Crane tumbang, Nyawa melayang, Jokowi datang, what�s going on�?



Roh terlepas dari jasad dapat dengan cara yang bagaimana saja, dan tidak satu orang pun yang dapat memastikan dengan cara apa ia akan menemui ajalnya.

Seperti dulu tahun 2004, ketika ombak bergulung gulung setinggi rumah menyapu rata pesisir Aceh  dan Sumatera Utara, meluluh lantakkan apa saja yang di laluinya, ribuan bangunan hancur, ratusan ribu nyawa melayang, banyak orang yang kehilangan anggota keluarganya hanya dalam hitungan detik saja.

Dan sekali lagi tidak ada yang dapat menduga hal itu akan terjadi.

Saya juga masih ingat kisah seorang teman yang baru sekitar beberapa jam lalu meng update statusnya di facebook, kemudian beberapa jam setelahnya, ramai ucapan belasugkawa untuk kematiannya sendiri.

Kematian memang termasuk salah satu rahasia terbesar kehidupan ini.

Bagimana kita akan mati, di mana, dan kapan waktunya�, that�s a really secret forever, nobody know about that.

Yang masih hangat di perbincangkan dalam banyak berita saat ini, adalah sebuah musibah yang merenggut nyawa banyak jemaah haji di tanah Haramain, Mekkah, bahkan diantara korban tersebut terdapat pula beberapa warga negara Indonesia, kabar terakhir yang saya baca dari harian online Kompas mengatakan bahwa jamaah yang tewas karena musibah tersebut berjumlah 107 orang, dan yang terluka, dan cidera 238 orang jamaah.

Di antara jumlah korban tersebut, ada 33 orang warga negara Indonesia, dan dua orang di antaranya meninggal dunia.

Musibah  yang dimaksud adalah, tumbang dan patahnya sebuah crane ( alat angkat ) yang memang terparkir di areal masjidil Haram, dalam proyek pengembangan dan perluasan masjid utama umat islam di tanah suci ini.Crane yang berukuran sangat besar tersebut, terhempas menimpa ratusan jamaah yang sedang menunaikan sholat magrib di masjidil Haram, ketika badai pasar pasir dang angin kencang yang melanda semenanjung Arab beberapa waktu terakhir berhembus kencang menghantan tower crane tersebut.

Inna lillahi waa inna ilaihi rojiun.

Semoga Allah SWT menerima amal ibadah para korban semua, dan mengangkat derajat mereka sebagai syuhada di sisi-Nya.

Aamiiin.

***

Ada sebuah selentingan yang menurut saya tidak benar yang berkaitan dengan masalah ini, sebuah sudut pandang yang salah, dan cenderung di blow up oleh banyak orang yang merasa dirinya merasa punya kepentingan dengan munculnya asumsi media dan masyarakat.

Selentingan ini memuat tulisan begini.

� Jokowi mendarat di Jeddah, Crane Jatuh di Masjidil Haram �

Tentu saja tidak benar dan sangat keliru, menganggap kehadiran Jokowi sebagai penyebab tumbangnya crane di masjidil Haram. Musibah adalah sesuatu yang telah menjadi kekuasaan Allah SWT, menisbatkan jatuhnya sebuah crane yang merenggut ratusan nyawa jamaah tidak berdosa, dengan kehadiran seorang pemimpin negara yang mungkin saja memang tidak disukai lagi oleh sebagian besar rakyatnya, ini tentu bukanlah pikiran bijaksana.



Saya tidak memiliki kepentingan sama sekali dengan mas Jonru Gintingyang di tuding menyebarkan pemikiran seperti itu, namun menurut saya, hal semacam ini sudah di blow upsedemikian rupa, supaya asumsi dan pemikiran masyarakat bisa digiring ke arah yang malah tidak sehat, dan mengikuti keinginan si penggiring berita tersebut.
Jika seumpama ada kalimat begini ;
Danu melewati jalan itu, dan sebatang pohon besar tumbang
Wati mencuci baju di sungai, bendungan itu jebol
Apakah itu artinya Danu yang menyebabkan pohon itu tumbang menghalangi jalan, atau Wati kah penyebabnya sehingga bendungan itu jebol�?
Tidak kan, kalimat itu hanya menggambarkan sebuah kejadian yang bersamaan waktunya, jadi pada bentuk yang lebih komplit mungkin kalimatnya akan ditulis begini ;
Ketika Danu melewati jalan itu, ada sebatang pohon besar yang tumbang menghalangi jalan.
Pada saat Wati sedang mencuci baju di sungai tersebut, bendungan itu jebol
Saya pikir begitu juga kalimat yang lagi ramai di perbincangkan di atas, bahwa simple sekali, ketika presiden Republik Indonesia ( Jokowi ) tiba di Jeddah, bersamaan dengan itu sebuah crane jatuh di Masjidil Haram,sesederhana itu saja.

It's easy, so simple. 
Kalimat seperti itu saya tidak yakin jika sahabat semua tidak mampu mencernanya, kecuali jika memang ada kepentingan tersendiri di balik itu. Kasihan, bangsa kita sedang dalam fase yang memprihatinkan sekarang, ekonomi lemah, PHK di mana mana, rupiah anjlok, usaha banyak tutup, harga barang melambung, jangan sampai juga kita tega membiarkan rakyat kita yang sedang berjuang keras untuk tetap survive, di bodohi dengan hal hal yang tidak menjurus lagi kepada kebenaran.
 


Bagi yang sering mengikuti tulisan mas Jonru Ginting, memang sering kita temui kan gaya berceritanya begitu, ia memang pandai mengolah kata sehingga seharusnya membuat pembaca penasaran. Namun yang keliru, tentu adalah dengan menelan bulat bulat judulnya saja, tanpa dicerna dan dibaca lagi secara lengkap dan dengan pikiran terbuka.

Sudah cukuplah kesedihan keluarga korban yang ditinggalkan, jangan pula ditambahi dengan hal hal yang akan membuat kesedihan mereka kian dalam.
Jika tidak bisa ikut dalam upaya mencerdaskan anak bangsa, setidaknya jangan menyesatkan pikiran mereka dengan beragam informasi yang di pelintar pelintir hanya karena alasan kebencian

Melihat semua kejadian seperti ini, semestinya kita berpikir sederhana saja, dengan cukup membuat pertanyaan simple, yang arah mata tombaknya di tujukan kepada diri mereka sendiri�

�� Mereka meninggal dunia di sana, di tanah suci, dalam keadaan sholat dan berdoa, lalu bagaimanakah diri saya sendiri nanti, kapankah waktu saya tiba, dan di mana saya akan mati, lantas bagaimana pula keadaan saya ketika maut menjemput saya �?�



Salam.

0 Response to "Crane tumbang, Nyawa melayang, Jokowi datang, what�s going on�?"

Posting Komentar