Ini bukan topik politik ya�, ini hanya sebuah joke yang dibalut dalam sebuah article saja, tidak lebih. Namun jika yang disebut joke ini juga tidak lucu, maka mohon maaf lagi, mungkin ini bisa kita sebut saja sebagai sebuah sudut pandang alias point of view.
Kemarin tanggal 23 Agustus 2015, saya membaca sebuah berita dari sebuah media online nasional merdeka.com, yang menyampaikan sebuah ulasan dari pidato salah satu orang yang cukup berpengaruh di Indonesia, tokoh sentral Muhammadiyah, pernah menjadi ketua MPR, yang sekarang menjabat sebagai Ketua Badan Kehormatan Partai Amanat Nasional ( PAN ), yaitu bapak Amien Rais.
Dalam tausiyah atau pidato tersebut, sosok yang kadang kontroversial ini menyebutkan, jika bisa saja dampak kegoyahan ekonomi saat ini, diikuti kegoyahan politik, akan mengakibatkan disintegrasi bangsa, dan hal yang sama pernah terjadi di Negara Uni Soviet dan Yugoslavia, yang berujung pada pemisahan diri, untuk menjadi Negara Negara merdeka, yang sering kita baca dalam banyak berita disebut Negara pecahan Uni Soviet itu.
"Dahulu Uni Soviet bangkrut dan bubar karena telat mengambil sikap, kita tidak boleh lelet menghadapi kondisi saat ini. Kalau kita telat ambil sikap, maka Indonesia akan menjadi sejarah," Ini kalimat pak Amien Rais yang saya kutip dari harian Merdeka.com
Nah ini dia,, sebagai anak bangsa, tentu saya khawatir sekali jika hal ini sampai terjadi.
Meskipun hal ini, tentu saja tidak akan dengan mudah terjadi begitu saja, namun belakangan melihat gonjang ganjing orang orang yang duduk di kursisenat di bawah pemerintah sang kaisar, banyak hal hal yang malah menghambur melampaui logika, dollar ampun ampunan dah nilai tukarnya sama rupiah, kerusuhan banyak merebak, isu isu daerah mau merdeka juga santer, belum lagi carut marut yang lainnya.
Baca juga : Kakek pengeras suara dan samura tanpa pedang
Maka dengan demikian, untuk orang orang yang sangat awam seperti kita, seperti saya ini khususnya, terpikir dan khawatir juga apa yang disampaikan pak Amien Rais dalam tausiyahnya tersebut.
Bagaimana jadinya ini, jika semua daerah mau menuntut merdeka..?
Dan yang paling memenuhi benak saya jika harus memikirkan hal itu, adalah dimana sebaiknya kita akan tinggal, di pulau Jawakah, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali, Lombok, NTT, Maluku, atau diujung paling timur Indonesia, di negeri Cendrawasih, Papua...?
Saya memikirkan diri saya sendiri, bisa repot juga dibuatnya, kelahiran pulau Sumatera, di daerah Bengkulu, isteri dari kota Muntilan, Jogjakarta, tinggal di daerah Kalimantan Timur. Nah jika harus terpisah dan sudah beda Negara, saya harus tinggal dimana ini�?
Pulang ke Bengkulukah, atau pulang ke Jogjakah, atau malah ya sudah tinggal saja di Kalimantan. Belum lagi jika yang minta merdeka itu bukan per pulau seperti itu, namun malah per propinsi seperti isu GAM dulu di negeri Nangroe Aceh Darussalam. Semakin repot, di Sumatera saja akan banyak Negara, mulai Aceh, Sumatera Utara, Lampung, Sumatera Barat, Palembang, Jambi, Bengkulu, Riau, Batam, Belitong. Belum lagi jika Kalimantan, Sulawesi, Bali, Maluku, Papua demikian pula, wah bisa berabeini. Harus ngurus passport, ktp, dan macam macam dah, yang semuanya akan semakin njlimet.
Aduh amit amit jangan sampai kejadian, semoga Indonesia tetap jaya.
Aduh amit amit jangan sampai kejadian, semoga Indonesia tetap jaya.
D-Link Wireless AC1900 Dual Band WiFi Gigabit Router (DIR-880L)
Saya masih mengingat dengan cukup baik saat pelajaran sejarah di sekolah dulu, yang menceritakan tentang semangat jihad dan pertempuran para pahlawan bangsa kita ini. Mereka mennyongsong kematian mereka sendiri untuk cita cita persatuan Indonesia Raya, mereka mengorbankan semua yang mereka miliki untuk mengusir para penjajah yang tidak tahu malu, merampas dan mengambil hak yang bukan milik mereka. Berpeluh darah, berkalang tanah, hanya untuk agar bangsa kita ini Merdeka, merdeka dalam artian yang sebenar benarnya.
Banyak pula bersliweran postingan yang bertemakan �merdeka� pada semingguan yang lalu, bertepatan dengan peringatan hari Kemerdekaan kita dulu, 17 Agustus 1945.
Ada banyak pertanyaan yang bahkan cenderung hiperbola dan ironi, yang mempertanyakan apakah kita sudah merdeka, sudah benar benar merdeka.?
Dan hei..!, beragam pula jawaban, opini, sudut pandang dalam menyikapi pertanyaan euphoria itu.
Ada yang menjawab, "..tentu kita sudah merdeka, anda yang mengatakan kita belum merdeka, tidak menghargai sungai darah dan nyawa yang telah dialirkan oleh para pejuang dan pahlawan dulu.."
Ada pula yang membalas, "...merdeka apanya, harga harga mahal, ekonomi terpuruk, phk dimana mana, koruptor merajalela, yang bisa bayar lebih besar akan dibela, yang kaga bisa bayar diinjek, yang salah mati matian di puja, yang bener justru malah dianiaya, merdeka apanya tong�?"
Namun ada pula yang mengambil jalan tengah, ".. jika yang dimaksud, merdeka dari penjajahan fisik, tentu kita sudah merdeka, sejak dulu, sejak Bung Karno dan Bung Hatta, berdiri di Pegangsaan Timur, Jakarta, dan memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Jadi tidak tepat jika kita mengatakan kita belum merdeka...
...Namun jika kemerdekaan yang dimaksud adalah, kemerdekaan ekonomi, kemerdekaan semua sama dimata hukum, kemerdekaan berpolitik, kemerdekaan dalam memperoleh layanan yang sama dari Negara, hal ini belum kita peroleh, dan inilah yang terus harus kita perjuangkan..."
Pendapat ketiga kedengarannya lebih bijak, dan saya kurang lebihnya sependapat dengan argument yang terakhir itu.
Baca pula : Domba berwarna merah muda di Tolikara
Sebagai warga Negara yang mulai melek dengan informasi dan pemberitaan, akrab dengan sosial media yang saat ini telah mejadi media dengan predikat paling cepat arusnya dalam penyebaran informasi melalui online. Tentu kita juga sedikit banyak akan mengerti mengapa kekhawatiran akan goyahnya system perekonomian bangsa kita begitu mengemuka, di leading oleh nilai tukar rupiah yang terus terjun ke posisi kian jauh, diikuti pula jatuhnya nilai saham IHSG beberapa hari terakhir, ditambah pula dengan berbagai aspek lain yang kelihatannya malah semakin membuat rakyat Indonesia kian nelangsa.
Disamping sektor pasar yang lagi repot, PHK mulai banyak mengancam profesi para pekerja, ironisnya, marak juga beredar berita tentang para tenaga kerja Tiongkok yang mulai banyak mengambil alih job yang semestinya diberi buat anak negeri sendiri.
Entah, berita ini bener apa nggak, namun yang jelas kondisi ekonomi kita sekarang ini memang sudah layak membuat kepala ikut mumet.
Kita mah rakyat kecil, jadi tidak terlalu mengerti dengan segala macam bumbu bumbu dan intrik politik semacam itu, namun huaasssemnya, justru malah kita yang rakyat kecil ini yang selalu merasakan imbas dengan berbagai kebijakan yang para punggawa Negara ambil tersebut.
Kita tentu sangat berharap janganlah Negara tercinta ini sampai mengikuti jejak Uni Soviet dan Yugoslavia, semoga kebuntuan ekonomi saat ini segera berakhir dengan membaiknya perekonomian rakyat, pemerintah pun semakin care dengan segala hal yang telah menjadi hak rakyat Indonesia, cukup sudahlah kita panas telinga dengan banyaknya hal hal yang malah akan membuat bangsa kita semakin kian memprihatinkan.
Indonesia adalah The Great Country, tumpah darah yang mengalir deras dalam jiwa setiap anak negerinya, tanah airnya mengalir deras dalam setiap pembuluh darah para pemudanya, sungguh, jangan deh sampai bubar, bukan apa apa, nanti kita bingung mau tinggal di pulau yang mana�
Salam
0 Response to "Jika Indonesia bubar, anda mau pilih tinggal di pulau yang mana�?"
Posting Komentar