Malam terakhir di Gerilya, Fase hidup yang harus di lewati



Seseorang mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu, dengan perhitungan sematang dan seakurat mungkin, dengan segala bentuk harapan yang berterbangan siap  untuk ditangkap. Kemudian ketika keputusan dijalankan, ada banyak hal yang jauh dari dugaan terjadi, skenario yang tidak terlintas sedikit pun yang malah harus dimainkan, harapan yang berterbangan kini habis berguguran, segala rencana, langkah, tindakan yang diambil, menjadi tidak berhasil. 

Everyhing doesn�t work, so what�s next..?

Apa yang harus kita lakukan�?

Sumberdaya sudah tercuci bersih, kekuatan dan dukungan nyaris menyentuh ke titik batas, upaya  dan usaha juga push until the limit, but still yet doesn�t work.. what we can do again�?

What�?

***

Saya ingin menulis sesuatu malam ini, sesuatu yang mungkin merupakan sebuah refleksi dari diri saya sendiri.

Ini mungkin akan menjadi sebuah kisah indah di kemudian hari, kisah manis yang akan dikenang sambil tersenyum bangga, sambil menghirup teh manis buatan isteri tercinta, dan kita berpandangan sambil tersenyum dan berkata�

�� Kita telah melewati masa itu sayang, fase di mana ketahanan dan kekuatan kita diuji penuh, kesungguhan kita dinilai,  dan juga fase saat banyak orang ingin menghindar, banyak teman ingin menjauh, dan banyak keluarga ingin berpaling. Kita telah melalui fase itu kekasihku,, dan kita melakukannya dengan sangat baik.., we did  very good��

***

Beberapa bulan lalu�,

Saya memutuskan untuk meninggalkan sebuah kota, di mana sudah hampir enam tahun saya tinggal di sana, sebuah kota yang berada di salah satu wilayah dengan penghasil batu bara yang melimpah, kota Sangatta, Kalimantan Timur.
Saya memasuki kota Sangatta pada tahun 2007 akhir, berumur sekitar 21 tahun, belum menikah, dan lulusan sebuah Madrasah Aliyah dari salah satu kota kecil di pulau Sumatera. Saya bekerja sebagai officer, atau admin office di perusahaan batubara ternama, anak dari raksasa bisnis Indonesia, Astra group.

Hanya dua tahun saya bertahan di perusahaan tersebut, jiwa bebas dan suka bertualang membuat saya memutuskan untuk mengakhiri karir sebagai seorang karyawan, dan kemudian memulai sebuah pelajaran otodidak saya untuk menjadi seorang wirausaha.

Beriringan dengan masa, usaha mula berkembang, dan mulai menunjukkan hasil yang melegakan, dan Allhamdulillah tidak lama, Allah pertemukan pula saya dengan wanita luar biasa, yang hanya satu minggu setelah berkenalan, kami memutuskan untuk menikah. 

Dua tahun kemudian, Islamedina, puteri pertama kami lahir melengkapi senyum dan syukur.
Selalu ada hadiah indah yang kadang terbungkus pedih dan gelisah untuk setiap manusia, begitu pula halnya, ladang mulai gersang, hujan mulai jarang menyirami, daun mulai menguning, dan hasil panen mulai jauh dari harapan�

Namun, sebelumnya mohon jangan menjudge ini sebagai keingkaran rasa syukur, ini hanya gaya saya bercerita saja, jadi mohon dimaklumi..

Jadi ketika tampaknya kota Sangatta tidak lagi bisa memenuhi impian yang ada di kepala saya, memenuhi hasrat dan keinginan yang ada dalam benak saya, maka sayapun melangkah menuju ibukota propinsi terkaya di Indonesia ini, kota Samarinda. Tentunya dengan asa yang penuh oleh optimisme, kepala yang penuh semangat, dan langkah langkah yang terasa tegap dan jitu, saya memastikan diri untuk betarung di arena yang lebih luas, dan juga lebih buas tentunya�

Struggle is a life process for a winner 

Saya sering bertukar nasehat dengan saudara saya, bukan saudara kandung, namun ia sama dekatnya dengan saudara kandung..

�� Mas, bersiaplah, jika kita ingin meninggalkan apa yang telah membuat kita nyaman sekarang, jika saat ini kita meninggalkan kota ini dengan sejuta harapan dan angan angan, bahwa di sana, di tempat baru, kita akan begini, dan begitu, kemudian kita akan melakukan ini, juga kita akan melakukan itu, kita bisa memperoleh ini, dan kita pun akan bisa memperoleh itu.., Bersiaplah mas, bahwa akan lebih banyak kejadian yang tidak akan sesuai dengan apa yang kita rencanakan��
 


Model kalimat seperti itu sering saya ucapkan jika kami sedang ngobrolberjam jam, sambil momong anak kami yang hampir seumuran.

�� Yang terpenting bagi kita adalah melakukan yang terbaik, seseuai dengan ukuran dan kapasitas kita, hasilnya, Allah sajalah yang berhak memberi keputusan��

Dan itu nasehat balasan dari saudara saya ini.

Kemudian kami pun melangkah meninggalkan kota Sangatta, saudara saya itu lebih dulu, meninggalkan pekerjaan dengan gaji hampir 13 juta per bulannya, pulang ke kampung halaman, � hanya�untuk bisa lebih dekat dengan orang tua, dan bisa berbakti sepenuh waktu untuk mereka, dan tentu juga dengan beberapa rencana pokok mengenai masalah ekonomi dan finansial.

Beberapa bulan kemudian saya pun menyusul, meninggalkan kota Sangatta.

Dan tahukah sahabat semua, tidak satupun di antara kami yang sukses menjalankan rencananya.

Medan tempur ternyata tidak sesuai dengan peta, logistik ternyata belum memenuhi kuota, musuh ternyata bertempurnya jauh lebih hebat, cara caranya, jurus jurusnya, bahkan belum pernah terbayang oleh kami sebelumnya..,

Dan hasilnya, ya, putaran pertama ini kami kalah, we lose. totally lose.

Namun kami tidak menyerah, dan sepertinya memang tidak akan pernah menyerah.

Allhamdulillah pertukaran nasehat yang sering kami lakukan, sungguh sungguh bisa kami upayakan untuk tetap di pegang teguh. Bersiap menghadapi segala ketidak sesuaian dengan rencana, dan do the best as we can do, Allah Pemilik Segala, Pemegang keputusan-Nya.

Ada banyak hal yang tidak terduga dalam hidup ini, bahkan ada sebuah gerigi yang benar benar bisa memutar balikkan suasana, benar benar putar balik.
 



Contohnya begini ketika saya masih di kota Sangatta, ruko yang saya tempati adalah ruko induk dengan fasilitas standard yang cukup lengkap, salah satunya soal air PDAM. 

Di samping ruko saya ada juga sebuah ruko yang di tempati keluarga muda juga, dan fasilitasnya tidak sebagus tempat saya, terutama masalah air PDAM. Untuk memperoleh saluran air PDAM mereka mesti mengambil dari tempat saya, melalu pipa selang tentunya. 

Dan anda tahu yang terjadi saat ini di tempat baru saya di kota Samarinda�?

Jika sedang membutuhkan air bersih,  saya harus mengambil air PDAM melalui selang ke tetangga saya, dan tahukah anda siapa dia, dia adalah tetanggal saya di kota Sangatta dulu.

Allahu Kariim..

Hidup benar benar punya gerigi kan, mampu memutar balikkan keadaan dengan sempurna.
Moving, salah satu fase dalam hidup

Tidak ada yang dapat menggenggam kehidupan kecuali Allah SWT, kita manusia hanya memiliki akal, rencana, ikhtiar, dan harapan, selebihnya, hanya Allah tempat bernaung dan berharap.

Kegagalan, khawatir, kalah bertarung, dan aneka macam �kepahitan� hidup yang lain, adalah sebuah fase, sebuah tahapan dalam mencapai tujuan, dan kita memang harus melaluinya. Jangan menghindar, mundur, berkelit, atau lari, semakin cepat kita hadapi, maka akan semakin cepat pula kita menyesuaikan diri, dan Insya Allah akan semakin cepat kita bisa beradaptasi dan melewatinya.

Fase adalah sebuah pelajaran otodidak sejati, yang akan menempa metal diri, jadi ambil dan lakukan dengan sebaik mungkin.

Seperti saat ini, saat saya menulis tulisan ini, ini malam saya yang terakhir di Gerilya, sebuah nama jalan di kota Samarinda, karena besok pagi saya harus pindah ke Antasari, masih nama sebuah jalan di kota Samarinda juga, berjarak sekitar 30 menit dari Gerilya. Dan fase ini harus saya lakukan lagi, karena ini adalah langkah terbaik yang dapat saya lakukan saat ini.

Dan saya ulangi lagi, ini fase hidup yang harus dilalui, jadi saya akan melaluinya dengan sebaik mungkin, Insya Allah.



Salam.


0 Response to "Malam terakhir di Gerilya, Fase hidup yang harus di lewati"

Posting Komentar