Belajar dari High Noon dan empat tembakan untuk empat bandit



Ada yang  tahu film berjudul High Noon�?


Tidak..?

Jika tidak, tidak apa apa, memang film ini bukanlah film baru yang promosi dan iklannya merambah kemana mana. Tidak seperti film Everest terbaru yang beberapa bulan sebelum filmya rilis, website telah dibuat, fanspage telah aktif, dan penggemarnya telah antri untuk segera menyaksikan.

Jika biasanya kita berbicara tentang petualangan, gunung, pendakian, dan adventure pada banyak postingan sebelumnya. Maka kali ini sedikit berbeda, High Noon bukanlah  film pendakian gunung, bukan pula film caving, atau bukan juga film yang bercerita tentang ski dan kayak. Namun jika dikaitkan dengan survival, maka film ini adalah tentang survival, namun bukan survival seperti yang dilakukan Bear Grylls, atau yang dilakukan oleh Joe Simpson dan Simon Yates di Siula Grande, atau pula seperti yang dilakukan oleh Aaron Ralston di Utah. 

Survival yang dilakukan dalam High Noon adalah survival dlam kehidupan yang sebenarnya, bagaimana kisah seorang pria yang dipuja puji, lalu ketika permasalahan menghampirinya, dan orang orang disekitarnya merasa yakin jika pria tersebut tidak akan mampu menghadapi permasalahan tersebut, kemudian mereka meninggalkannya. Si pria yang berusaha meminta pertolongan ke teman, sahabat, partner, dan rekan, namun tak satu pun diantara mereka yang bersedia membantu. 

Adalah Will Kane yang diperankan oleh Gary Cooper, yang menjadi Marshal di sebuah kota kecil bernama Hadleyville di New Meksiko.

Kane baru saja menikah dengan seorang wanita cantik dan berencana membuka toko dikota lain, ia telah memutuskan untuk berhenti menjadi marshal kota Hadleyville. Namun dihari yang sama saat Kane menikah, seorang penjahat bernama Frank Miller baru saja dibebaskan dari penjara, dan Frank ini merupakan seorang penjahat yang sebelumnya berhasil ditangkap dan berupaya akan digantung oleh Kane, namun karena pengadilan yang tidak adil membuat Frank dibebaskan dari tuntutan.

Begitu keluar dari penjara, tujuan utama dari Frank Miller adalah kota Hadleyville, ia bersama tiga orang anak buahnya sudah tidak sabar ingin membalas dendam pada Will Kane dan membunuh marshall tangguh kota Hadleyville tersebut. 

Tidak menunggu lama, kabar tentang rencana pembunuhan Kane segera menyebar ke seisi kota. Sebagian besar penduduk dilanda ketakutan yang sangat parah, karena mereka tahu persis siapa Frank Miller dan gerombolannya, mereka adalah kawanan perampok dan penjahat yang kejam, sekaligus jago tembak yang disegani. Semua orang hampir semua menyarankan Kane untuk segera pergi dari kota tersebut secepat mungkin, dan Kane yang sedang gusar dan terikut suasana segera saja mengikuti usulan tersebut dan langsung naik ke sebuah kereta kuda bersama isterinya.

Namun belum setengah jalan, tiba tiba Kane berhenti, ia merasa apa yang ia lakukan bukanlah dirinya selama ini, berlari dari musuh bukanlah sifatnya, hingga meskipun bertengkar dengan isterinya Kane akhirya memutar kereta dan kembali ke Hadleyville.

Sikap orang orang yang sebelumnya sangat mengidolakan Kane berubah drastis saat Kane tiba di Hadleyville, semua orang seolah menjauhinya. Tidak ada yang mau menemaninya menghadapi situasi kritis yang diduga sebagai bagian akhir dari hidup Kane.

Teman yang dulu berjuang bersamanya menolak membantunya dengan alasan yang cukup membuat Kane nelangsa, seolah ia benar benar akan menjadi mayat tak lama lagi.

Partner yang diserahi tugas sebagai marshall malah mengundurkan diri disaat genting tersebut, bahkan ikut berusaha membunuhnya karena alasan kecemburuan.

Penduduk yang selama ini mengelu elukan Kane, karena rasa aman yang ia berikan selama menjadi marshall, seolah tak mengenalnya dan sama sekali tak mau membantunya.

Bahkan isterinya pun, pada awalnya sempat akan melarikan diri meninggalkan Kane menghadapi saat sulitnya.

Pendek kata, kejadiannya adalah semua orang menyingkir meninggalkannya ketika situasi sulit menghampirinya yang diduga akan menjadi kematian baginya�

Will Kane in High Noon


Kemudian apa yang Kane lakukan�?

Ada yang tahu..?

Apakah ia kembali lari dan berusaha menghindari dari bentrokan dengan Frank Miller..?

This is a real man, Kane memang tidak begitu tampan dan muda lagi, namun Kane adalah laki laki sejati. Ketika semua orang meninggalkannya, tidak ada yang mau membantunya, ia memompa mental dan tekadnya sendiri untuk menghadapi situasi maut itu dengan tetap sebagai seorang kstaria yang pantang lari pertarungan, dead is dead, but becoming a real man, is another problem.

Will Kane bersiap menyongsong kehadiran Frank Miller dan ketiga jago tembaknya dengan tetap berdiri sebagai seorang laki laki sejati.

Dan hasilnya, dengan sedikit luka gores peluru dilengan kirinya, dan juga hampir dilalap api di kandang kuda yang dibakar Frank Miller, Will Kane berhasil menghabisi semua anggota geng Miller, ia tetap hidup dan berhasil melewati semua kesulitan itu sebagai seorang pemenang.

***


Sekarang apa yang bisa kita pelajari dari kisah Will Kane di High Noon diatas..

�� Ketika bantuan yang kita harapkan tak kunjung datang, maka percayalah kepada diri sendiri, untuk melakukan hal sulit yang kita pikir tidak bisa kita lakukan, kemudian Insya Allah kita akan berhasil tiba di sebuah titik kemenangan, yang sangat berharga meskipun melelahkan��

Kalimat di atas tentu bukan dari Will Kane, kalimat itu saya tulis enam tahun yang lalu saat saya mengalami peristiwa yang secara makna dan pembelajaran sama seperti yang Will Kane alami, meskipun intensitas resikonya  jauh sekali perbedaannya.

Saat itu saya sedang bersepeda gunung jauh memasuki pedalaman wilayah kota Sangatta di Kalimantan Timur ( saya  bukan atlet sepeda, jadi jarak yang mungkin tidak seberapa bagi olahragawan itu, bagi saya sudah hampir  membunuh saya karena kelelahan dan dehidrasi, saya kehabisan bekal minum dan makanan ).

Didera oleh kelelahan yang amat sangat, saya memutuskan untuk mencari tumpangan, karena jalur tersebut juga sering dilalui mobil 4x4 wd milik perusahaan pertambangan batubara, apalagi esok paginya saya juga mesti bekerja di mine office PT. Pama Persada Nusantara, jadi saya pikir tidak akan mampu menempuh jarak hampir 50 km itu lagi dengan bersepeda seorang diri ditengah panas, lapar dan dahaga.

Lama saya duduk disamping sepeda saya menunggu mobil perusahaan yang lewat, namun tidak ada satupun mobil yang melintas jalanan tanah yang sepi itu selama hampir satu jam. Sementara hari sudah beranjak kian terik saja, dan saya pun menunggu lagi untuk beberapa lama

Namun tetap tidak ada mobil lewat yang bisa dijadikan tumpangan.

Dengan rasa berat dan lelah saya mulai berjalan menuntun sepeda gunung yang juga bukan yang terbaik itu, tetap dengan harapan aka nada tumpangan yang lewat. Jika menemui dataran dan turunan maka saya naik sepeda tersebut dan mengayuhnya pelan pelan dengan napas yang tinggal satu satu.

Hingga hampir satu kilometer jauhnya, tetap tidak ada mobil yang lewat.

Di tengah rasa lelah, haus, dan juga lapar, saya mulai menekan diri saya diri untuk dapat melampaui kelelahan dan rasa ngantuk yang mulai menyerang. Saya yakinkan diri untuk terus bergerak dan bergerak, apalagi besok pagi harus bekerja, sedangkan kemarinnya saya sudah bolos, jadi tidak ada alasan untuk tidak masuk kerja lagi besok harinya.

Hingga akhirnya, dengan susah payah dan kelelahan, serta memakan waktu hampir 3 jam, saya pada akhirnya sampai juga di kota Sangatta, hampir putus rasanya semua urat kaki saya, lutut goyah serasa tanggal, dan nafas tinggal satu satu saja, pokoknya tepar dah bahasanya sekarang ini..

Namun ada yang membuat saya bangga meskipun hampir �mati� begitu, saya bisa melewati semua kesulitan dan tantangan yang sebelumnya saya pikir tidak mungkin dapat saya taklukkan dengan tanpa bantuan orang lain, alias hanya dengan percaya dan yakin pada kemampuan diri sendiri.

Bagian lain dari struggle atau perjuangan adalah tetap yakin pada kemampuan diri pada saat tidak ada satu pun bantuan yang bisa diharapkan


Dan Allhamdulillah semuanya terlewati..

Dan saya pikir apa yang telah saya lakukan tersebut, memiliki pengertian tersirat yang sama dengan yang  dilakukan oleh Will Kane di High Noon.

Tak ada yang percaya Kane akan hidup bebebapa jam ke depan, sebelum ia membuktikan dirinya masih mampu menembak mati empat bandit yang dikira akan merenggut nyawanya�


Salam...

Deuter Kid Comfort II Cranberry Fire
Hanya Rp, 2.000.000 
Sudah termasuk sunroof & raincover




0 Response to "Belajar dari High Noon dan empat tembakan untuk empat bandit"

Posting Komentar