Mencium bau kematian dalam tubuh yang masih hidup, anda bisa mencobanya



Bau apek dan bau bangkai

Beberapa minggu lalu, saat saya sedang mudik ke rumah mertua di kota Muntilan, Jawa Tengah. Sekitar dua atau tiga hari saya mencium bau yang sangat tidak sedap, seperti bau apek pakaian yang basah, atau maaf, seperti bau kaki yang menggunakan kaos kaki basah. 

Namun anehnya, diantara seisi rumah, hanya saya saja yang mencium aroma tersebut, dan itu terjadi selama sekitar  dua atau tiga harian, kepada isteri saya tanyakan sewaktu di kamar, apa ia juga mencium bau yan serupa, namun ternyata memang tidak ada yang mencium bau tersebut kecuali saya sendiri.

Dan anehnya bau tersebut seolah mengikuti saya kemanapun saya pergi, saya duduk di ruang tamu, saya sedang menonton tv, saya sedang bekerja di depan laptop, dan yang paling membua saya khawatir dan takut adalah ketika bau tersebut tetap mengikuti saya ketika saya sholat Jum�at di Masjid.

Saya mulai merasa sungguh khawatir dengan hal ini, pernah saya berpikiran �aduh jangan jangan saya dikutuk ini��. Bagaimana tidak, setiap orang di rumah tidak ada yang mencium bau tak sedap itu, di masjid pun saya lihat tidak ada yang mengendus ngendus hidungnya karena ada aroma tidak nyaman.

Ya ini hanya saya yang diikuti, kemanapun saya pergi. Kekhawatiran saya tentang �dikutuk� mulai menghantui pikiran saya, what�s going on, why only me�?

Itu kejadian pertama.

Kejadian yang kedua ini malah terjadi lebih awal, sekitar empat atau lima bulan yang lalu.

Ketika itu saya sedang dalam masa merenovasi desain toko yang baru, toko yang juga menjadi tempat tingal kami. Sekitar 4 harian saya juga mencium bau yang sangat tidak nyaman, jika pada cerita sebelumnya saya mencium seperti bau pakaian apek atau bau kaki yang menggunakan kaos kaki basah, maka kali ini saya mencium seperti bau bangkai, ya bau bangkai yang lumayan menusuk hidung.


Dan lagi lagi hanya saya yang mencium bau aneh menyengat tersebut, dan isteri, ketika saya tanyakan, apakah ia juga ia mencium bau yang serupa.

� Nggak ada tuh mas,, nggak  ada bau apa apa�� jawabnya.

Dalam kebingungan dan rasa yang tidak nyaman, saya mulai mencari cari ke seantero rumah, mungkin saja ada bangkai hewan seperti tikus, cicak, kucing, atau apa saja yang mungkin mati di sekitar ruko.  Namun hasilnya nihil, saya tidak menemukan apa apa, meskipun saya naik plafon, membongkar lemari dapur, mengangkat kardus barang yang menumpuk, sumber bau yang saya cari tetap tidak saya temukan�

Dan saya masih terus mencium bau tersebut sendirian selama beberapa hari...

Sekarang menurut anda, kira kira apa jawabannya�?

Jangan bilang saya benar benar dikutuk lho ya� ( smile )


Pribadi untuk bercermin

Sebenarnya adalah sesuatu yang sangat simple, yang sebenarnya menjadi jawaban kedua permasalahan saya tersebut, simple sekali, bahkan saya malu dan sekaligus lucu sendiri jika mengingatnya. Namun dibalik itu, saya berpikir malah hal ini akan bisa menjadi pelajaran jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda, karena itu saya putuskan untuk menuliskannya.


Sebuah masalah kadang yang terjadi dengan kita, yang kita terkena dampaknya, banyak orang yang akan langsung mencari sumbernya, penyebabnya, pemicunya diluar diri mereka sendiri, bisa lingkungan, orang lain, keluarga, atasan, pekerjaan, teman teman dan lain sebagainya.

Kita, orang orang yang mungkin medapatkan problem seperti hal ini cenderung menutup diri untuk melihat diri kita sendiri dari perspektif orang lain, alih laih mengkoreksi diri sendiri dengan evaluasi dan muhasabah, kita malah kasak kusuk mencari ini dan itu sebagai penyebabnya. Bahkan pada situasi yang lebih buruk kita pun berpikir bahwa masalah yang kita alami tidak dapat dipikir lagi dari sudut pandang logis dan ilmiah, contohnya, persis seperti mengemukanya ide tentang kata �dikutuk� pada kejadian yang menimpa saya seperti yang saya tuturkan diatas.

Memang mayoritas orang akan cepat memutar pandanganya ke sekeliling jika mendapatkan sesuatu yang tidak biasa, akan berkeliling mencari dimana sumber persoalannya. 

Umpamanya ketika terjadi percekcokan dalam rumah tangga, seorang suami bisa saja langsung menumpahkan kesalahannya pada si isteri, bahwa isteri sudah tidak lembut lagi, sudah tidak detail lagi memperhatikan kebutuhan dan keinginannya, dan isteri juga sudah tidak peka lagi dengan apa yang suaminya inginkan.

Dipihak istripun demikian, ketika permasalahan  rumah tangga bergejolak, si isteri pun menuding suaminya tidak sayang lagi padanya, tidak perduli lagi, tidak perhatian lagi, dan semacamnya.

Tidak banyak orang yang begitu masalah menimpa mereka, mereka langsung duduk, diam, introspeksi, dan berusaha melihat dirinya dari luar. Apa yang telah ia lakukan hingga hal ini bisa terjadi, aturan apa yang telah ia langgar sehingga situasinya semakin susah, rahmat Allah SWT yang manakah yang telah ia dustakan sehingga rasanya kebahagiaan begitu jauh darinya. 

Mengapa suaminya bisa melakukan ini, mengapa isterinya tega melakukan itu, sebagai suami, kewajiban apa yang telah saya lalaikan sehingga hal ini bisa terjadi. Apakah saya kurang memberi nafkah yang baik, apakah saya kurang mengajari isteri saya tentang ilmu dan amalan agama, atau apakah saya yang terlalu terlena dengan pekerjaan sehingga orang rumah merasa kurang di perhatikan.


Isteri pun demikian, mestinya ia mulai merenungkan mengapa rumah tangga bisa jadi begini, apakah ia tidak taat kepada suaminya dalam menjalankan syariat Allah, apakah ada lupa dan khilafnya yang membuat suaminya terluka dan merasa tidak diperdulikan�?

Pola pikir untuk senantiasa melihat sebuah penyebab sesuatu dengan bercermin kepada diri sendiri perlu dilatih dan belajar diterapkan, sebelum kita memandang berkeliling dan mulai mengatakan, hei kenapa begini, kenapa begitu, mengapa tidak begini, dan mengapa pula tidak begitu.


Ini dia jawabannya

Oke kawan semua..

Sekarang saya akan mengatakan mengapa sebabnya hanya saya seorang yang mencium bau apek waktu mudik di rumah mertua tempo hari, dan mengapa pula hanya saya seorang diri yang juga mencium bau bangkai sewaktu merenovasi toko beberapa bulan yang lalu.

Apakah saya sungguh sungguh telah dikutuk..? ternyata tidak.

Yang pertama, selama mudik kemarin, saya menggunakan sebuah sandal yang bahannya terbuat dari semacam  foam kombinasi kain yang menyerap air, dan tidak cepat kering. Sehinga jika sandal ini basah butuh benar benar dijemur dibawah terik matahari supaya kering. 

Saya sering jalan kesana sini sembari mengajak puteri kecil saya yang cantik waktu mudik, mulai main di sungai dekat rumah, bermain dikolam, hingga hanya bermain di halaman rumah saja. Karena aktifitas yang aktif itu menjadikan sandal saya sering basah, dan sandal inilah yang menyebabkan aroma apek itu, dimana..? ya dimana lagi kalau bukan di kaki saya sendiri. 

Lantas mengapa hanya saya saja yang bisa menciumnya, tidak orang lain yang berada di sekeliling saya. Ini  kemungkinan besar disebabkan karena, bahwa sandal kan memiliki banyak rongga udara, tidak seperti sepatu yang baunya bisa terkurung, Sehingga aroma tak sedap ini hanya memiliki frekwensi kecil untuk bisa menyebar ke dalam ruangan, jadi yang melekat di kaki saya pun, komposisinya juga kecil, sehingga hanya saya sendiri yang bisa menciumnya, karena kakinya yang memang milik saya dan saya bawa kemana mana.

Setelah menyadari itu saya langsung mencuci bersih sandalnya dengan sabun, dan mencuci kaki saya juga dengan shampoo yang beraroma wangi, dan masalah bau apek itu pun selesai.


Lalu yang kedua, ketika saya mencium bau bangkai..

Ketika merenovasi toko saya sering bersentuhan dengan martil, atau palu, atau hammer. Suatu ketika jari manis tangan kanan saya terpukul palu, dan luka, lukanya lebar karena daging dan kulit disamping kukunya pecah terkoyak dihantam palu besi. Dikarenakan saya masih banyak yang mesti dilakukan, luka itu saya minta isteri saya untuk membalutnya dengan hansaplast atau plester saja. 

Dan kesalahan tentu kan ?,  membalut luka terbuka dengan plester, sehingga udara tidak bisa masuk, dan itu bukannya mempercepat kesembuhan, malah membuat daging disekitar luka justru membusuk, dan luka yang tebalut di dalam plester itulah  yang beraroma seperti bangkai, tentu seperti bangkai, karena ia adalah juga daging yang membusuk.

Mengapa hanya saya juga yang bisa menciumnya�?

Ya seperti kasus yang pertama, komponen bermasalah ini melekat pada diri saya sendiri, dan spektrumnya juga tidak meluas, jadi secara sederhana memang hanya saya yang bisa menikmati aromanya.

Untuk bau luka yang membusuk seumpama bangkai ini, saya pernah berujar.

�� Bagaimana kalau saya sudah mati dan benar benar jadi bangkai nanti, luka yang membusuk  segini saja baunya sudah minta ampun�  apalah lagi kalau seluruh badan yang sudah membusuk, Naudzubillah min dzalik..�



Salam.

Please share and coment if you like this article

 

0 Response to "Mencium bau kematian dalam tubuh yang masih hidup, anda bisa mencobanya"

Posting Komentar