Inilah jawaban mengapa banyak sarjana ingin menjadi tukang Go- jek






�.. Pak, ojek ya.. ke Jl, Pemuda ya,komplek Perumahan villa Nusantara��

�.. Ayo, silahkan neng.. �

�..tapi sebentar pak, berapa ongkosnya�?�

� 50 rebu neng ya.. �

� Ya ampun, mahal banget sih pak�kan Villa Nusantara kaga jauh��

� Ya eneng, itu mah nggak mahal, lagian jalannya muter, karena ada proyek perbaikan di jalan utamanya.. lagian kan eneng  tinggal di Villa Nusantara, tempat orang berduit, masa 50 rebu saja dibilang mahal��

��Ya sudah 40rb saja ya��

�..Ya sudah, ayo naik Neng��

Percakapan semacam ini akan sangat akrab terjadi pada proses tawar menawar untuk menggunakan jasa ojek, bahkan kadang tawar menawarnya bisa lebih panjang lagi.

Namun saat ini, ada sebuah inovasi yang cukup fenomenal terjadi dalam moda transportasi di Nusantara, khususnya di kota kota besar. Sebuah Inovasi yang melambungkan nama Go-Jek dan Grab Bike, Inovasi yang juga banyak menyulut kejadian kejadian lain sebagai buntutnya.

Go�Jek adalah sebuah terobosan dalam dunia transportasi di Indonesia, sebuah jenis transportasi yang memadukan teknologi, inovasi, kualitas service, yang disesuaikan dengan gaya masyarakat Indonesia. Go�jek adalah pioneer dalam jenis transportasi ini, dimana para konsumen yang membutuhkan jasa ojek tidak perlu lagi bersusah susah mencari tukang ojek yang biasa mangkal di tempat tempat tertentu. Proses order jasa ojek hanya dilakukan melalui sebuah aplikasi smartphone, dilanjut dengan telepon, kemudian si ojek pun datang.

Baca juga : Kekayaan kota Bandung terbesar saat ini

Selain kemudahan dalam proses order, benefit lain bagi konsumen dari kehadiran  go�jek adalah rasa nyaman dan aman yang lebih terjamin, setiap driver go�jek merupakan sebuah karyawan sebuah prusahaan yang identitas dan aktivitasnya dipantau oleh Go-jek center, sehingga kecil sekali kemungkinan para driver go�jek ini akan berani melakukan tindak kriminal yang mungkin akan merugikan konsumennya.

Di samping kemudahan proses order, keamanan yang lebih terjamin, Go�jek juga hadir dengan menawarkan biaya yang lebih hemat, tanpa proses tawar menawar, contohnya untuk jarak tempuh dibawah 10 km, semuanya akan dikenakan Rp, 10.000. Selain itu juga, penumpang dan driver Go�jek mendapat asuransi dalam setiap proses mengantar dan menjemput penumpang, sehingga juga kian menambah kenyamanan para konsumen. Lainnya, tentu saja para driver Go�jek lebih baik dalam hal service maupun hospitalitynya ke konsumen, karena mereka di didik dan juga dituntut untuk memberikan layanan terbaik kepada konsumen oleh prusahaan.

Di samping segala kemudahan dan benefit yang ditawarkan kepada konsumen, setiap bisnis tentu masih juga mempunyai sisi minus yang juga menjadi keluhan bagi para konsumen, untuk Go�jek sendiri, salah satu yang menjadi keluhan adalah, beberapa pelanggan menganggap jika para driver go-jek terkadang memilih milih calon pelanggan, tidak mau asal ambil order, bahkan katanya jika jaraknya terlalu dekat mereka pun menolak untuk mengantarkannya.

Selain itu, salah satu dampak sosial dari kehadiran Go�jek ini, ialah munculnya sikap � iri dan dengki � dari tukang ojek pangkalan atau konvensional, sehingga seringkali kita mendengar berita dari media massa beberapa daerah dilarang bagi para Go�jekers, bahkan lebih jauh lagi, ada juga yang sampai mengintimidasi para driver Go�jek ini secara fisik. Alasan yang paling umum munculnya masalah ini, bahwa tukang ojek pangkalan merasa setelah kehadiran Go�jek pendapatan mereka merosot tajam. Padahal kan, rezeki sudah ada yang ngatur...

Iri hati benar benar penyakit yang berbahaya ya...
Nah yang menjadi sebuah fenomena juga, beberapa hari terakhir saya sempat membaca sebuah tagline berita yang mengatakan :

� Antrian sarjana yang ingin melamar menjadi driver Go�jek mengalahkan antrian untuk menjadi PNS �

Wow,, yang benar saja..?

Betulkah ini�?

Ternyata setelah diikuti terus beritanya, memang mungkin tidak berlebihan jika hal itu terjadi, mengapa orang orang yang notabene berpendidikan tinggi yang biasanya menyukai pekerjaan mulus dengan udara dalam ruangan yang sejuk, rela berdesakan mengantri hanya untuk menjadi tukang ojek yang berpanas panasan diatas motor setiap harinya.

Bahkan lebih jauh dikabarkan, bukan hanya para sarjana yang kepincut jadi tukang ojek ini, yang memang mereka masih mencari pekerjaan. Namun juga orang orang yang bahkan sudah memiliki pekerjaan sekalipun, rela melepas profesinya untuk menjadi driver go-jek.  Profesi driver go-jek pun mulai diminati oleh lintas gender dan profesi, baik laki laki, maupun perempuan, baik anak muda, bahkan juga ibu ibu rumah tangga.

Lantas mengapa hal ini bisa terjadi, mengapa magnet untuk menjadi Go�jek begitu kuat�?
Alasan pertama tentu adalah karena pendapatannya, setiap driver Go�jek memperoleh penghasilan yang cukup fantastis setiap harinya, bahkan ada yang bisa mengantongi penghasilan hingga 1 juta dalam satu hari menurut salah satu sumber, tergantung kemampuan dan kekuatannya.

Proses penggajian go�jek adalah bagi hasil, dengan perbandingan 80 : 20, jadi jika dalam satu kali trayek seorang driver  go�jek biayanya adalah Rp, 100.000, maka si driver memperoleh Rp, 80.000, dan prusahaan memperoleh Rp, 20.000.  Tentu ini sangat menggiurkan, apalagi dengan fasilitas asuransi, keamanan, kepercayaan konsumen yang lebih tinggi, dan reputasi go � jek yang kian moncer dari hari ke hari, membuat peminat untuk menjadi driver go-jek kian banyak seiring waktu.

Selain alasan pendapatan, jam kerja yang fleksibel juga menjadi alasan lainnya mengapa profesi driver Go�jek banyak diburu oleh masyarakat. Pada jenis ojek ini, setiap driver diberi kebebasan untuk mengambil order atau tidak, jadi jika ada yang ingin istirahat jam sholat umpamanya, menjemput anak sekolah dan lainnya, hal itu sama sekali tidak menjadi kendala jika menjadi driver Go�jek.

Alasan ketiga yang menjadi magnet profesi driver Go�jek adalah karena profesi ini sudah tidak dapat lagi dipandang sebelah mata, melihat potensi penghasilannya, animo masyarakatnya dalam menyambutnya, teknologi yang digunakan, asuransi yang menjadi kewajiban. Dan segala fasilitas yang disediakan Go-jek menjadikan profesi ini bisa mendapatkan tempat yang layak dimasyarakat.

Alasan ke empat, dan yang mungkin ini yang terakhir, tidak dibutuhkan syarat khusus untuk melamar menjadi driver go-jek, tidak ada batas minimal pendidikan, sehingga semua kalangan yang sungguh sungguh ingin berkarier sebagai driver Go-jek tidak akan minder terlebih dahulu karena persyaratannya. 

Dengan kondisi ekomoni yang lesu seperti sekarang ini, lapangan pekerjaan yang kian susah, PHK yang mulai banyak menghantui. Menjadi sebuah titik terang yang jelas bagi para sarjana dengan pendidikan tinggi, untuk tidak ragu lagi menjajal profesi sebagai tukang ojek.

Lantas, apakah anda juga tertarik bergabung dengan Go-jek�?



Salam.
Please share and coment if you like this article

Baca juga tentang mengapa seseoang terlahir sebagai laki laki ke dunia disini 

0 Response to "Inilah jawaban mengapa banyak sarjana ingin menjadi tukang Go- jek"

Posting Komentar