Anda pernah mendaki gunung�?
Jika belum pernah, maka sekali kali cobalah, ada banyak hal yang bisa kita dapatkan dari berjalan menuju puncak tertinggi sebuah gunung.
Dan saat ini, olahraga jenis ini sedang tenar tenarnya, hampir setiap anak muda saat ini seolah menjelma menjadi pendaki gunung. Orang yang dulu benci dengan aktivitas jalan kaki yang jauh, menjelajah rimba yang lebat, atau mengarungi savana yang mendesis, saat ini seolah terhipnotis untuk selalu menjelajah kemana mana. Banyak tempat tempat terpencil yang indah telah terekspos saat ini, tempat yang dulu sepi, hening, dan damai. Kini penuh hiruk pikuk, berisik, dan ramai.
Mendaki gunung dan bertualang adalah sebuah trend saat ini, menjadi bagian dari gaya hidup anak jaman sekarang. Tujuannya bisa berbeda beda, mulai sekedar jalan jalan, berlibur, refreshing, ataupun belajar mempelajari pemikiran seorang pertapa, dengan mencoba mengunjungi tempat tempat di ketinggian.
Setiap orang yang memutuskan untuk mendaki sebuah gunung penyebabnya pun beraneka ragam, ada yang sekedar ikutan teman temannya, mengikuti trend yang sedang menjadi buah pembicaraan, ataupun hanya untuk menjawab rasa penasaran dalam dirinya sendiri.
Salah satu yang menjadi penyulut ramainya antusiasme keinginan mencoba mendaki gunung di tanah air ini, adalah dengan hadirnya sebuah film remaja yang penuh romantisme, namun bersetting sebuah gunung paling terkenal di Tanah Jawa, dan film inilah yang paling banyak dituding sebagai inspirator para pengunjung gunung saat ini, yang dandanan, pengetahuan, motivasi, dan tujuan mereka mendaki hanyalah mengikuti rasa penasaran, dan terhipnotis oleh adegan romantisme dalam film tersebut.
Baca Juga : Mistisme pendakian
Dan kali ini, Saya ingin mencoba mengulas beberapa film yang pernah saya tonton, yang saya yakin akan membuat kawan kawan pendaki gunung lainnya kangen kembali untuk memanggul ransel dan kembali menapaki jalan setapak menuju puncak. Film ini adalah film yan khusus membahas tentang pendakian gunung, yang tema besarnya adalah memang ide tentang mendaki gunung, bukan masalah asmara, romantika buta, ataupun sejenisnya, hal yang sering kita temukan dalam perfilman nusantara.
Baiklah berikut beberapa film yang saya maksud, yang merupakan film pendakian gunung terbaik sepanjang masa :
1. The North Face
Menyebut kata The North Face saat ini, orang orang sudah membayangkan jaket, tas, sepatu, topi, kaos, dan berbagai pernik pendakian gunung lainnya. Ya, The North Face saat ini lebih identik sebagai sebuah brand outdoor internasional, alih alih orang mengenalnya sebagai nama sebuah tebing maut dengan ketinggian menjulang yang berdiri di belahan Swiss sana.
The North Face adalah sisi utara dari sebuah gunung yang menjadi ikon pendakian dunia, gunung Eiger.
The north face adalah tebing menjulang yang telah merengggut hampir ratusan nyawa orang orang yang mencoba mencapai puncaknya. Ada banyak film yang bertutur tentang si wajah utara gunung Eiger ini, namun The North Face mungkin adalah salah satu film klasik yang patut kita saksikan.
The North Face bercerita tentang ambisi negara negara di dunia, khususnya kawasan Eropa untuk berlomba lomba mengirim para pendakinya memuncaki gunung tersebut untuk pertama kalinya, keberhasilan negara tersebut dalam perlombaan gengsi dan harga diri itu, diharapkan akan mampu mengangkat nama negaranya sebagai negara besar dan berkuasa.
Film ini bersetting sekitar tahun 1950an, ketika perang dunia kedua sedang berkecamuk, pendaki yang dikirim pun merupakan para prajurit yang memang dikenal sebagai orang yang memiliki latar belakang pendakian. Klimaks film ini terjadi saat dua tim pendaki bersaing di dinding kematian Eiger, masing masing tim berjumlah dua orang, tim Austria dan tim Jerman.
Dan tidak ada yang berhasil dalam misi maut itu, semua pendaki berakhir dengan kematian.
Salah satu scene The north face
Jonathan Hemlockyang diperankan oleh Clint Easwood yang memang dikenal gemar mendaki gunung adalah tokoh sentral film ini. Seorang pembunuh bayaran yang terikat kontrak untuk membunuh orang yang juga membunuh salah satu teman baiknya.
Identitas pembunuh sama sekali gelap, hingga diketahui bahwa sang pembunuh adalah juga seorang pendaki gunung yang akan ikut serta dalam gerakan amal mendaki gunung Eiger melalui jalur maut The North Face.
Film ini juga menarik untuk kita saksikan, meskipun kesan jadulnya sangat kentara, mulai dari penggunaan alat, teknis pendakian, dan lain sebagainya. Namun dengan melihat film ini juga kita akan belajar untuk menghormati dengan penuh, bagaimana para pemuja ketinggian dulu, sungguh sungguh bertaruh nyawa untuk mencapai impiannya.
Helmet, sleeping bag, tenda, jaket, climbing gears, boots, teknik belaying, semuanya disupport dan dilakukan dengan cara klasik, hingga kita akan melihat betapa berbahayanya apa yang mereka lakukan. Dan bersyukurlah kita yang hidup di zaman ini, yang kemajuan teknologi pendakiannya sudah sangat tinggi, sehingga kata kata push your limit yang dulu benar benar menekan ke garis batas kemampuan kita, saat ini, beberapa alat dan teknologi telah menggantikannya.
Meskipun fiksi namun film ini, mungkin akan membuat kita berkhayal, seolah ikut disana, merayapi dinding maut Eiger bersama Clint Easwood.
Ada sebuah adegan menarik dalam film ini, yang secara khusus telah saya tulis, tentang sebuah keputusan hebat dalam menyikapi kematian, silahkan kawan kawan klik disini untuk membacanya.
Clint Easwood di Eiger Sanction
Kisah nyata yang diceritakan dalam Touching The Void ini, menjadi salah satu legenda abadi dalam kisah dunia mountaineering.
Bercerita tentang dua orang sahabat dengan ambisi jiwa muda yang bergelora, memutuskan mendaki sebuah gunung maut, yang sepi laksana kuburan tanpa pengunjung. Dan keputusan untuk menaklukkan gunung sepi dan jauh dari incaran pendaki lainnya ini, merupakan hasil pertimbangan mereka untuk mencatatkan rekor sebagai the first man / the first duo / dan the fisrt ascent untuk sebuah tempat yang baru dan belum pernah dijamah manusia.
Memang pada masa itu, para penjelajah, petualang, utamanya para pendaki berlomba lomba untuk menjadi yang pertama dalam memuncaki sebuah ketinggian, mengekspolre sebuah kedalaman, atau reputasi sebagai yang pertama lainnya dalam hal berburu adrenaline.
Joe Simpson dan Simon Yale, dua orang sahabat tersebut memutuskan untuk mendaki sebuah gunung sepi di dataran Chili, Siula Grande, sebuah gunung yang bahkan tidak pernah dilirik oleh pendaki lainnya.
Pendakian yang susah dan penuh bahaya itu pun sukses pada awalnya, Joe dan Simon sukses memuncakinya, namun bukan itu yang akan menjadi legenda, perjalanan turun merekalah yang berakhir dengan bencana.
Pendakian yang susah dan penuh bahaya itu pun sukses pada awalnya, Joe dan Simon sukses memuncakinya, namun bukan itu yang akan menjadi legenda, perjalanan turun merekalah yang berakhir dengan bencana.
Dalam sebuah tebing curam, sebelah kaki Joe patah karena terjatuh, hingga untuk melanjutkan perjalanan turun, Simon terpaksa membelaynya secara estafet.
Satu langkah lagi menjelang tiba ke dasar gunung, ke sebuah padang es yang sering disebut gletser, mereka harus menuruni tebing curam yang lumayan tinggi, ditengah angin dan kabut yang menutupi pemandangan.
Satu langkah lagi menjelang tiba ke dasar gunung, ke sebuah padang es yang sering disebut gletser, mereka harus menuruni tebing curam yang lumayan tinggi, ditengah angin dan kabut yang menutupi pemandangan.
Joe yang dibelay oleh Simon dari atas tebing, terpaksa terkatung katung di atas tebing karena panjang tali yang sudah hampir habis di tangan Simon. Sekian lama tergantung di harness dan seutas tali, ditambah kaki yang patah, membuat Joe terserang radang dingin di jari jarinya sehingga ia tidak bisa memanjat tali untuk meraih bibir tebing, moment itu berlangsung cukup lama, hingga Joe terdiam kelelahan masih dalam posisi tergantung.
Simon yang membelay dari atas merasakan tekanan yang luar biasa pada pinggangnya karena menahan berat badan Joe yang tergantung, setelah sekian lama ia menunggu tidak ada pergerakan, rasa lelah dan putus harapan membuatnya mengambil keputusan untuk memotong tali yang digunakannya untuk membelay Joe. Simon berpikir Joe sudah menemui ajalnya di sana, dan tidak ada yang bisa ia lakukan selain menolong dirinya sendri.
Joe yang ternyata masih bernyawa pun jatuh masuk ke dalam sebuah celah es atau crevasse, dan kisah survivalnya Joe di tengah kaki yang patah, tali yang terpotong, merayapi padang es yang luas, berjuang untuk kembali ke tenda, adalah inti dari kisah ini.
Touching the void ditulis sendiri oleh Joe Simpson, ia juga ikut membela Simon ketika banyak kritikus dunia pendakian menyalahkannya karena memotong tali. Joe masih mendaki gunung hingga saat ini, dan legendanya bertahan hidup di Siula Grande, menjadi abadi, sampai saat ini, belum ada yang mengulangi kesuksesan mereka memuncaki gunung maut tersebut.
Sebagai penulis dan juga sebagai tokoh utama, John Krakauer menginspirasi banyak orang dengan film ini. Ia menceritakan dengan detail sebuah bencana di puncak tertinggi dunia, di gunung Everest. Ketika maut merenggut hampir sepuluh nyawa dalam satu hari di gunung yang menjadi dambaan semua pendaki gunung dunia tersebut.
Berawal dari misi mendaki Everest yang mengumpulkan beberapa orang dari berbagai negara, tim ini terbagi dua, di pimpin oleh dua guide gunung terkenal, Rob Hall dan Scott Fischer.Ada berbagai macam drama tentang perbedaan pendapat yang dituturkan dalam film ini, mulai dari ketika Scott Fischer yang kelelahan menurunkan anggota timnya yang terserang edema, kemudian Scott memaksakan diri naik lagi. dan ada juga drama tentang pelanggaran hukum kebiasaan di Everest yang meminta untuk turun bagi semua pendaki jika sudah melampaui jam dua siang.
Ketika semua pendaki sudah berhasil mencapai puncak dunia yang mereka cita citakan, perjalananan turunnya lah yang membawa maut dan mala petaka, mereka diterjang badai, sehingga beberapa pendaki berguguran laksana daun kering di tiup angin, mulai dari Scott Fischer, Rob Hall, Andy Harris,Yasuko Namba, dan Doc Hudson. Sebuah kematian tragis yang memukul dengan telak jiwa seorang John Krakauer.
Ada sebuah figure hebat juga yang tampil dalam film ini, yaitu Anatoli Boukreev, seorang pendaki legendaris yang juga menjadi guide saat tim Kopassus Indonesia mendaki Everest untuk yang pertama kalinya. Anatoli adalah pendaki hebat dan tangguh, ia tidak menggunakan tabung oxygen dalam setiap pendakiannya, salah satu kalimatnya yang membekas dalam upaya penyelamatan saat musibah Everest ini terjadi adalah, � selamatkan yang terkuat, itu hukum gunung��.
Sayangnya Anatoli Boukreev juga meninggal saat membelay Simone Moro, di Annapurna I, pada misi yang berbeda. Ada kalimat yang indah tertulis di memoriam Chorten Boukreev di base camp Annapurna, sebuah kalimat yang berbunyi
��Gunung bukanlah batas di mana saya merasakan kepuasan dari semua ambisi yang ingin saya raih, namun gunung adalah seumpama masjid, laksana katedral, ibarat kuil, di mana saya bisa beribadah lebih khusyu'...."
Penutup film Into thin Air pun sangat menyentuh, ditutup oleh sebuah kalimat yang di ucapkan oleh John Krakauer, ketika mereka berkumpul di depan sebuah tugu dengan bendera doa yang berkibar ditiup angin, mengenang kematian sahabat mereka.
� Hari ini lima orang teman kita tewas, sulit untuk dipercaya, dan juga sulit untuk di mengerti, mengapa�?, untuk apa mereka mati..? sebuah pertanyaan klasik dalam pendakian gunung. Banyak orang berpikir dengan hanya memiliki uang, peralatan, dan kebulatan tekad kita bisa menaklukkan sebuah puncak gunung, tetapi, kita melupakan tentang bagaimana menghormatinya��
Salah satu hal yang menarik dalam film yang banyak di gandrungi para pendaki gunung ini adalah dengan hadirnya seorang pendaki betulan dalam sebuah adegan di film tersebut, meskipun sang pendaki tidak turut serta dalam pendakian, namun ia sempat berbicara mengenai sedikit rencana penyelamatan dalam tema inti film fiksi ini.
Pendaki tersebut adalah Ed Viesturs, seorang pendaki Amerika pertama yang berhasil mendaki 14 puncak dunia dengan ketinggian di atas 8000 Mdpl, bahkan tidak banyak penonton film ini yang mengetahui bahwa Ed Viesturs adalah orang yang paling berpengalaman, dan memiliki reputasi tingkat dunia dalam film fenomenal tersebut.
Vertical Limit bercerita tentang penyelamatan pendaki yang terjebak Avalanche di gunung paling mematikan di dunia, K2. Mungkin semua yang menyukai dunia pendakian gunung, sudah hafal dengan film ini, tentang dramanya, dan tentang jalan ceritanya.
Baca pula : Reinkarnasi si bintang rock climbing dunia
Baca pula : Reinkarnasi si bintang rock climbing dunia
Namun saya ingin mengajak sahabat semua untuk khusus menyorot sebuah kalimat yang diucapkan oleh salah satu anggota team rescue tersebut. Kareem Nasher, sebuah kalimat yang ia ucapkan saat teman seperjalanan dalam misi penyelamatan mengoloknya, sewaktu ia sholat di punggungan gunung K2.
�.. Kita semua akan mati temanku, namun kematian bukanlah hal yang penting, apa yang kita lakukan sebelum mati adalah hal yang lebih penting��
Tokoh Kareem Nasher yang sedang sholat di Vertical Limit
***
Selain kelima film di atas, ada beberapa film lagi yang mungkin akan membuat kita rindu untuk bermain di alam bebas, seperti A lonely place to die, High Lane, Ragnarok, Perfect Gateway yang temanya lebih ke horror, namun dibuka dengan sedikit adegan hiking dan rock climbing. ada juga seperti Seven years in Tibet dan Nanga Parbat yang juga berkisah tentang climbing, namun saya tidak bisa bercerita banyak tentang kedua film itu, karena saya belum pernah menontonnya.
Kita menantikan tayangnya Everestsaat ini, sebuah film pendakian modern bersetting gunung Everest yang digadang gadang akan mengikuti kesuksesan Vertical Limit. Sebuah film yang dibintangi oleh actor actor papan atas Hollywood, seperti Josh Brolin, Jake Gylenhall, dll..
Sekedar menebak tema dalam film tersebut, menurut saya, akan ada persamaan dengan apa yang terjadi dalam Into thin Air, karena melihat beberapa thrillernya yang sekali pintas sama dengan film yang telah membuat penulis bukunya mengatakan bahwa :
� kesalahannya terbesar dalam hidup saya, adalah mendaki Everest��.
� kesalahannya terbesar dalam hidup saya, adalah mendaki Everest��.
Salam.
Please share and coment if you like this article
0 Response to "LIMA FILM PENDAKIAN GUNUNG TERBAIK SEPANJANG MASA"
Posting Komentar