah 5 - 6 jam, namun ada beberapa tempat disepanjang perjalanan yang bagus untuk mendirikan camp jika misalnya anda kemalaman ataupun ingin melakukan endurance hiking dengan lebih santai.

Cara kedua adalah anda dapat memotong waktu trekking selama 5 � 6 jam itu menjadi hanya kurang dari 1 jam saja, caranya..? anda tinggal menumpang  ojek dari desa Peraduan Binjai menuju perbatasan Rentes, ada banyak jasa ojek di desa Peraduan Binjai yang akan dengan senang hati mengantarkan anda ke tujuan.
 
Hutan Rentes 

Hutan ini adalah belantara lebat, seperti hutan hujan tropis pada umumnya, basah,rimbun dengan belukar yang sukar ditembus. Namun jangan khawatir, aktifitas membuka jalur bukanlah hal yang harus anda lakukan. Trek atau jalur yang akan anda telusuri sudah ada dan anda tinggal mengikutinya., namun karena saya terakhir melakukan hiking ini tahun 2008, maka kondisi terakhirnya saya sudah tidak begitu rinci, namun tentu masih ada. Anda tinggal menemukan dan mengikutinya.

Titik awal sebagai penanda bahwa anda akan segera memasuki kawasan belantara hutan Rentes adalah ketika perjalanan anda baik dengan jalan kaki ataupun dengan ojek telah menemukan perempatan terakhir dari jalan setapak tersebut tepatnya di persimpangan  Sari Umi atau persimpangan Ali Daud ( ini adalah nama penduduk, yang kebunnya paling jauh dan ada dimasing masing jalan tersebut ),maka ambillah jalan menurun ke kanan menuju rumah atau pondok Ali Daud.

Pondok  Ali Daud atau sering disebut juga sebagai Talang Gelopok Ali Daud, adalah sebuah kelompok rumah keluarga besar  yang terdiri dari 5 atau 6 rumah, mereka adalah penduduk yang ramah dan hangat, disini anda bisa berkosultasi dengan penghuni rumah mengenai jalur yang akan ditempuh atau jika masih ragu anda dapat meminta kepada salah satu anggota keluarga ini untuk menjadi guideataupun porter  anda hingga tiba di kawasan desa Sengkuang.

 Keluarga Ali Daud ini sangat saya rekomendasikan sebagai guide ataupun porter, selain mereka terkenal ramah dan baik hati, mereka juga adalah yang paling mengenal rute ini, dulu sewaktu saya masih tinggal di Kampung, keluarga ini hampir setiap hari kamis melewati jalur hiking ini, tujuan mereka adalah ke  pekan atau pasar Sengkuang  guna membeli kebutuhan sehari hari dan pasar ini hanya ada pada  setiap hari kamis, jadi rute ini selain saya sebut sebagai the endurance hiking adventure juga disebut juga sebagai rute pasar kamis.

Dari Talang Gelopok Ali Daud jalan akan menurun terus hingga menemui sungai Air Langkap yang jernih dan dingin airnya sangat menyegarkan. Selanjutnya, perjalanan terus menyusuri sisi sungai air Langkap yang jalurnya terlihat jelas. Ekosistem hutan tepi sungai ditengah hutan hujan tropis tentu saja sangat basah dan lembab, dan ini ekosistem yang sangat nyaman untuk binatang melata seperti ular, kadal, pacet ataupun lintah, namun itu bukanlah hal yang harus anda khawatirkan, yang harus anda cermati adalah tumbuhan yang bernama Jelatang Bulan ( Sepiang bulen dalam bahasa rejang ),  ini banyak tumbuh dikiri kanan jalur hiking, maka sebaiknya sejak memasuki kawasan hutan Rentes anda mengenakan baju lengan panjang dan celana panjang serta bersepatu.

Pos I ( Pertigaan Air Terjun )

Setelah sekitar 1 jam menyusuri jalan setapak pinggiran air Langkap, anda akan menemukan sebuah pertigaan air terjun, air terjunnya terletak sekitar 100 m dari sebelah kanan jalan, tinggi air terjun kurang lebih 15 � 20 meter, air terjun ini unexplored jadi belum begitu banyak didatangi oleh penduduk. Di sini, dipertigaan air terjun adalah daerah yang paling rawan untuk lose, karena disini terdapat dua jalur, jalur menuju kawasan Sengkuang adalah yang sebelah kiri, kecil dan hilang jejaknya di sungai, dan jalur yang bersih sebelah kanan menanjak adalah jalur ke kebuh penduduk,anda tidak dapat menggunakan jalur ini karena buntu tepat pada puncak bukitnya. Dipertigaan air terjun inilah terletak Pos I yang hanya berupa puing puing pondok penduduk yang sudah lama ditinggalkan. Anda bisa berkemah disini  dan melanjutkan perjalanan besok pagi.

Selepas Pos I, jalur akan sering hilang karena tertutupi air sungai, anda akan lebih sering menyeberangi sungai untuk menemukan jalur, karena jalurnya lebih ke negikuti aliran sungai menuju hulu. Setelah kurang lebih 1 jam menyusuri sungai,anda akan menemui sebidang kebun kopi penduduk yang letaknya tepat ditengah lembah sebelah kanan sungai dan jalur hiking, kebun ini dikelilingi oleh hutan yang lebat, disini sebelah depan kanan adalah tanjakan tajam yang akan daki nantinya, sebelum mendaki tanjakan tajam itu, anda akan menemui anak sungai kecil yang ada pancuran bambu kering dibawahnya, diatas pancuran bambu terdapat sepetak kolam yang airnya tertutupi oleh tanaman salada dan kangkung serta rumput liar.


Tanjakan Bukit Perbatasan. 

Setelah menyeberangi kolam kecil dan pancuran bambu tua tadi, anda akan langsung dihadapkan pada sebuah tanjakan curam dan licin, terlebih lebih jika pada musim hujan. Untuk melewati tanjakan yang nyaris tegak lurus ini anda hanya dapat berpegangan pada akar akar dan pepohonan yang tumbuh dikanan dan kiri tanjakan. Setelah sekitar 30 meter mananjak vertikal tanjakan akan berkelok kekiri namun tetap menanjak hanya saja sedikit lebih landai, disepanjang jalan banyak terdapat jejak penduduk yang mengambil rotan, tidak jauh setelah itu jalur berbelok ke kanan dan semakin landai, ada beberapa tunggul kayu berserakan jejak penebangan liar yang dilakukan penduduk menggunakan mesin chain saw. Jalur akan kembali menanjak tajam begitu anda sampai di sisi bukit sebelah kanan dan selanjutnya jalur akan lurus terus ke arah kanan, melipir melewati sisi jurang dengan kanopi tebal diatasnya.Perjalanan ini akan sangat melelahkan dan menguras tenaga, ditengah tanjakan anda akan menemui beberapa tempat landai yang bisa digunakan untuk beristirahat, anda bisa berhenti untuk minum ataupun menikmati perbekalan disini. 

Tidak lama setelah itu anda akan tiba dipinggiran perkebunan kopi penduduk, jalan masih menanjak tajam,  teruslah mendaki hingga anda tiba di petigaan kecil jalan setapak tepat diatas lereng bukit. Disini anda telah keluar dari belantara lebat rentes, namun anda belum sepenuhnya bebas. 

Dari pertigaan jalan setapak ditengah perkebunan kopi tadi ambil jalan kearah kanan menurun menuju kawasan Sengkuang, karena jika anda mengambil jalan sebelah kiri dan menanjak, itu akan membawa anda ke perkampungan Nanti Agung, Tapak Gedung, Bengko dan daerah sekitarnya. Tak lama setelah berjalan anda akan menemukan beberapa rumah atau pondok penduduk ditengah perkebunan kopi, jalur dari sini jelas sekali, anda juga sesekali dapat melihat panorama desa pertanian sayur mayur Sengkuang dari balik celah celah tanaman kopi, indah sekali. Selanjutnya anda akan menemukan pertigaan lagi dan kali ini ambil jalan arah kiri menurun, jalur yang akan ditempuh adalah sebuah turunan terjal, dengan banyak gerusan tanah menyerupai selokan sepanjang turunan curam, ini karena bekas penduduk yang biasa mengangkut kayu balok atau papan dari hutan Rentes tadi. anda harus extra hati hati melewati turunan curam dan licin ini, kami berempat, sewaktu untuk pertamakalinya melewati  rute hiking ini, bergantian nyungsep kedalam jalur papan yang hampir seperti selokan itu karena saking licinnya. 

Didasar turunan curam ada beberapa petak sawah penduduk yang biasanya ditanami padi dan sayuran, diseberang sawah arah depan jalur, terdapat sebuah bukit kecil dengan jalan setapak yang lumayan besar, anda akan meniti pematang sawah dan selanjutnya mengikuti jalur jalan setapak tersebut. 

Fisik yang lelah, tenaga yang sudah terkuras setelah menempuh perjalanan dari Pos I tadi, ditambah lagi beban berupa perlengkapan dalam carrier yang menempel dipungung, rasanya sudah membuat amat berat mendaki jalan setapak pada bukit kecil ditengah sawah ini, namun ini adalah tanjakan terakhir sebelum memasuki kawasan penghasil sayur mayur Sengkuang, Dibalik bukit kecil ini terhampar panorama bentang alam yang luar biasa, saya masih merindukannya sampai sekarang, ladang penduduk menghampar luas, sungai yang berkelok, perumahan penduduk yang berbaris mengikuti jalan desa, indah sekali, fastastis...

Dibalik bukit ini juga, jalur akan menurun dan anda kembali akan memasuki areal persawahan yang juga tidak begitu lebar. Selepas persawahan anda akan disambut sebuah kali kecil yang jernih, diatasnya membentang sebuah jembatan yang terbuat dari beberapa batang pohon, air sungai ini cukup jernih untuk mandi dan membersihkan diri, tapi anda harus memikirkan kembali jika ingin meminum langsung air sungai ini meskipun kelihatan jernih, karena biasaya jauh dihulu sungai ada beberapa binatang ternak penduduk berupa sapi dan kerbau yang juga suka berendam,  memasak meggunakan air sungai ini juga tidak akan menjadi masalah, selama anda melakukannya dengan cara yang tepat, saya melakukan hal itu setiap melewati sungai di 3 kali perjalanan hiking saya.

Tapi ada sebuah cerita menyedihkan disungai ini yang tidak akan hilang dari ingatan saya..

Begini kisahnya, 

Saya telah melakukan hiking melintasi daerah ini untuk pertama kali bersama 3 orang sahabat saya, tapi saya belum melakukannya secara solo alias sendirian, jadi mengapa saya tidak mencobanya, tentunya solo climber dan solo hiker akan terasa lebih menyatu pada alam dan makna perjalanan, jadi saya harus mencobanya dan ini akan sangat menyenangkan, begitu pikir saya waktu itu.

Lalu berangkatlah saya melakukan solo endurance hiking melintasi belantara Rentes menuju sengkuang ini sendirian, saya mendirikan camp dan menginap tepat sekitar 1km menjelang perbatasan antara perkebunan penduduk dan hutan Rentes atau sekitar 1,5 km sebelum Talang Gelopok Ali Daud, besok paginya saya melanjutkan perjalanan tepat sekitar jam 06.00 pagi menuju Sengkuang, pukul 07 : 00 saya sudah sampai di pertigaan air terjun, dan sialnya, karena saya sudah lama tidak mengunjungi rute ini, saya ragu akan jalur yang benar. Jalur yang benarpun sudah tertutup rumput dan belukar, hingga membuat saya memutuskan untuk mengambil jalur menanjak menuju kebun penduduk yang ternyata adalah jalan buntu. 

Saya keliru dan tersasar..!!  hampir 30 menit saya menghabiskan waktu mengikuti jalan yang salah, jalannya menanjak terus lagi, sungguh sangat menguras tenaga, mana mie instan yang saya bawa sebagai bekal hanya tersisa 2 bungkus, lapar membuat saya berhenti dijalan buntu diatas bukit dan menyalakan kompor memasak mie. Begitu laparnya reda, saya segera menuruni jalur darimana saya masuk sebelumnya menuju persimpangan air terjun, tempat dimulainya jalur yang salah ini. Perut yang sudah terisi menjadi motor yang membuat saya melangkah lebih cepat, tidak berapa lama saya sudah tiba dipersimpangan air terjun, disini saya sedikit bimbang, apakah akan terus melanjutkan hiking ke Sengkuang atau berbalik saja kembali ke kawasan desa Peraduan Binjai, mengingat bekal saya hanya tersisa 1 bungkus mie instan. 

Tekad  saya sudah bulat untuk tetap melanjutkan perjalanan, saya pun melangkah kembali menyusuri sungai persis seperti jalur yang telah saya terangkan sebelumnya, selanjutnya saya sudah sampai ditanjakan bukit perbatasan, langkah mulai terseok seok kelelahan, mie instan 1 bungkus, bukanlah jenis sarapan terbaik untuk melakukan aktifitas ini. Menapaki  jalan menanjak, saya bergerak lambat, 10 langkah berhenti, 10 langkah lagi berhenti lagi karena saking lelahnya. Ingin rasanya saya sikat sekalian bekal yang tinggal satu satunya, namun jalan masih jauh, rute masih panjang saya tidak boleh boros dengan bekal.

Setelah berjuang habis � habisan untuk tetap bisa bergerak dan melangkah, kurang lebih sekitar pukul 10:00 WIB saya sudah mencapai tepi sungai kecil sebelum memasuki kawasan Sengkuang, lega rasanya akhirnya saya sampai juga, sambil meletakkan carrier di tepi jalan diseberang setelah meniti jembatan kecil , tangan saya yang  gemetar menahan lapar dan lelah memaksa saya segera manyalakan kompor dan memasak mie yang tinggal satu satunya itu. Sambil menunggu air mendidih saya membasuh muka, membuka sepatu, dan mengeluarkan peralatan mandi dari dalam carrier. 

Mie pun matang dan siap disantap, saya semakin gemetar manahan rasa lapar dan lelah, sambil menuangkan bumbu dan penyedap rasa diatas mie didalam nesting  yang masih diatas kompor saya menghirup aroma mie instannya, ah nikmat sekali pasti rasanya nanti, gunam saya. Makan akan terasa sangat nikmat jika perut dalam keadaan lapar, apalagi benar benar lapar seperti saya saat ini, pasti rasanya akan jauh lebih nikmat. 

Namun saat saya yang gemetaran bergerak melangkah berniat mengambil sendok dicarrier , tak sengaja kaki saya menendang kompor portable jinjing itu...

Pranggg...!!!!

Kompor saya terjungkal, nesting yang masih berisi mie yang baru saja saya masak terlempar, dan semua isinya berserakan diatas tanah berdebu dan rumput yang kotor.  

Saya menatap mie yang berserakan itu dengan nanar, badan dan tangan saya terasa semakin gemetar dan lemas, rasanya ingin saya berteriak, marah bahkan menangis saat itu, bagaimana tidak, dalam kondisi puncak rasa lapar dan lelah setelah melalui perjalanan jauh yang juga sempat tersasar, makanan yang tinggal satu satunya sudah diolah dan sudah  siap untuk disantap, tanpa sengaja tertendang berhamburan dan tak bisa dimanfaatkan lagi, kejadian itu tak bisa saya lupakan. Saya pikir anda juga tak akan melupakan kejadian serupa jika terjadi pada anda, kejadian meyedihkan  yang sekaligus  sangat �manis�.

Begitulah kisahnya..

Kawasan Sengkuang 

Sengkuang adalah nama sebuah daerah penghasil sayur mayur yang menjadi titik point besar  pertama dari hiking journal ini, Dari Sengkuang ,anda dapat memutuskan apakah akan melanjutkan hiking atau menyudahinya, jika anda tetap untuk melanjutkan endurance hiking adventure ini, maka titik point besar kedua yang menjadi tujuan anda adalah Bukit Hitam. Namun jika anda ingin meyudahi hiking journal sampai disengkuang saja, maka anda dapat langsung mencari angkutan umum berupa mobil colt ataupun jenis carry, dan langsung turun ke kota Kepahiang,  anda bisa memilih mau turun ke Kota Kepahiang via kawasan perkebunan Teh Kabawetan atau via desa Nanti Agung dan Tapak Gedung, namun mayoritas angkutan dari sini turun ke kota Kepahiang via Kabawetan, dan inipun terbatas hingga jam 15:00 sore biasanya, setelah itu tidak ada angkutan lagi yang turun ke Kepahiang.

Di Sengkuang terdapat beberapa desa yang mayoritas penduduknya adalah transmigrasi dari Jawa Barat dan Jawa Tengah, jadi tidak heran bahasa yang akan anda temui disini sehari harinya adalah bahasa Sunda dan bahasa Jawa. Kekerabatan di sengkuang masih sangat erat, penduduknyapun sangat ramah dan sopan,  cuacanya sungguh sejuk dan dingin, berbagai macam tanaman sayur mayur yang segar dan hijau dapat anda temui disini langsung dari perkebunannya, ada kol, kubis, singkong, terong, timun, cabai, bawang dan masih banyak lagi, Sungguh menentramkan hati berada didaerah seperti ini.

Sukasari, Bukitsari, Bandung Baru adalah beberapa nama desa di Sengkuang yang masih saya ingat, masih ada beberapa desa lain, tapi saya lupa apa namanya. Disengkuang juga terdapat sebuah sekolah menengah pertama atau SMPN Sengkuang, lokasinya di desa Bukit Sari tidak jauh dari lapangan bola ditepi jalan desa. Pasar Kamis atau pekan Kamis yang saya ceritakan diawal juga terletak di Sengkuang ini, tempatnya di desa Sukasari, sekitar 500 meter dari lokasi sungai tempat tragedi mie instan terakhir yang saya ceritakan tadi.

Oke, kita kembali ke Jalur lagi..

Setelah melewati sungai tadi, anda tinggal mengikuti jalur didepannya yang akan mengantarkan anda ke jalan desa yang sudah diaspal kasar, disini anda ambil arah kanan yang  menanjak, 200 meter dari sana akan menemui sepetak tanah yang diatasnya banyak berdiri diri lapak lapak untuk menggelar barang dagangan, disana anda tidak akan menemukan siapapun kecuali  jika anda mengunjunginya pada hari kamis, hari kamis tempat ini akan membludak oleh para penjual dan pembeli yang sibuk bertransaksi, dagangannya juga komplit,dari ayam dan ikan hingga accecories buat anak band. 
Dibalik pasar agak sedikit pojok belakang, terdapat jalan setapak sedikit menanjak yang ujungnya nanti sampai SMPN  Sengkuang, anda bisa mengambil jalur ini atau bisa juga terus menyusuri jalan beraspal hingga nanti menemui pertigaan jalan kampung.

Jika pilhan anda adalah meneruskan hiking journal ini, maka saya sarankan anda untuk menginap dulu dikampung ini dan melanjutkan hiking ke bukit hitam besok paginya, anda bisa menggunakan rumah kepala desa untuk menginap ataupun rumah penduduk yang lain, atau pilihan lainnya adalah anda meminta izin untuk mendirikan tenda ditepi lapangan bola samping SMPN, didekat sana ada beberapa sumber air yang bisa anda manfaatkan. Namun sebelum itu sebaiknya anda mencari informasi tentang jalur bukit hitam kepada penduduk setempat dan jika memungkinkan meminta salah satu penduduk untuk menjadi guide untuk menemani perjalanan anda, mengingat disini jalur menuju bukit hitam sangat banyak cabang dan membingungkan, jadi tak ada salahnya anda menyewa guide.

Sebelum meneruskan hiking ke Bukit Hitam keesokan paginya, di Sengkuang juga anda harus mepersiapkan kembali kebutuhan logistik dan perbekalan anda, saran saya, persiapkanlah logistik yang cukup untuk 3 hari, sedangkan untuk kebutuhan air minum tak perlu dikhawatirkan, di kawasan Bukit Hitam terdapat banyak sungai yang berair jernih yang dapat dimanfaatkan untuk konsumsi.  hanya saja anda perlu mempersiapkan kebutuhan air minum selama perjalanan menuju Bukit Hitam karena sepanjang perjalanan yang memakan waktu sekitar 4 -5 jam nanti, anda akan langsung terpapar sinar matahari, yang tentunya  jika suply cairan pada tubuh anda tidak teratur maka anda akan terserang dehidrasi.

Bukit Hitam ( The Black Hill )

 Bukit Hitam dilihat dari Camping Ground Lambau Kabawetan


Setelah sekitar 4 jam dari Sengkuang melintasi perkebunan sayur mayur penduduk dan beberapa hektar kebun teh anda sampai di kaki Bukit  Hitam, ada banyak jalan masuk ke gunung fenomenal di Kepahiang ini, jalan yang biasa digunakan para pencari burung, hiker ataupun penduduk yang hanya mencari kayu bakar. Banyaknya jalur dan jalan setapak yang tersedia selain memudahkan untuk proses perjalanan juga menjadi penyebab kebingungan dan begitu banyaknya cerita tentang para hiker yang lose dan tersasar. Ini jugalah yang menjadi salah satu alasan saya meyarankan anda untuk menyewa guide dari penduduk sengkuang yang lebih hafal tempat ini.

Dibukit hitam ada beberapa tempat yang menjadi tujuan para hiker,  air terjun yang tersebar di tiga tempat dengan ketinggian dan keunikan berbeda, sumber air panas belerang yang aliran dari sumbernya mengalir seperti kali kecil, dan tentu saja puncak Bukit Hitam itu sendiri yang memiliki ketinggian sekitar 1500 Mdpl, namun jangan anda bayangkan puncak Bukit Hitam adalah kawasan lapang berbatu seperti gunung gunung pada umumnya, puncak Bukit Hitam tetap gelap tertutup kanopi hutan yang tebal.

Air terjun tertinggi di Bukit Hitam, terlihat dari balik rerimbunan pohon


Air panas mendidih ini mengalir seperti kali kecil 

Sebelum mengunjungi tempat tempat tersebut diatas anda tentunya harus mencari lokasi terbaik untuk mendirikan camp, dan seperti gunung basah pada umumnya, pacet adalah hal yang harus anda waspadai, maka seleksilah dalam mencari lokasi camp, carilah tempat terbuka dan terang juga tidak terlalu jauh dari sumber air, jika memungkinkan pilihlah lokasi camp yang bisa memperoleh sinar matahari langsung. 

Pun ketika saya hiking ke tempat ini waktu itu, saya dan sahabat saya dari Sengkuang memilih lokasi camp di pinggiran ladang kopi penduduk dipinggir hutan Bukit Hitam, ini terasa lebih melegakan daripada harus ngecamp di tengah hutan lebat, hitam dan lembab, apalagi saat itu kami hanya berdua saja yang hiking disini, bukan hal yang bisa membuat kita cekikikan camping berdua dimalam jum�at , ditengah lebatnya hutan yang �hitam�.

Ada baiknya anda lebih pagi mengunjungi tempat tempat fastantis di Bukit Hitam besok paginya, karena butuh waktu sehari penuh bahkan lebih untuk dapat mengunjungi semua tempat tersebut. Tempat pertama sebaiknya yang anda kunjungi adalah sumber air panas, selain untuk menetralisir dinginnya udara gunung, juga anda dapat meyiapkan sarapan disana tanpa harus menyalakan kompor, anda tinggal memasukkan air jernih kedalam plastik mie instan, telor juga bisa diikutkan,lantas tinggal dicemplungkan kedalam telaga belerang yang mendidih, maka tak lama hidangan anda akan siap untuk disantap. Selanjutnya anda bisa mengunjungi puncak bukit lalu diteruskan ke air terjun.

Salah satu air terjun yang menurut saya sangat fantastis adalah dibukit Hitam ini, tingginya sekitar 100M, dengan undakan bertingkat didua tempat jatuhnya air, bagi anda yang meyukai olahraga vertikal seperti rapelling, tentunya anda dapat memuaskan adrenalin anda disini dengan waterfall rappeling. Untuk menjangkau air terjun inipun bukan perkara yang bisa dianggap sepele,  kekurang hati hatian dan kecerobohan dapat saja mengantarkan anda lebih cepat menggelinding ke dasar jurang, jalan menuju air terjun ini sangat licin karena selalu basah oleh uap air, belum ada perbaikan akses untuk memudahkan para hiker menuju tempat ini, membawa tali atau webbing tentu sedikit banyak akan membantu.  Namun, keadaan yang masih natural semacam ini tentu saja menjadi dambaan para petualang sejati, tidak banyak tersentuh oleh kemodernan dan perubahan.

Kabawetan dan Lambau

  Lintasan dari Kabawetan menuju Lambau


Salah satu tempat di Kabawetan yang bagus saat sunset dan sunrise

Setelah puas menikmati  tempat tempat adventure dan menarik di Bukit Hitam, sekarang adalah saatnya anda untuk menikmati hamparan perkebunan teh yang hijau dan luas. Dari Bukit Hitam anda dapat mengambil jalan turun ke arah Lambau atau Kabawetan, Lambau adalah nama tempat dan kawasan pedesaan di daerah ini, Di lambau terdapat camping ground yang biasanya banyak digunakan untuk berkemah akhir pekan, dibawah camping ground ini mengalir sungai kecil yang dapat digunakan untuk kebutuhan masak dan mandi bagi para campers. Dari Bukit Hitam, perjalanan menuju Lambau memakan waktu sekitar 2 � 3 jam perjalanan santai. Jika hari sudah terlalu sore untuk langsung turun ke kabawetan maka camping ground Lambau adalah lokasi yang tepat untuk mendirikan tenda dan menikmati malam terakhir dari serangkaian endurance hiking adventure ini. Besok paginya anda dapat meneruskan sedikit hiking lagi, sekitar 3km menuju Kabawetan, waktu tempuhnya adalah kurang dari 1 jam ditambah foto foto di spot yang bagus.

Di Kabawetan anda dapat langsung menumpang angkutan menuju Kota Kepahiang, atau jika merasa masih kurang perjalanan hikingnya, anda dapat hiking kembali menuju kota Kepahiang, sepanjang jalan akan menurun terus hingga tujuan, tak akan banyak menguras tenaga, namun sepertinya setelah 5 hari berjalan dihutan, perjalanan diatas aspal sepanjang 8 � 10 km, meskipun treknya menurun terus bukanlah sesuatu yang membuat nyaman.

Dikota Kepahiang perjalanan Endurance Hiking Adventure ini berakhir. 

Secara ringkas rute kelas I ini dapat di petakan sebagai berikut :

Desa Peraduan Binjai ( Start ) � Hutan Rentes � Sengkuang � Bukit Hitam ( Black Hill ) � Lambau - Kabawetan � Kota Kepahiang ( Finish )

Waktu Tempuh : 4 � 5 Hari perjalanan

Lokasi Camp :     

Malam 1 : Desa peraduan Binjai, perbatasan Hutan Rentes, atau Pos I Air Terjun
Malam 2 : Kawasan Sengkuang.
Malam 3 : Kawasan Bukit Hitam
Malam 4 : Camping Ground Lambau.

Rute Kelas II 

Perbedaan rute kelas I dan rute kelas II adalah jika setelah tiba di sengkuang, para hiker meneruskan perjalanan ke Bukit Hitam, maka rute kelas II ini dilanjutkan langsung menuju Kabawetan via desa  Tangsi Duren, tanpa melewati Bukit Hitam dan Lambau, selanjutnya para hiker bisa langsung menuju kota Kepahiang seperti pada Rute Kelas I. Untuk waktu tempuh, rute kelas II ini memakan waktu sekitar  3 hari perjalanan, bahkan hanya 2 hari untuk para profesional trekker. Karena perbedaannya hanya pada jalur desa Tangsi Duren, maka saya hanya akan menjelaskan sedikit tentang jalur dari sengkuang menuju Kabawetan via Tangsi Duren.

Setelah tiba di Sengkuang anda dapat langsung saja meneruskan perjalanan menuju Kabawetan tanpa harus menginap dulu di Sengkuang, kecuali anda punya pacar di sana, dan malamnya ingin mengapel. 

 Dari Sengkuang anda tinggal mengikuti jalan beraspal kasar ke arah bawah ( menurun ) terus hingga nantinya perumahan penduduk habis diujung desa didepan sebuah lapangan bola yang lumayan lebar, ini adalah perbatasan kawasan sengkuang.  Selanjutnya anda akan mengikuti jalan yang terus menurun,dengan kiri dan kanan jalan didominasi oleh  tanaman sayur mayur dan pepohonan teh, jauh disebelah kanan anda akan melihat Bukit Hitam berdiri kokoh, dan jauh disebelah kiri jalan berjejer bukit barisan yang salah satu bukitnya baru saja anda seberangi via desa Peraduan Binjai.  Sekitar 1 � 1,5 jam berjalan anda akan menemui sungai kecil yang diatasnya berdiri jembatan beton pendek, diseberang jembatan jalan aspal kasar berkelok tajam dan menanjak  kearah kiri, disebelah kiri puncak tanjakan berdiri banguna SDN  Tangsi Duren. 

Desa Tangsi Duren memilki panjang sekitar kurang lebih 1km dari ujung desa hingga bangunan SD tadi, tak akan butuh lama untuk menempuhnya, dipenghujung desa ini anda sudah akan langsung berhadapan dengan hamparan perkebunan teh kabawetan, waktu tempuh untuk bisa mencapai Kabawetan dari desa ini sekitar 1 � 2 jam perjalanan.

Secara singkat Rute Kelas II adalah berikut :

Desa Peraduan Binjai ( Start ) � Hutan Rentes � Sengkuang � Tangsi Duren - Kabawetan � Kota Kepahiang ( Finish )

Rute Kelas III

Rute ini tak perlu saya terangkan banyak, karena selesai di Sengkuang, dari sengkuang anda tinggal menumpang mobil yang turun menuju kota Kepahiang, dan perjalanan anda selesai.


Related Posts :

0 Response to "Endurance Hiking Route Kepahiang, Bengkulu"

Posting Komentar