Hari ini saya kedatangan seorang teman yang mengunjungi toko untuk membeli beberapa perlengkapan mendaki yang ia perlukan.
Setelah selesai dengan urusan jual beli yang tidak begitu banyak, tiba tiba hujan turun membasahi tanah dan pekarangan, menimbulkan suara khas pada atap yang terbuat dari seng.
Di kota Samarinda, hujan sudah lama sekali tidak turun, sehingga hujan yang datang ini sangat dinanti nantikan. Beberapa kali mendung tebal tampak menggelayut di atas langit kota, namun tidak pernah berakhir dengan rintik hujan. Bukan apa apa, semenjak kemarau panjang yang menyengat di setiap harinya, debu yang berterbangan menyesakkan udara, tanaman mengering dalam kerontang panas membakar, ditambah lagi dengan parahya kabut asap akibat kebakaran hutan yang memenuhi setiap ruang udara. Hujan adalah satu satunya jenis perubahan cuaca yang paling ditunggu tunggu oleh hampir semua orang.
Di kota Samarinda, hujan sudah lama sekali tidak turun, sehingga hujan yang datang ini sangat dinanti nantikan. Beberapa kali mendung tebal tampak menggelayut di atas langit kota, namun tidak pernah berakhir dengan rintik hujan. Bukan apa apa, semenjak kemarau panjang yang menyengat di setiap harinya, debu yang berterbangan menyesakkan udara, tanaman mengering dalam kerontang panas membakar, ditambah lagi dengan parahya kabut asap akibat kebakaran hutan yang memenuhi setiap ruang udara. Hujan adalah satu satunya jenis perubahan cuaca yang paling ditunggu tunggu oleh hampir semua orang.
Namun, tampaknya kali ini pun banyak orang harus kecewa, ternyata hujan yang diharap harap akan turun dengan deras, tampaknya hanya sekelebatan saja. Tidak sampai lima menit hujan itu pun berhenti, menyisakan beberapa kemilau air yang tersisa di atas dedaunan pepohonan sekitar rumah.
Dalam rintik hujan yang tidak lama itu, saya banyak mengobrol dengan teman tersebut, mulai dari tentang naik gunung, produk baru, hingga kemudian merambah ke hal hal yang lebih khusus lagi.
Bagi yang mengenal saya secara pribadi, mungkin mereka sudah tahu jika saya adalah seorang pribadi yang termasuk senang berbincang. Sehingga tidak mengherankan banyak pengunjung toko yang meskipun baru sekali bertandang dan mampir, bisa saja nyangkut hingga berjam jam mengobrol. Bahkan ada beberapa orang yang dilingkungan tempat tinggal saya, dikenal dingin dan bengis. Namun entah mengapa, saat mengobrol dan berbincang dengan saya mereka bisa tahan hingga berlama lama.
Saya tidak tahu persis, apakah hal ini termasuk asset diri yang saya miliki, ataukah hanya sebuah bentuk dari pemborosan waktu luang. Saya hanya lebih banyak berusaha mengibaratkan diri saya lembah dataran rendah jika sedang berbincang dengan seseorang, lembah yang membiarkan banyak aliran air mengalir ke arahnya, sehingga tanpa ada paksaan, tanpa banyak pertanyaan, semuanya akan mengalir dengan natural. Persis seperti ungkapan, bahwa air akan selalu mengalir dari tempat tinggi, menuju ke tempat yang lebih rendah.
Jadi semuanya mengalir begitu saja, sesimple itu saya kira.
Jika kita ingin berusaha untuk menjadi lawan berbincang yang baik, salah satu kebiasaan yang harus banyak diasah, adalah kemampuan mendengar, mendengar dengan penuh perhatian, memberi respon di sana sini, sebagai pemantik agar cerita tetap nyaman diceritakan. Dan juga tidak ragu dan keberatan memberi pujian yang relevan sebagai wujud sebuah penghargaan terhadap materi dan tema perbincangan.
Saya bukan orang yang benar benar pandai dalam hal ini sebenarnya, namun saya suka belajar sesuatu yang baru dari orang lain. Dan tentu saja, setiap orang memiliki cara pandang, gaya bertutur, dan tingkatan ilmu pengetahuan yang berbeda beda, jadi ketika semakin banyak kita mendengar, akan semakin banyak pula kita akan mengetahui hal hal baru, atau paling tidak, menemukan cara pandang baru dalam sebuah objek yang sama.
Setelah bercerita banyak hal tentang naik gunung dan lain sebagainya, akhirnya kita mulai berbicara mengenai bisnis, dan bisnis tentu saja merupakan topic pembicaraan yang sangat menarik.
Pertama kita mengobrol tentang forex, lebih tepatnya tentang sulitnya memprediksi dan melakukan trade dan profit pada bisnis pasar uang ini. ��Kemungkinan besar, saya akan memulai bisnis ini jika sudah pindah ke Jawa..�, saya bertutur kepada teman tersebut.
Saya pikir sebelumnya, teman tersebut �hanyalah� seorang karyawan bank saja, bukan seseorang yang aktif dalam dunia bisnis dan entrepreneur, namun ternyata saya kecele.
�� Wah forex bagus itu, tapi menurut saya, IDX lebih mudah mas, dan lebih besar kemungkinan untuk memperoroleh profitnya, saya semenjak kuliah telah melakukan hal itu��
�.. Oya, bagaimana itu mas �?� saya malah kaget dengan responnya.
Kemudian mulailah teman saya itu, meneceritakan pengalamannya berbisnis Forex, IDX, dan bagaimana semasa kuliah ia bisa memperoleh penghasilan sekitar 5 juta setiap bulannya hanya dengan transaksi di pasar saham. Tentu ini sebuah penghasilan spektakuler, untuk seorang anak kuliahan, yang mayoritas dari mereka biasanya adalah menunggu kiriman dari orang tua.
�� contoh sederhana mas, seumpama sekarang kan medekati akhir tahun, mendekekati liburan natal dan tahun baru, di mana jasa travel, pusat perbelanjaan pasti akan ramai. Maka kita bisa berencana untuk membeli saham garuda, atau lippo karawaci, dan lain sebagainya. Itu kan pasti mas, apalagi lebaran, lonjakan pasti drastis, dan tidak demikian dengan forex, buat saya analisa teknikal dan fundamental bukan hal yang gampang untuk dilakukan, saya loss terus bermain forex. Untuk IDX saya bisa memperoleh sekitar 30jtan lebih dari modal sekitar 7 jtan pada akhir tahunnya��
Saya manggut manggut, wow ini bukan seperti yang saya sangka, saya pikir teman satu ini hanya �orang suruhan� saja dalam sebuah bank nasional tempat ia bekerja.
�� Tapi saya sekarang sudah berhenti mas, sudah nggak main lagi di IDX, meskipun saya masih memiliki sedikit saham di PT. Dharma Henwa� �
�..Lho kok berhenti mas, kan menguntungkan..?� saya mengerutkan dahi tidak mengerti.
�.. saya mau cari kerja yang bener saja��
�..Lho apa bisnis saham IDX nggak bener mas�� saya semakin tidak mengerti
�.. nggak sih mas, tapi keluarga saya kan, dan juga keluarga calon mertua saja, agak garis kanan banget. Mereka menganggap apa yang saya lakukan seperti memelihara tuyul, main main depan computer sebentar kemudian uang jalan sendiri.. itu kan sama seperti tuyul kata mereka� dan jelas mengandung dosa riba yang besar��
�.. mungkin komunikasinya yang kurang itu mas, mas harus menjelaskan cara kerja bisnis tersebut kepada mereka, supaya mereka faham�� jawab saya sembari tersenyum.
�.. Sudah mas.. sudah saya lakukan, tapi tetap saja, yang memiliki status yang lebih dipandang� �
Tentu saya tidak akan mendebat teman saya itu, yang pendidikan dan pengetahuannya jauh lebih bagus dari saya, jadi saya hanya mengangguk dengan mimik wajah ingin tahu lebih banyak.
�.. terus terang saja mas ya, calon mertua saya itu seorang rektor. Dan saya juga sebenarnya, kalau prusahaan juga sudah punya, kantor saya di daerah Sempaja sana ( Sempaja adalah nama sebuah wilayah di kota Samarinda ), prusahaan saya bergerak dibidang jaringan dan juga ATK, klien besar kami mungkin baru bank mandiri, rumah sakit, dan beberapa perkantoran lain. dan itu sudah cukup besar penghasilannya, namun sekarang saya tingggalin, posisi direktur saya serahkan ke dia ini�.� tutur teman tersebut, sembari menepuk paha seorang teman yang juga saat itu menemaninya saat berkunjung ke toko saya.
Saya semakin bingung dibuatnya, bagaimana mungkin seorang yang telah memiliki penghasilan besar, founder sebuah prusahaan yang telah memiliki pelanggan besar, cerdas, melek dengan bisnis ekonomi yang berorientasi pada saham dan bursa, masih tetap mencari pekerjaan tetap seperti pegawai negeri dan semacamnya..
Jadi ketika bingung mencerna itu, saya hanya mengerenyitkan dahi dan mengatakan
�� Mengapa �?�
�.. saya butuh status mas, sebagai seorang pekerja tetap yang memiliki gaji yang tetap dan juga pekerjaan yang benar benar terlihat��
�.. seperti PNS ..?� tukas saya.
�.. ya seperti itu mas, saya butuh status. Keluarga dan calon mertua nggak perduli bagaimanapun besarnya penghasilan saya, yang mereka lihat status saya dulu, seorang PNS atau bukan��
Saya tidak memperpanjang diskusi itu lagi dengan mepertanyakan apa, mengapa, bagaimana, jikalau, dan lain sebagainya. Saya hanya manggut manggut seolah mengerti, namun dalam hati masih menyimpan pertanyaan besar
�� Damn, how can be like that�, bagaimana mungkin ini bisa terjadi, it�s really confusing��
Work from home, it's your dream, don't you..?
***
Jika orientasi akhir dari sebuah pekerjaan adalah memperoleh salary atau gaji yang tinggi dan mencukupi semua kebutuhan hidup, mengapa bisa demikian�?
Saya masih menyimpan banyak pertanyaan di benak saya untuk hal itu, namun saya tidak akan menanyakan hal itu ke teman saya itu lagi.
Sebegitu pentingkah sebuah status sebagai seorang pegawai yang ingin dikejarnya, sehingga menafikan semua yang ia peroleh sebelumnya.
Dari sisi manfaat yang bisa ditebar, tentu dengan memiliki prusahaan akan lebih banyak pula manfaat yang bisa dibagikan kepada orang lain, mulai dari menyediakan lapangan kerja, ikut mengentaskan pengangguran, dan juga mungkin dapat bersedekah yang lebih banyak untuk kemaslahatan masyarakat, hal yang mungkin tidak mudah dilakukan seorang pegawai.
Memiliki penghasilan besar hanya dengan duduk di depan layar computer di rumah, bersama isteri dan anak anak, hanya bertrading saham di lantai bursa, tentu lebih menyenangkan ketimbang harus ikut bermacet ria ke kantor setiap harinya.
Namun ia masih mengejar sebuah status pegawai.
Why�?
Mungkin karena itulah kita harus lebih banyak belajar, supaya bisa memahami cara pandang hidup dari sisi orang lain. Meskipun beberapa hal masih menyisakan lebih banyak kebingungan.
Salam
Please share and coment if you like this article
Baca juga : Rahasia kesuksesan orang terkaya di Indonesia.
0 Response to "Status tetaplah status, sebesar apapun penghasilan anda."
Posting Komentar